"Ada keperluan apa, Bu?" tanya Bu Kartika.
"Baik, jadi kehadiran saya di sini ingin mengajuk pembelaan terhadap anak saya yaitu Haidan Abhyaksa, karena saya sudah mendengarkan penjelasan dari anak saya," jelas Yulia.
"Oke ... Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Kartika.
"Baik, ekhem! Jadi begini, Bu ... Menurut pengakuan Haidan, Haidan itu gak ada merundung Hikari, sama sekali gak pernah, bahkan terakhir kali mereka ketemu itu beberapa hari yang lalu sebelum Hikari melaporkan masalah ini ke Ibu, tepatnya pada hari Kamis, itu terakhir kali Haidan ketemu Hikari, dan pas hari Jum'atnya juga Hikari masih keliatan sehat-sehat aja. Gimana kalau hari Sabtu atau pas hari Minggu? Nah, kemarin Hikari sempat bilang tuh kalau si Haidan ngehajar dia di gedung kosong, tuh ... Tapi nih ya, Bu, rumah kami sama rumah Hikari itu jauh, terus di Samarinda ini lagi gak ada gedung kosong, dan saya juga tau banget gimana anak saya kalau di rumah, dia itu mageran banget, jadi dia jarang tuh keluar rumah kecuali ada keperluan yang penting banget," jelas Yulia.
"Tapi jelas-jelas di muka Hikari ada luka-luka," ucap Bu Kartika.
"Ibu yakin? Kalau saya sih gak yakin ya, Bu," kata Yulia.
Bu Kartika mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
"Panggilkan dulu si Hikarinya ke sini," pinta Yulia.
"Baik, sebentar ya, Bu ..." Bu Kartika pun beranjak dari tempat duduknya untuk memberikan panggilan kepada Hikari.
Tak lama kemudian, Bu Kartika pun kembali, dan beberapa menit kemudian, Hikari pun masuk ke ruangan tersebut.
"Silakan duduk, nak ..." ucap Bu Kartika kepada Hikari yang baru masuk ke ruangannya.
"Baik, Bu ..." Hikari pun duduk di kursi yang berada di sebelah Yulia.
Tanpa Bu Kartika dan Hikari sadari, Yulia diam-diam mengeluarkan penghapus riasan dari dalam tas yang sedang ia letakkan di pangkuannya.
"Oke, Bu. Ini Hikarinya sudah ada, apa yang ingin Ibu sampaikan kepadanya?" tanya Bu Kartika kepada Yulia.
Yulia pun menatap Hikari yang sedang duduk di sebelahnya. "Ekhem, sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada anda yang sudah berani masuk ke ruangan ini dan bertatap muka dengan saya. Saya ingin bertanya kepada anda," ucap Yulia. Yulia memajukan wajahnya sedikit. "Luka di mukamu ini ... Asli?"
Hikari meneguk salivanya, lalu ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Baik. Dengan penuh paksaan, saya ingin membuktikan kebenaran akan hal tersebut." Yulia sudah meneteskan beberapa tetes micellar water di atas selembar kapas berwarna putih yang sedang ia pegang dan bersiap untuk mengusapkan "luka" Hikari dengan kapas tersebut.
"E-eh, I-ibuuu!" rengek Hikari.
"B-bu ... Kayaknya gak usah deh, Bu ..." kata Bu Kartika.
"Saya cuma pengen liat kalau dia jujur atau nggak, Bu ... Ini juga kalau kena luka gak bakal perih," kata Yulia.
"Ya tapi dia gak mau, Ibu ..." ucap Bu Kartika.
"Saya juga gak mau anak saya difitnah," kata Yulia.
Bu Kartika langsung terdiam setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut Yulia tersebut.
Agar Hikari tidak memberontak, Yulia pun memegang kedua tangan Hikari menggunakan tangan kirinya. Yulia pun akhirnya bisa mengusap "luka" yang ada di sudut bibir Hikari tersebut, dan saat Yulia melihat kembali kapas yang ia pakai untuk mengusap "luka" Hikari, terlihat di sana ada noda yang menyerupai warna "luka" pada sudut bibir Hikari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT || RYUJAKE ✓
Fanfiction{1st Perjodohan Series} Kisah seorang gadis berandalan yang bernama Haidan dijodohkan dengan seorang lelaki yang terkenal pintar di kelas bahkan di sekolahnya yang bernama Jino.