23- Honeymoon?

6.1K 560 14
                                    

'Bugghh'

"Arrrgghh...!!"

"Yak, baby! Kenapa menendangku?" Lisa meringis kesakitan, sebab tubuhnya sukses menghantam lantai yang dingin.

Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya, bahkan mata Lisa masih menyipit. Sebab ia masih nyenyak tidur, hingga akhirnya Jennie tiba-tiba menendang tubuhnya tanpa sebab hingga jatuh terguling ke lantai.

Jennie hanya terdiam, namun menutupi hidungnya dengan kedua tangan. Lisa tidak mengerti, sehingga ia memutuskan untuk kembali naik ke atas kasur, karena matanya masih sangat sulit untuk terbuka. Lisa masih sangat mengantuk. Pagi belum datang, matahari bahkan belum berada di tempatnya. Langit masih cukup gelap dan jam baru menunjukkan pukul 3 pagi.

"Berhenti!" sentak Jennie tiba-tiba, membuat Lisa spontan menghentikan aksinya.

"Wae?" Lisa menatap Jennie penuh tanya.

"Menyingkir! Badanmu bau, hon. Aku mual mencium bau badanmu" ucap Jennie, masih berusaha menutupi hidungnya.

Lisa mengernyit heran. Bau? Bukankah ia sudah mandi semalam dan Jennie baik-baik saja dengan baunya. Lisa juga tidak berkeringat, bagaimana badannya bisa bau? Ia pun mencoba mencium bau badannya sendiri, namun tidak menemukan sesuatu yang salah pada tubuhnya. Aromanya sama seperti biasanya, bahkan bau sabun masih melekat di kulitnya yang putih.

"Aku tidak bau, baby" sangkal Lisa.

Jennie menggeleng kuat.

"Kau bau. Aku tidak menyukai baumu! Aku mual, hon! Menjauhlah dariku" perintah Jennie.

Lisa masih merasa bingung dengan situasi yang ada. Rasa kantuknya membuat Lisa tidak bisa memproses otaknya dengan cepat. Namun, di sisi lain ia pun menuruti ucapan Jennie. Ia menurunkan kakinya kembali, kemudian melangkah menuju sofa dan membaringkan tubuhnya yang panjang di sana.

Lisa mulai memejamkan matanya kembali, meski tanpa bantal dan selimut, serta tidak ada pelukan dari Jennie yang bisa menghangatkan tubuhnya seperti biasa. Ia tidak terlalu memikirkannya, sebab rasa kantuknya mengalahkan segalanya. Sementara Jennie kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Jennie mencoba menutup matanya untuk kembali tidur, namun tidak berhasil. Ia justru terus bergerak gusar di atas ranjang.  Karena kesal, Jennie pun akhirnya bangun dan duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Ia menatap sendu ke arah Lisa yang sudah tertidur lelap di atas sofa.

"Honey..." lirih Jennie pelan.

Bibirnya mengerucut, diiringi dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Hiks...hiks..."

Tidur Lisa terusik saat ia mendengar suara isak tangis seseorang. Ia mencoba membuka matanya kembali dengan susah payah dan mencoba mencari sumber suara.

"Baby?" Lisa langsung bangun dari tidurnya saat menyadari bahwa Jennie menangis.

Tanpa berpikir panjang, gadis jangkung itu langsung berlari ke arah Jennie dan memeluknya.

"Baby, gwenchana? Kenapa kau menangis, sayang?" Lisa mengusap rambut Jennie, berusaha menenangkan istrinya.

"Hueekk!"

Bukannya tangisan Jennie yang reda, gadis bermata kucing itu justru mual dan langsung berlari menuju kamar mandi. Lisa tidak tinggal diam. Ia pun segera menyusul istrinya ke dalam kamar mandi.

"Baby, kau-"

"Berhenti di sana, hon!" tegas Jennie tiba-tiba, membuat Lisa seketika menghentikan langkahnya.

Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang