"Kaaak! Bangun, kaaak!" Jino menepuk-nepuk pipi Haidan yang sedang tertidur pulas.
Haidan mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa susah untuk dibuka. "Kenapa?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Kan hari ini kita mau berangkat. Ayo banguuun! Sholat duluuu," suruh Jino.
Dengan antusias, Haidan pun beranjak dari kasur dan bersiap-siap untuk beribadah.
Setelah beribadah, mereka pun bersarapan terlebih dahulu, sambil memakan sarapan, mereka pun mengobrol-ngobrol santai dan tak jarang mereka mengatakan kalau mereka tidak sabar untuk berangkat ke kota di mana mereka akan menempuh pendidikan mereka.
Setelah sarapan, mereka membersih-bersihkan rumah yang akan mereka tinggalkan selama berbulan-bulan karena mereka akan terus di Jogja dan akan kembali pada libur panjang saja.
Selesailah mereka bersih-bersih, kemudian mereka mandi dan bersantai-santai terlebih dahulu dan akan berangkat ke bandara jam setengah sembilan.
Sekarang, mereka sedang menonton televisi di ruang utama. Jino tidak henti-hentinya tersenyum dan menggoyang-goyangkan kakinya, ia benar-benar tidak sabar untuk pergi ke kota impiannya.
"Gak sabar banget?" tanya Haidan sambil tersenyum melihat suaminya.
Jino mengangguk cepat. "Iyaaaa! Gak sabar banget!" jawabnya antusias.
Haidan tertawa lalu mengecup sekilas pipi suaminya tersebut. "Padahal nanti pas kuliah bakal sulit banget, loh. Kok kamu malah senang?" tanyanya.
"Kan aku suka dikasih tugas," jawab Jino dengan mata yang berbinar.
"Ah ... Iya, ya ..." ucap Haidan sambil menggaruk-garuk tengkuknya.
"Hahaha! Ya gitu, deh! Lagian kan kita juga pindah ke kota yang belum pernah gitu kita kunjungi, ya pastinya senang lah aku," tutur Jino.
"Iya, sih ... Sebenarnya aku juga antusias, tapi kalau aku ngeliatin sikap antusiasku kesannya nanti malah kayak anjwing," ungkap Haidan.
"HAHAHAHAHA! Astaghfirullah ..." ucap Jino.
Haidan tersenyum. "Barang-barangnya itu sudah lengkap semua, kan? Kok aku kayak gak yakin, ya ..." tanyanya.
"Sudaaah! Coba kita cek lagi!" Jino pun beranjak dari sofa dan membawa Haidan untuk mengecek kembali koper-koper mereka.
"Oh iya, sudah semua, bagus lah kalau begitu," ucap Haidan setelah mengecek kembali isi kopernya.
Jino mengangguk, lalu ia melihat ke arah jam dinding. "Dah jam delapan, tuh! Mandi, yuk!" ucapnya.
"Bareng?" tanya Haidan.
"Bungul ... Tapi boleh, deh ... Hehe!" jawab Jino.
"Ya sudah, ayo!" Mereka pun masuk ke dalam kamar mandi dan mandi di sana, tapi mereka tidak berbuat hal-hal yang aneh, yaaa.
Tepat setelah mereka sudah berpakaian rapi, keluarga mereka sudah tiba di rumah mereka untuk menjemput pasangan tersebut ke bandara.
"Sudah siap semua kah ini?" tanya Yulia.
"Sudah, Ma," jawab Haidan.
"Ayo sudah kita berangkat, dah jam berapa ini," ucap Yulia.
"Iyaaa, ini juga mau berangkat," balas Haidan.
Mereka berdua pun membawa barang-barang yang mereka bawa ke dalam bagasi mobil, dan setelah semuanya sudah siap, mereka pun langsung berjalan menuju Bandara APT Pranoto diikuti oleh Dika, Yulia, sampai Nova.
Sesampainya mereka di bandar udara, mereka mengurus beberapa urusan terlebih dahulu dan menunggu nama mereka dipanggil untuk bersiap masuk ke dalam pesawat.
Di saat-saat waktu menunggu itu lah mereka semua berpeluk-pelukan untuk terakhir kalinya dan juga meminta restu orang tua agar mereka selamat sampai tujuan.
Setelah beberapa waktu, mereka berdua pun sudah bisa masuk ke dalam pesawat. Mereka berdua berpamitan dengan kedua orang tua serta saudara mereka yang hadir, kemudian mereka pun berjalan menjauhi mereka untuk masuk ke dalam pesawat.
Masuklah mereka ke dalam pesawat dan duduk di kursi yang telah ditentukan. Saat pesawat sudah lepas landas, mereka berdua menikmati indahnya pemandangan di langit.
"Very beautiful ..." puji Jino.
"Yes, like you," balas Haidan.
Jino merotasikan kedua bola matanya, dan Haidan pun tertawa melihat.
"Hoaaam ... Ngantuk ... Aku tidur, ya," kata Haidan.
"Yaaa," balas Jino yang sedang fokus ke pemandangan langit yang indah.
Haidan pun menutup kedua matanya dan mulai terlelap.
_______________________________
Haidan mengerjap-ngerjapkan matanya, ia merasakan empuknya sebuah kasur dan di atasnya ada lampu yang menyala dengan terang. Ia terbangun dan memperhatikan benda yang ada di sekitarnya.
Rumah sakit? Sejak kapan ia di sana?
Di saat ia sedang bingung, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya.
Yulia, yang masuk ke dalam ruangan itu adalah Yulia. Bagaimana bisa Yulia ada di sana? Bukankah tadi ia sedang di pesawat dan Yulia ia tinggal pergi?
Yulia membelalakkan matanya. "H-Haidan? Kamu sudah bangun?" tanyanya dengan raut wajah terkejut.
Haidan menganggukkan kepalanya pelan.
Yulia menutup mulutnya yang ternganga menggunakan tangan kanannya, lalu ia pun buru-buru keluar dari sana.
Tak lama kemudian, Yulia masuk membawa seorang dokter serta perawatnya dan Haidar. Haidan melihat dokter dan beberapa perawat itu menghampiri dirinya dan memeriksa keadaannya, sementara dirinya sendiri masih merasa bingung dan pasrah dengan keadaan.
Kemudian, perawat-perawat tadi keluar sementara dokter yang memeriksanya tadi mengobrol bersama Yulia sebentar.
Setelah dokter itu keluar dari ruangan itu, Yulia dan Haidar pun menghampiri dirinya.
"Akhirnya Haidaaan! Mama kira Haidan mati, huhuu ..." ucap Yulia sambil menangis.
"Ng-nggak, kok ... Omong-omong, di mana Jino?" tanya Haidan.
"Jino? Who's that?" Haidar tampak bingung.
"Jinooo! Masa kamu gak tau sih, Dar?" ujar Haidan.
"Dar, dir, dar, dir! Aku ini kakakmu! Gimana, sih?" geram Haidar.
"Hah?" ucap Haidan bingung. Y-yang tadi itu ... Bukan mimpi, kan? Atau ini yang mimpi? batinnya. "Sebenarnya ada apa, sih? Haidan gak ngerti, deh!" tanyanya.
Yulia tersenyum tipis. "Haidan sudah lupa rupanya ..." ucap beliau.
Haidan mengernyitkan keningnya bingung.
"Singkatnya, enam bulan yang lalu Haidan kecelakaan dan itu bikin Haidan koma enam bulan," jelas Yulia.
Haidan membelalakkan matanya. "Betulan?" tanyanya tak percaya.
"Iya, dan kalau Haidan lupa, kakak ini kakaknya Haidan!" jawab Haidar.
"Wow ..." gumam Haidan. Ternyata cuma mimpi, sayang banget ... Padahal aku sudah sayang banget sama sosok Jino itu, batinnya.
.•♫•♬• 𝑻𝑯𝑬 𝑬𝑵𝑫 •♬•♫•.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT || RYUJAKE ✓
Fanfiction{1st Perjodohan Series} Kisah seorang gadis berandalan yang bernama Haidan dijodohkan dengan seorang lelaki yang terkenal pintar di kelas bahkan di sekolahnya yang bernama Jino.