✧Bab 27✧

81 6 1
                                    

"Haidan ... Kamu dipanggil ke ruang BK," ucap Jino yang baru saja masuk ke kelas setelah sholat Dzuhur.

Haidan yang awalnya sedang mengobrol dengan Gina di bangkunya pun langsung menoleh dan mengerutkan keningnya. "Ruang BK?" tanya Haidan yang bingung.

Jino mengangguk dengan wajah datar.

Haidan menatap Gina yang sedang duduk di sebelahnya dengan tatapan bingung.

"Kamu ada masalah apa, Dan?" tanya Gina bingung.

"Entah, bukannya aku gak ada kelahi akhir-akhir ini?" tanya Haidan yang merasa sangat bingung.

"Itu sudah!" ucap Gina.

Haidan bangun dari posisi duduk. "Temanin aku ke ruang BK, Gin," pintanya.

"Ayo!" ucap Gina.

Mereka pun keluar dari kelas dan berjalan menuju ruang BK. Di sepanjang perjalanan, mereka terus diperhatikan oleh para murid yang mereka lewati, bukan hanya diperhatikan, murid-murid tersebut juga membicarakan mereka berdua— lebih tepatnya salah satu dari mereka berdua.

Sampailah mereka di depan ruang BK. Gina mempersilakan Haidan untuk masuk ke ruangan tersebut, sementara Gina berdiri di depan ruangan untuk menunggu Haidan.

Gina tidak sendirian di sana, ia juga melihat beberapa murid yang berdiri di depan ruangan tersebut sambil mengintip-intip melalui jendela yang terpasang di depan ruang BK.

Di sana, Gina baru sadar bahwa ada Jino yang ikut mengintip melalui jendela bersama murid-murid yang lain.

Gina pun ikut kepo dan akhirnya ikut mengintip.

Sementara dari dalam, setelah Haidan masuk ke ruangan tersebut, Bu Kartika selaku guru BK pun menyuruh Haidan untuk duduk di depan mejanya yang di mana di situ juga ada Hikari yang sedang duduk di salah satu kursi yang diletakkan di depan meja Bu Kartika sambil menangis.

"Ada apa ya Bu manggil saya ke sini?" tanya Haidan sambil mendudukkan dirinya di kursi yang diletakkan di dekat meja Bu Kartika, tapi letaknya sedikit jauh dari tempat Hikari duduk.

Bu Kartika menghela napas yang berat. "Sebelumnya Ibu mau berterima kasih dulu kepada kamu yang sudah memenuhi panggilan saya dan saya juga minta maaf karena telah mengganggu istirahat kamu. Di sini Ibu ingin menanyakan sesuatu hal."

Haidan meneguk salivanya. Jantung Haidan berdetak dengan cepat.

"Tadi Hikari masuk ke sini dan curhat ke Ibu. Katanya dia telah mendapatkan perilaku bully dari kamu. Katanya kamu telah meninju bagian perut dan pipi Hikari dengan alasan karena kamu marah kepada Hikari karena Hikari sudah merebut pacarmu, padahal dia sebenarnya pacar Hikari. Apakah benar kamu melakukan perilaku tersebut?" tanya Bu Kartika.

Dengan mata yang terbelalak karena terkejut, Haidan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak ada, Bu! Sumpah, demi Allah!"

Hikari tiba-tiba bangun dari posisi duduk dan mendekati Haidan. "BOHONG! KAMU LOH KEMARIN SUDAH NGEHAJAR AKU! PADAHAL AKU GAK ADA SALAH SAMA KAMU!" bentaknya sambil menangis.

Haidan membelalakkan matanya tanda bahwa ia terkejut dengan apa yang Hikari katakan.

"Sudah, sudah ... Kamu tenang dulu, Hikari ..." Kartika memisahkan mereka berdua, dan Hikari kembali duduk di kursi yang tadi ia duduki.

"GIMANA SAYA GAK SABAR, BU? DIA SUDAH NGEBULLY SAYA HABIS-HABISAN DI GEDUNG KOSONG! DIA MUKULIN SAYA SAMPAI SAYA PINGSAN, BU! DIA BIKIN MENTAL SAYA HANCUR, BU!" ucap Hikari yang mengamuk.

"Iya, Hikari ... Iya ... Tapi sabar dulu sebentar, ya? Kita selesaikan sama-sama ..." tutur Bu Kartika yang membuat Hikari kembali tenang.

Bu Kartika kembali menatap Haidan. "Jujur aja, Haidan ... Gakpapa ..." ucap beliau.

DIFFERENT || RYUJAKE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang