menjadi orang pertama yang meninggalkan

11 4 0
                                    

Kamu kerap berpikir bagaimana rasanya menjadi orang pertama yang meninggalkan obrolan atau perkumpulan.

Awalnya, kamu selalu merasa bahwa orang-orang yang ditinggalkan itu adalah orang-orang yang paling terluka. Orang-orang yang akan menjadi kesepian. Sendirian. Entah oleh teman, entah oleh seseorang yang lain, atau oleh perkumpulan. Kamu selalu berpikir bahwa orang yang pertama memilih pergi adalah karena mereka memiliki kesenangannya sendiri. Bahwa orang yang ditinggalkan bukan lagi tokoh yang diperlukan oleh yang meninggalkan. Hanya sampingan yang dicari jika ingat saja.

Bagaimana jika sebaliknya?

Orang yang memilih menjadi orang pertama yang meninggalkan itu juga terluka. Bahkan mungkin lebih banyak yang dia pendam daripada yang sempat dikatakan. Hal-hal menyakitkan yang membuat dia akhirnya memilih berjalan pergi lebih dulu, menjadi orang pertama yang menjauh dari keramaian.

Mungkin bagi dia, meninggalkan akan lebih ringan daripada ditinggalkan. Rasa sakitnya tidak sama. Hal-hal mengecewakan yang tidak bisa lagi disimpan. Dia hanya peduli terhadap bagaimana perasaannya akan pulih dengan meninggalkan hal-hal yang akan meninggalkan bekas.

Tapi, bagimu itu egois. Sempat kamu berpikir bahwa orang yang pertama yang meninggalkan itu adalah orang jahat yang tidak peduli bagaimana perasaan orang lain. Bagaimana orang lain akan merasa kehilangan atau semacamnya. Orang pertama yang memilih meninggalkan itu seperti pecundang yang hanya bisa melarikan dirinya sendiri. Bersembunyi.

Padahal, dia adalah satu dari banyaknya manusia pemberani yang bisa memilih jalannya sendiri. Dia berani tidak disukai, entah dalam obrolan atau sebuah perkumpulan. Dia berani menjadi pertama yang melangkah pergi. Dan dia lega ketika menyadari dia tidak menyakiti siapa pun selain dirinya sendiri.

Akhirnya kamu menyadarinya ketika kamu menjadi orang pertama yang memilih meninggalkan.

Sebab, jika terus berpikir bahwa menjadi yang meninggalkan itu kejahatan, maka kamu akan terus menyakiti dirimu sendiri berkali-kali. Bahkan lebih dalam dan berdarah-darah. Tidak akan ada yang melihat luka-luka tidak kasat mata. Hanya kamu dan dirimu sendiri yang merasakan. Orang mana akan peduli. Obrolan, teman-teman, dan perkumpulan menjadi terasa seperti omong kosong.

Jadi, memilih pergi bukan berarti menyakiti orang lain. Memilih pergi lebih dulu adalah cara untuk mengobati diri. Meski sama-sama terluka, setidaknya karena itu pilihan yang lugas dan berani. Bahwa kamu merawat dirimu dan mencintai dirimu sendiri.

CAUSE, YOU JUST HATE YOURSELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang