23. Secrets Revealed

208 45 7
                                    

Yuk follow dan vote dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuk follow dan vote dulu ...

🪻🪻🪻



Pada pantulan cermin terlihat bayangan dengan tatapan yang kosong dengan surai tergerai kusut. Mata yang menonjolkan bekas-bekas pergulatan semalam mulai menampakan jejaknya. Kesakitan dan pedih itu terlihat di sana. Semuanya terlihat, dia tersakiti sekaligus trauma. Rasa itu kembali muncul kala sebuah sentuhan menyapu bibirnya.

Evelyn ingin sembuh, keinginan itu kembali berakar kuat di dalam jiwanya. Ia tak ingin usahanya untuk sembuh kala itu kembali runtuh dan hancur lagi. Dalam samar bahkan Evelyn berdoa bahwa dirinya akan menjadi manusia yang berbeda, manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Menanamkan dalam diri bahwa luka dan sakit yang ia rasakan hanyalah bagian dari masa lalunya. Luka dan bahagia adalah bagian dari perjalanan hidup. Ia mengingat kembali bukan hanya dirinya yang berjuang untuk melepas luka itu tetapi Elano dan oppa Henry juga ikut membantunya. Evelyn tak ingin perjuangan mereka sia-sia begitu saja.

Evelyn menelisik penampilannya membenarkan jaket tebalnya, menyisir rapi rambutnya, dan menyulam senyum sebelum keluar kamar.

Perapian di ruang tengah menyisakan abu dan kayu menjadi potongan kecil dengan bara api yang sudah padam karena terbakar semalaman. Sejenak Evelyn menengadah menatap lantai atas, sejak menginap di vila yang memiliki dua lantai, ia belum sepenuhnya berkeliling melihat setiap sudut ruangan. Rasa penasaran muncul dalam benak Evelyn untuk melihat ada apa saja di lantai atas, ia berpikir mungkin pemandangan dari atas pasti bagus. Langkah kaki menuntunnya menelusuri tangga yang menghubungkan dengan lantai atas.

Pemandangan pohon pinus yang menjulang tinggi di dalam hutan mulai nampak di balik jendela kaca. Hawa dingin yang memasuki musim gugur, berhembus ke dalam ruangan melalui celah jendela yang tak tertutup rapat. Evelyn berjalan menuju jendela sejenak menikmati pemandangan danau yang berada tak jauh dari villa. Lengkung garis senyum tergambar ketika ia mengingat Elano tengah melukis di pinggir danau. Hembusan angin menembus kulit wajah Evelyn, terasa semakin dingin. Ia menutup rapat jendela.

Evelyn membalikkan tubuhnya, entah mengapa debaran jantungnya memompa semakin cepat saat ia melihat benda yang berada di sudut ruangan itu. Kembali ia merasakan ada sesuatu yang tidak asing ketika ia meraba permukaan benda yang terbuat dari kayu yang agak berdebu. Terlihat busur dan anak panah itu mendiami ruangan ini sudah sangat lama. Mungkin pemilik villa ini memiliki hobi memanah? Atau memang disediakan untuk pengunjung villa jika ingin meminjamnya karena terdapat target, sasaran tembak yang digunakan dalam memanah.

 Mungkin pemilik villa ini memiliki hobi memanah? Atau memang disediakan untuk pengunjung villa jika ingin meminjamnya karena terdapat target, sasaran tembak yang digunakan dalam memanah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang