27- The Best Gift

5.7K 626 41
                                        

Jisoo berjalan mondar-mandir di depan ruang gawat darurat. Pikirannya tidak bisa tenang sebab sang adik berada di dalam, menjalani pemeriksaan oleh para dokter yang bertugas. Sudah hampir 30 menit, dokter tidak kunjung keluar untuk memberitahu apa yang terjadi pada Jennie.

Melihat tunangannya begitu cemas dan khawatir, Rosè langsung berdiri dan menarik Jisoo ke dalam pelukannya.

"Tenanglah, Jennie dan bayinya akan baik-baik saja" Rosè mengusap punggung Jisoo dengan lembut.

"Aku takut, Chaeng. Aku benar-benar takut" Jisoo menenggelamkan wajahnya di bahu Rosè.

"Jennie dan bayinya sama-sama kuat. Mereka akan baik-baik saja, Chagi. Kita doakan saja mereka"

Jisoo hanya mengangguk dan memeluk Rosè dengan erat untuk mencari kenyamanan di sana.

"Bagaimana keadaan Jennie?" tembak Kim Jihoon.

Ia baru saja tiba di rumah sakit bersama sang istri setelah Jisoo menghubunginya bahwa Jennie mengalami pendarahan dan harus dilarikan ke rumah sakit.

"Jennie masih ditangani dokter di dalam, ahjussi" Joy berdiri untuk mewakili yang lain menjawab pertanyaan Kim Jihoon.

"Dia baik-baik saja?" Kim Tae-Hee giliran bertanya.

"Kita doakan saja yang terbaik untuk Jennie dan bayinya. Ahjumma dan ahjussi sebaiknya duduk dulu" Irene menuntun Kim Tae-Hee untuk duduk di kursi tunggu, sementara Kim Jihoon tak hentinya menatap cemas ke arah pintu ruang darurat. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk pada anak bungsunya.

"Dimana Lisa?" Kim Jihoon baru menyadari bahwa tidak ada Lisa di antara mereka.

Mendengar hal itu, Jisoo langsung mengurai pelukannya dengan Rosè dan menghampiri ayahnya dengan takut-takut.

"Mianhe, appa. Jeongmal mianhe. Ini semua salahku" kata Jisoo sembari menunduk.

"Yak! Apa maksudmu? Aku mencari keberadaan menantuku, kenapa kau malah meminta maaf?" Kim Jihoon menatap Jisoo dengan bingung, sebab ia memang belum mengetahui kronologi sebenarnya yang membuat Jennie sampai masuk rumah sakit seperti ini.

"Ini semua salahku, appa. Jennie tidak akan seperti ini jika Lisa tidak pergi"

"Apa maksudmu? Lisa pergi? Bagaimana bisa? Apa dia mencoba tidak bertanggung jawab pada anak dan calon cucuku?" emosi Kim Jihoon mulai tersulut saat mendengar Lisa pergi.

"Ani, bukan seperti itu appa. Kumohon dengarkan penjelasanku dan jangan memotongnya sampai aku selesai menjelaskannya" Jisoo akhirnya berani menatap sang ayah dengan intens.

Kim Jihoon pun menghela nafasnya pasrah dan mengangguk. Melihat ayahnya mulai tenang, Jisoo pun mulai menceritakan kronologi yang sebenarnya. Bagaimana awal mula Lisa pergi dari rumah dan berakhir dengan Jennie yang mengalami pendarahan.

"Astaga, kalian ini..." Kim Jihoon sampai kehilangan kata-katanya saat mendengar penjelasan Jisoo.

Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Kim Jihoon tidak bisa sepenuhnya menyalahkan perbuatan Jisoo dan yang lainnya sebab mereka tidak tahu tentang kondisi Lisa yang sebenarnya dan hanya berniat baik. Namun, di sisi lain mereka juga cukup ceroboh karena tidak mencoba membicarakannya terlebih dulu pada Jennie yang jelas-jelas adalah istri dari Lisa. Mereka terlalu gegabah, sehingga kejadian tidak diinginkan ini harus terjadi.

Sekarang, Kim Jihoon tidak hanya mengkhawatirkan tentang Jennie dan calon cucunya. Ia juga mnegkhawatirkan kondisi Lisa yang saat ini entah ada dimana. Ia takut Lisa berbuat nekat dan bertindak menyakiti dirinya sendiri.

Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang