1. Flight

849 105 42
                                    

Evelyn Lee tengah menumpukan kepala di atas lengan, pada jendela mobil dengan kaca yang terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Evelyn Lee tengah menumpukan kepala di atas lengan, pada jendela mobil dengan kaca yang terbuka. Wanita itu tengah memandangi langit cerah yang berwarna biru dengan awan putih sebagai pemanisnya. Sesekali ia memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Laju kendaraan beroda empat yang tak terlalu kencang kini berhenti di sebuah parkiran. Tempat yang menjadi tujuan Evelyn saat ini adalah  bandara internasional di kota Paris.

Seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan otot di kedua lengannya. Nampaknya ia rajin melakukan stretching, ditambah ia memiliki paras yang begitu tampan, membuat kaum hawa yang di lewatinya derdecak kagum hingga, para wanita itu lupa mengedipkan mata. Pria dengan sejuta pesona itu tengah menarik koper berwarna hitam sambil menggandeng seorang wanita  di sampingnya menuju ke dalam area bandara.

"Apa kau yakin kali ini melakukan perjalanan sendirian?" tanya Henry Lee. Pria itu tak pernah melepaskan genggaman tangannya, seakan memprotect wanita yang ada di sampingnya dari segala ancaman.

Evelyn Lee, wanita yang memiliki tubuh ramping, kulit putih bersih dengan mata berwarna kecoklatan, menganggukkan kepalanya seraya meyakinkan bahwa keputusannya sudah bulat.
"Aku rindu appa dan eomma, dan aku teringat perkataan seseorang jika aku harus melawan rasa takutku dan aku tidak akan mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi."

Henry Lee mendekap erat adik satu-satunya yang begitu ia sayangi. Bahkan ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi wanita yang usianya lima tahun di bawahnya demi keselamatan Evelyn. "Merindukan appa dan eomma apa hanya alasanmu saja untuk kabur dari negara ini? Apa harus ku lenyapkan saja pria itu? Pria yang sudah menyakiti gadis kecilku ini."

Evelyn memanyunkan bibirnya kesal, "Oppa aku tak ingin membahas pria itu. Biarkan saja ia bahagia dengan pilihannya. Mungkin aku memang tidak ditakdirkan untuk terus bersamanya," ujar Evelyn berusaha tegar dengan kisah percintaannya yang kandas di tengah jalan, karena sang pujaan telah meninggalkannya. Padahal tinggal menghitung hari ia akan melakukan prosesi sakral dengan kekasihnya. Namun, sang pujaan malah membatalkannya demi bisa menikahi wanita lain. Sungguh tragis kisah cinta yang harus di alami oleh Evelyn.

Mungkin kepergiannya hingga keluar Negeri ingin menepi sejenak, menenangkan hati yang terluka dan kecewa. Berharap perjalanannya kembali ke negara asalnya dapat mengobati hati yang telah menganga karena penghianatan.

"Baiklah jika itu keputusanmu, bersenang-senang lah di sana. Oppa akan segera menyusulmu. Aku juga rindu appa dan eomma, aku akan menjenguk mereka juga jika pekerjaanku sudah tidak terlalu sibuk." Henry mengusap lembut lengan adiknya sebagai salam perpisahan.

Terdengar suara pengumuman pemberitahuan nomor penerbangan yang di tumpangi Evelyn akan segera lepas landas. Bergegas Evelyn menarik kopernya menuju pesawat, setelah ia berpamitan dengan Henry.

Henry sebenarnya tak rela membiarkan Evelyn melakukan perjalanan sendiri, namun perempuan itu bersikeras ingin menenangkan diri disana katanya. Mencari Ketenangan sejenak di negara kelahirannya. Pria itu pasti akan sangat merindukan Evelyn.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang