22- The Day

5.3K 607 19
                                    

"Kau sudah siap, sobat?" Seulgi menepuk pundak Lisa yang sejak tadi tampak tegang dan hanya menatap kosong dirinya di depan cermin.

Lisa sudah rapi dengan stelan blazer berwarna putih, serta rambut sebahu yang sengaja diikat setengah. Di tangan kirinya, melingkar jam Rolex keluaran terbaru yang dihadiahkan Jennie kepadanya beberapa hari lalu.

Lisa hanya mengangguk kaku.

"Haish kau ini! Jangan berekspresi seolah kau akan dieksekusi mati. Kau akan menikah, monkey! Kenapa tegang sekali?" ledek Wendy yang juga berdiri di sebelahnya.

"Aku hanya gugup. Ini pertama kalinya untukku" ceplos Lisa.

"Yak bodoh! Memangnya siapa yang berharap ini pernikahanmu yang kesekian kalinya? Haish bocah ini" Wendy memukul pelan belakang kepala Lisa.

"Sudahlah, jangan terlalu cemas, monkey. Kau hanya perlu pergi ke altar, menunggu Jennie datang padamu dan kalian berdua saling mengucap janji pernikahan. Dan boom! Kalian sudah resmi menjadi pasangan seumur hidup. Kau tidak harus melewati medan perang, monkey. Berhenti berlebihan" ujar Seulgi.

"Ya! Jika kalian yang berada di posisiku, aku yakin kalian juga akan mengalami hal yang sama. Parahnya, mungkin kalian akan mengompol" cibir Lisa tidak terima.

"Kalian ini, kenapa justru sibuk berdebat? Lisa, lebih baik persiapkan dirimu. Sebentar lagi pemberkatannya akan dimulai. Kalian berdua, jangan membuat keponakanku semakin takut" tegur Michael Manoban, adik dari ayah Lisa yang akan menjadi walinya hari ini.

"Nee, ahjussi" patuh Wendy dan Seulgi.

"Samcheon, apa semuanya sudah siap?" tanya Lisa.

Michael mengangguk, "Kau tenang saja. Aku sendiri yang turun tangan untuk menangani semuanya. Dekor dan susunan acara sudah dibuat dengan sangat baik. Kau hanya perlu menyiapkan diri. Jangan gugup berlebih, apalagi pingsan di atas altar saat calon istrimu berjalan menuju ke arahmu" Michael memperingati.

"Nde, aku akan mengurangi rasa gugupku. Berapa banyak lagi waktu yang kupunya?"

"Tak banyak, 20 menit lagi. Jadi, bersiaplah" Michael menepuk pundak Lisa, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan Lisa.

Lisa sibuk melakukan inhale-exhale untuk meredakan rasa gugupnya. Sementara, Seulgi dan Wendy hanya memperhatikan sahabatnya itu sembari menahan tawa. Menurut mereka, Lisa sangat lucu saat sedang gugup seperti saat ini.

'Tokk...tokk'

Pintu ruangan Lisa terketuk, membuat ketiganya spontan menoleh.

"Calon mempelai diharapkan menuju altar, sebab pemberkatan akan dimulai sebentar lagi" salah seorang anggota EO masuk dan memberitahukan susunan acara yang sebentar lagi berlangsung.

"Nde, kami akan segera ke sana" jawab Seulgi, sebab Lisa masih sibuk untuk menghentikan debaran jantung yang sangat keras di dadanya. Ia benar-benar gugup.

"Kajja, monkey! Semua orang sudah menunggumu" Seulgi menarik Lisa keluar tanpa menunggu persetujuan gadis jangkung.

"Yak! Tunggu sebentar, aku harus menemui Jennie untuk memberiku sebuah pelukan. Aku benar-benar gugup" Lisa hendak berbelok ke ruangan Jennie, namun dengan cepat Seulgi dan Wendy menahannya.

"Pabo-ya! Mana bisa begitu?! Kau tidak boleh menemui Jennie sampai di altar nanti. Jangan bertindak aneh, monkey. Kajja! Kita sudah terlambat" omel Wendy.

Lisa tidak bisa berbuat banyak dan akhirnya menuruti ucapan Seulgi serta Wendy untuk segera menuju altar gereja.

Pintu gereja terbuka lebar. Dekorasi di setiap sudut kursi menyambut kedatangan mereka bertiga. Seorang pendeta berdiri di atas mimbar dan tersenyum ke arah mereka, khususnya Lisa. Hal itu membuat sang calon pengantin semakin gugup. Ia berjalan dengan ragu ke arah altar, sementara Wendy dan Seulgi memilih duduk di antara barisan kursi yang masih kosong, sebab para tamu undangan belum diperbolehkan masuk ke dalam.

Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang