✧Bab 35✧

101 6 0
                                    

Di ruang tamu, terlihat Haidan yang sedang bermain game dari ponselnya dengan serius.

Di saat-saat yang serius itu, tiba-tiba saja Haidan merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan hal itu membuat seorang Haidan Abhyaksa terganggu.

"APAAN, SIH?" sergah Haidan yang merasa terganggu.

"O-oh ... Maaf ..." ucap Jino sebagai pelaku yang membuat Haidan terganggu.

Jino pun akhirnya pergi meninggalkan Haidan ke kamar, sementara Haidan melanjutkan permainannya meskipun ia sedikit merasa bersalah.

Setelah ia menyelesaikan permainannya itu, Haidan pun langsung cepat-cepat untuk pergi ke dalam kamar untuk mengecek keadaan Jino.

Ternyata, di sana sudah ada Jino yang duduk di atas kasur sambil memeluk kedua lututnya dan menangis.

Haidan mendekati Jino lalu memeluk tubuh mungil suaminya tersebut. "Maaf ..." ucapnya.

Jino menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mendorong tubuh Haidan sehingga pelukan Haidan itu pun terlepas.

Haidan menghela napas yang berat. Ia duduk sambil menyenderkan badannya di headboard kasur. "Oke, aku bakal kasih kamu waktu untuk menenangkan diri," katanya sambil membiarkan Jino yang sedang menangis.

Semakin lama, tangisan Jino semakin mereda, dan sampai di suatu ketika tiba-tiba Jino memeluk Haidan yang sedang menjernihkan pikirannya dengan memejamkan matanya sejenak.

Haidan pun membalas pelukan dari Jino, ia mengelus kepala Jino sambil berucap, "Maaf ... Maaf banget ...."

Masih dalam keadaan menangis, Jino berkata, "Kak Haidan jangan marah, aku gak suka ...."

"Oke, maaf, aku gak bakal ngulangin lagi," tutur Haidan. "Sekarang kamu mau apa? Kamu pasti ada yang dimauin, kan?" tanyanya.

"A-aku ... Cuma pengen Qtime sama kamu, soalnya akhir-akhir ini kita gak ada waktu buat Qtime," jawab Jino yang masih terisak.

"Oke, oke, kita bakal Qtime, aku bakal gak main game dulu," kata Haidan. "Eh, kita ke pasar malam, yuk! Nyari-nyari cemilan," ajaknya.

Jino mendongakkan kepalanya dan menatap Haidan. "Betulan?" tanyanya tak menyangka.

"Iya, laaah ..." jawab Haidan.

"Ayo, ayo, ayo!" ucap Jino.

"Ayo, tapi kamu cuci muka duluuu," perintah Haidan.

"Iya, iya, iya! Aku cuci muka dulu." Jino langsung beranjak dari kasur dan mencuci mukanya di kamar mandi.

Tak lama kemudian, Jino pun keluar dengan wajah yang segar, dan di saat itu pula Haidan sudah mengganti bajunya.

"Ayo!" ucap Jino antusias.

Haidan menatap tubuh Jino dari atas sampai bawah. "Gak mau ganti baju dulu?" tanyanya.

"Eh! Oh iya, ya! Hehe ... Sebentar, sebentar!" ucap Jino dengan wajah cengengesannya.

Haidan berdecak-decak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku suaminya itu.

Setelah 2 menit, Jino sudah mengganti bajunya dan sudah benar-benar siap untuk berangkat ke pasar malam.

"Ayo!" ucap Jino sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya gemas.

Haidan tertawa melihat kegemasan suami kecilnya itu. Ia mencubit pelan pipi kiri Jino menggunakan tangan kanannya.

Jino mengerutkan keningnya kesal. "Katanya mau ke pasar malaaam! Ayo sudah!" ucapnya.

"Iya, iyaaa! Ayo!" Haidan mengecup bibir Jino sekilas setelahnya.

Haidan pun merangkul pinggang Jino dari samping kiri tubuh suaminya tersebut dan membawanya pergi ke luar rumah.

Mereka pun naik ke atas motor Haidan dan melaju ke arah pasar malam yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka.

Sesampainya di pasar malam, mereka sudah menemukan jajanan yang menurut mereka enak untuk di makan, makanan itu adalah cilor. Mereka pun membeli cilor tersebut sebanyak 10 tusuk.

Tak lama setelah meninggalkan gerobak cilor, mereka sudah mengunjungi gerobak lain, yaitu gerobak pentol rebus. Di sana, mereka membeli beberapa buah pentol kecil, pentol besar, serta tahu rebus, selain itu, mereka juga membeli es teh manis di sana.

Selanjutnya, mereka mengunjungi gerobak cireng, sate, telor gulung, jagung rebus, dan es krim.

Saat mereka sedang berkeliling, mereka mendengar nama mereka berdua dipanggil dengan keras oleh seseorang.

Mereka pun menoleh, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Satya dan Hikari di sana.

Satya dan Hikari menghampiri Haidan dan Jino dengan senyuman yang terukir di bibir kedua teman mereka tersebut.

"Loh? Kalian berdua? Ngapain kalian berduaan di siniii? Dating?" tanya Jino dengan maksud bercanda.

"Ah ... Nggak, kok ..." jawab Hikari sambil tersenyum canggung.

Jino menatap Satya yang sedang menggaruk-garuk tengkuknya. "I-iya, nggak, kok. Cuma jalan-jalan biasa aja ..." ucap Satya.

"Oohh ..." Jino mengangguk.

"BTW, kalian berdua ngapain di sini?" tanya Hikari.

"Ini beli cemilan-cemilan untuk 10 abad ke depan," jawab Haidan sambil memperlihatkan apa yang mereka beli kepada Hikari.

"10 abad keburu metong kelen berdua!" ujar Hikari.

"HAHAHAHA!" tawa Haidan.

"HAHAHA! Ya gitu lah, Kar ..." ucap Jino.

"Yang sudah nikah mah beda, Kar. Belanjaannya harus banyak!" ucap Satya.

"Iya, bah! HAHAHAHA!" balas Hikari.

"Lah?" ucap Haidan dan Jino secara bersamaan. "Hikari sudah tau?" tanya Jino.

Hikari mengangguk. "Iya, sudah. BTW, selamat ya buat kalian berdua! Semoga pernikahan kalian sakinah mawadah warahmah! Maaf ya kalau aku telat ngucapinnya ..." ucapnya.

Haidan dan Jino tercengang mendengar ucapan Hikari. "G-gakpapa kok, Kar ... Terima kasih, ya!" balas Haidan.

"Hehehe! Sama-sama!" ucap Hikari. "BTW ... Kalian sudah nganu, belom?"

Hm! Anak ini sialan betul, memang! batin Haidan.

∘₊✧──────✧₊∘

Next >>>

DIFFERENT || RYUJAKE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang