Tung tung tung tung ... Waktu istirahat pertama telah tiba ... Tung tung tung tung ....
"Yes ... Akhirnya!" Haidan merenggangkan badannya yang sedikit pegal.
Jino berdiri. "Beri salam!" serunya.
"Terima kasih, Bu!" seru para murid di kelas.
Bu Rani (Guru Bahasa Indonesia mereka) yang di depan mereka mengangguk sekilas, lalu melengos begitu saja tanpa sepatah kata apa pun.
Ningsih memperhatikan Bu Rani meninggalkan kelas.
"Bu Rani kenapa, ya? Biasanya sebelum pergi selalu bilang 'Sama-sama, sampai jumpa di hari selanjutnya, ya!', tapi kok hari ini asal pergi aja? Kita ada salah kah sama dia?" tanyanya bingung."Entah," jawab Haidan sambil memasukkan buku pelajaran Bahasa Indonesianya ke dalam tas miliknya.
Para anak Tai T-Rex berkumpul di sekeliling meja Ningsih.
"Paling lagi kelahi sama suaminya, kan kata murid lain Bu Rani kalau lagi kelahi sama suaminya ya mendadak cuek kayak gitu," kata Bima.
"Ih, gak profesional banget ..." ujar Gina.
"Udah gak profesional, jarang masuk kelas kita lagi," ucap Satya.
"Heum! Kalian ngerasa, gak? Bu Rani itu kalau mood-nya lagi bagus, gak ngajar. Tapi kalau ada masalah, langsung muncul ke permukaan beliau! Terus masuknya tepat waktu banget lagi!" kata Jaya.
"Bener, bener, bener! Aku juga pernah waktu itu ke WC, kan? Terus ngelewatin kantor guru. Nah, aku loh di situ liat Bu Rani main catur di situ! Padahal seharusnya dia ngajar di kelas 11 IPS 3!" kata Haidar.
"Beneran?" tanya Jino yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.
"Iya! Tanya binimu! Dia loh yang nemanin aku waktu itu!" jawab Haidar.
"Anjing, ke WC ditemani sama cewek," ucap Theo.
"Kan kami saudaraan, ya boleh, lah!" Haidar menaikkan alisnya sekilas.
"Iya ... Saudaraan ... Tapi aneh aja gitu cowok sama cewek ke WC bareng," kata Ningsih.
"Iya, ih. Ya takutnya pas di WC malah ng*w*," ucap Gina.
"Iya, nih! Hayooooo!" Bima menggoda Haidan dan Haidar dengan wajah tengilnya.
"Apa, sih? Kami loh gak ngapa-ngapain! Kalau ngapa-ngapain juga paling aku sama Jino." Haidan memperlihatkan wajah kesalnya.
"Wadoooh!" seru anak Tai T-Rex (kecuali Haidan dan Jino).
"Iya deh yang sudah sah!" ucap Akmal.
"Ngomong doang tapi pas ditagih keponakan malah nanti-nanti," ujar Haidar.
"Emangnya kalian pernah nagih kami ponakan?" Haidan menaikkan alis kanannya.
"Kayaknya, aku juga sudah lupa, sih." Haidar menggaruk tengkuknya sambil mencengir.
Haidan mengembuskan napas yang berat serta merotasikan kedua bola matanya.
Suasana hening sejenak.
"Habis ini pelajaran Matematika, kan?" tanya Gina.
"Iya," ucap anak Tai T-Rex yang lain.
"Ada PR, gak?" tanya Gina dengan wajah sedikit panik.
Mereka terdiam.
"Eum ... ADA!" jawab Jino dengan nada panik.
"HAH? IYA? WADUH ... KAYAKNYA AKU BELUM NGERJAIN, DEH!" Gina terlihat sangat panik.
"SAMA! HEH! KAMU SUDAH, LAH?" Haidan menyenggol bahu Jino.
"Sudah, hehe ..." jawab Jino.
"PINJAM!" ucap anak-anak Tai T-Rex (kecuali Theo dan Jino).
"Iya, iya! Sebentar ini aku ambilkan bukuku!" Jino beranjak dari tempat duduknya dan cepat-cepat mengambil buku tulisnya di tas miliknya.
Sementara yang lain juga mengambil buku tulis dan pulpen masing-masing, lalu mereka kembali lagi ke meja Ningsih.
"Nih." Jino meletakkan buku tulisnya di tengah-tengah meja Ningsih.
"Masyaallah! Baik sekali kamu! Coba aja kalian gak ada yang ngerjain, sudah dihukum ini kami!" kata Caca.
"Iya, makasih banyak loh, Jino! Semoga kamu makin pintar!" ucap Gina.
"Hehe! Gakpapa, santai aja!" kata Jino.
"Jino, nanti habis ini aku traktir telor balado!" ucap Haidan.
"Wehehe! Gak usah sampai segitunya juga kali!" ujar Jino
"Ya iya, lah! Kamu kan pasti capek ngerjain ini, masa kita tinggal ngeliat doang!" ucap Haidan.
"Ya sudah, deh! Terserah!" kata Jino.
"Nanti kalau mau yang lain, ngomong aja sama aku, lagi pengen ngabisin duit soalnya," kata Haidan sambil menulis.
"Widiiiih! Iya, iya, iya ..." ujar Gina.
"Haidan sugar mommy-nya Jino," ucap Ningsih.
"Hohoho! Iya, Jino sugar baby-ku." Haidan menaikkan kedua alisnya.
"Ish! Najis betul!" Jino mengerutkan hidungnya.
"Ish! Begitu kamu!" ucap Haidan sambil tertawa kecil.
"Kalian di rumah sekamar?" tanya Bima.
Haidan menaikkan kedua alis matanya.
"Dia malam tadi meluk aku lagi, ih!" ucap Jino.
"CIEEEEE!" sorak anak-anak Tai T-Rex.
"Dih, orang dia kok yang duluan meluk aku! Sumpah, demi Allah!" kata Haidan.
"Heh! Tapi kenapa kamu malah meluk aku balik? Hayooo!" Jino menunjuk wajah Haidan dengan jari telunjuknya.
"Hiyaaa! Kamu s*ng* sama Jino, yaaa!" ucap Jaya.
"Allahumma ..." Haidan menyandarkan badannya disandaran bangku sambil menggaruk kepalanya.
"Ck! Ngaku aja deh aku! Aku meluk Jino karena gak mau ngelewatin kesempatan. Kenapa emang? Iri, kah?"Jino membelalakkan bola matanya. "Lah? Beneran?"
Haidan menaikkan kedua alis matanya.
"Wah ... Shock sih aku!" kata Jino.
"Gak usah shock, ingat kata Kak Nova, lama-lama bakal terbiasa, kok," ucap Haidan dengan wajah tengilnya.
"Gak mau ingat sih aku. Gak mau ingat, sumpah!" Jino menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"Halah, paling nanti kejadian juga," ujar Haidan.
"Iya sudah! Iya! Diam sudah kamu!" kata Jino.
Haidan tertawa dengan tatapan yang masih tertuju ke arah wajah Jino.
"Kita ngapain ya di sini?" tanya Gina sambil menatap anak Tai T-Rex lainnya yang berada di sekelilingnya.
∘₊✧──────✧₊∘
Next >>>
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT || RYUJAKE ✓
Fanfiction{1st Perjodohan Series} Kisah seorang gadis berandalan yang bernama Haidan dijodohkan dengan seorang lelaki yang terkenal pintar di kelas bahkan di sekolahnya yang bernama Jino.