Lisa tengah duduk seorang diri di balkon apartemen Jennie. Ia baru saja keluar dari rumah sakit siang tadi dan sedang menjalani masa pemulihan. Tubuhnya sudah tidak terasa sakit, namun masih sedikit lemas. Ia menatap ke arah jajaran gedung tinggi yang ada di sekitar apartemen Jennie. Lisa berusaha menikmati udara yang ada, meskipun udaranya tak lagi segar karena sudah bercampur dengan polusi perkotaan.
Langit hari ini tampak cerah. Warnanya biru terang, dihiasi dengan gumpalan awan-awan cantik yang begitu indah, membuat suasana hati Lisa membaik.
"Hon..."
Lisa mengalihkan pandangannya saat seseorang menyentuh pundaknya. Ia spontan tersenyum saat mendapati Jennie berdiri di belakangnya.
"Hai baby? Kemarilah" Lisa menuntun tangan Jennie yang berada di pundaknya dan membawa gadis itu untuk duduk di pangkuannya.
"Kau sedang apa?" Jennie mengusap pipi Lisa dengan lembut.
"Hanya menikmati pemandangan. Kau membutuhkan sesuatu, sayang?" tanya Lisa seraya mengelus perut rata Jennie.
"Aniya~ aku hanya ingin menghampirimu saja"
Lisa mengangguk paham.
"Annyeong, little bakpao! Apa yang sedang kau lakukan di dalam sana hmm?" sapa Lisa tiba-tiba pada calon anaknya.
Melihat hal itu, seketika menerbitkan senyuman di bibir Jennie. Ia bisa melihat, betapa bahagianya Lisa saat mengetahui dirinya akan memiliki seorang anak. Pancaran penuh luka di dalam matanya berangsur menghilang. Jennie seperti melihat sosok Lisa yang baru. Kekasihnya sudah benar-benar berubah. Awan hitam yang semula hinggap memenuhi Lisa, kini perlahan menghilang walau belum sepenuhnya. Namun, Jennie sudah merasa sangat bersyukur akan hal itu. Jennie lega karena kondisi mental Lisa sekarang jauh lebih stabil dan membaik dari sebelumnya.
"Dada sangat tidak sabar bertemu denganmu. Baik-baik di perut mommy, nee? Jangan sungkan meminta sesuatu, dada pasti akan mengabulkannya untukmu" Lisa menunduk dan mencium perut Jennie cukup lama.
"Dia belum bisa mendengarmu, hon. Bahkan besarnya saja baru seukuran satu butir nasi" Jennie mengusap rambut Lisa yang sejak tadi masih setia mencium perutnya yang datar.
Kemarin, saat Lisa masih berada di rumah sakit, Jennie berinisiatif memeriksakan kandungannya sebab sejak awal ia tahu dirinya hamil, Jennie belum memeriksakan kehamilannya ke dokter. Saat pemeriksaan, dokter mengatakan, bahwa usia kandungan Jennie sekarang baru memasuki 4 minggu. Janinnya sudah berbentuk, namun masih sangat kecil.
"Tak apa. Aku tidak akan bosan berbicara padanya agar ia familiar dengan suara dada-nya" Lisa mendongak, kemudian mengecup bibir Jennie sekilas dan tersenyum.
"Kau adalah dada terbaik" puji Jennie.
"Dan kau adalah mommy-nya yang paling sempurna dan luar biasa" Lisa mencubit pelan pipi Jennie.
Jennie tersenyum mendengar ucapan Lisa. Kekasihnya ini memang selalu memujinya dalam segala hal. Jennie tak keberatan, sebab ia tahu, itu adalah cara Lisa untuk menghargainya.
"Baby?" panggil Lisa tiba-tiba.
"Yes, hon?" Jennie sedikit menunduk untuk melihat wajah Lisa, karena dirinya masih duduk di pangkuan Lisa, membuat posisinya sedikit lebih tinggi.
"Saat aku bertemu Freen beberapa waktu lalu, dia memintaku kembali dan mengambil alih perusahaan" ucap Lisa, terdengar menggantung.
"Lalu?" Jennie mengalihkan 100% atensinya pada Lisa karena tahu kekasihnya sedang membicarakan hal yang penting.
"Awalnya aku menolak. Aku tidak ingin lagi memiliki sangkut paut dengan daddy dan keluarga lainnya. Maksudku, aku benar-benar tidak ingin kembali dan berurusan dengan mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fanfiction"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞