"Good morning, jagoan kecil dada" Lisa menyapa anaknya yang berbaring di ranjangnya.
Given tampak bergerak lincah membuat Lisa merasa begitu gemas. Ia mendekatkan wajahnya kepada Given dan langsung disambut pukulan kecil yang mendarat di pipinya.
"Woo...anak dada sudah bisa memukul rupanya? Apakah kau bercita-cita menjadi petinju, baby?" Lisa menduselkan wajahnya di perut sang anak, semakin membuat Given bergerak lincah bahkan menendang-nendang.
"Jika ya, dada akan membawamu ke pelatihan tinju. Bagaimana? Kau setuju, jagoan?"
'Pukk'
Sebuah pukulan kembali mendarat di wajah Lisa.
"Oke, dada anggap kau setuju. Uuhhh...bayiku begitu menggemaskan" Lisa menghujani Given dengan ciuman di pipi gembulnya.
"Hon, jangan terus menciumnya. Nanti dia bisa menangis" Jennie datang dari luar kamar. Ia baru saja selesai memasak sarapan untuk Lisa dan dirinya.
"Aku sangat gemas padanya, sayang. Aku tidak bisa berhenti menciumnya" bukannya menurut, Lisa justru kembali menciumi Given tanpa henti.
Bayi laki-laki yang semula merasa senang dan bergerak dengan begitu lincah, kini bibirnya mukai mencebik dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat hal itu, Lisa langsung menjauhkan wajahnya. Ia melirik ke arah Jennie dan sudah dihadiahi tatapan tajam dari sang istri.
'Glekk'
Kerongkongannya mendadak terasa kering, membuat Lisa sulit untuk menelan ludahnya sendiri.
"Oeeekkk...oeeekkk" tangisan Given terdengar begitu nyaring.
Hal itu tentu membuat Lisa kalang-kabut dan langsung berusaha menenangkan sang anak. Namun, hasilnya nihil. Given masih saja menangis, bahkan semakin keras.
Tamat sudah riwayat Lisa setelah ini.
"Nah...nah...sudah kukatakan, berhenti menggoda anakmu! Kenapa kau sangat keras kepala sekali? Telingamu tertutup hah?!" Jennie langsung menarik telinga Lisa cukup kuat.
"Aaakkk...wifey, lepaskan, sayang. I-ini sakit" Lisa meringis kesakitannya. Tangannya berusaha untuk melepakan jeweran Jennie, namun tidak berhasil.
"Kau pantas mendapatkannya. Kenapa jail sekali hah?!" omel Jennie.
"Mianhe, baby, mianhe. Ampun, sayang" rengek Lisa.
Akhirnya, Jennie pun melepaskan jewerannya. Bukan karena kasihan kepada Lisa, tapi lebih tepatnya karena tangisan Given semakin keras, membuat Jennie segera menggendong Given untuk menenangkan. Sementara, Lisa sibuk untuk mengusap telinganya yang sudah merah akibat jeweran Jennie. Rasanya benar-benar perih dan panas.
"Tolong siapkan air hangat untuk Given. Ini sudah saatnya untuk Given mandi" pinta Jennie dengan mata yang masih fokus untuk menenangkan Given. Perlahan, tangisan bayi laki-laki itu mulai mereda.
"Nee, wifey" Lisa beringsut dari posisinya dan melangkah menuju kamar mandi, meski dengan wajah ditekuk.
Jennie tidak mempedulikannya. Toh memang Lisa yang salah karena jahil pada anaknya. Ia pantas mendapatkan jeweran di pagi hari.
Sembari Lisa menyiapkan air hangat untuk Given, Jennie kembali meletakkan sang anak di atas kasur, kemudian mulai melepaskan baju yang melekat pada tubuh Given satu per satu. Tangisannya sudah reda, sehingga Jennie bisa segera melepaskan pakaian sang anak. Ia juga langsung melilitkan sebuah kain lembut saat seluruh pakaian Given terlepas dari tubuhnya.
Bayi prematur memang sangat rentan terhadap udara dingin. Sehingga, Jennie tidak bisa membiarkan Given terlalu lama dalam keadaan tidak memakai baju.
"Airnya sudah siap, sayang" teriak Lisa dari dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healer [END]
Fiksi Penggemar"Kehadiranmu, salah satu bukti bahwa obat tidak selalu berbentuk pil" G!P 🔞