5. Faint

250 82 13
                                    

🪻🪻🪻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🪻🪻🪻

Baru saja Elano memejamkan matanya ia harus terbangun karena dering telepon pada ponselnya, setelah menerima panggilan ia bergegas menyambar kunci mobil yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya untuk menuju suatu tempat yang sudah di sebutkan seseorang dalam panggilan tadi.

Di sepanjang jalan Elano merapalkan doa agar tak terjadi sesuatu setelah ia menerima telepon tadi. Ia menginjak pedal gas melajukan mobil Mercedez Benz hitam itu dengan cepat agar segera sampai pada tujuan. Terlihat ia begitu lihai mengemudikan mobil tersebut menyalip banyak kendaraan yang ada di depannya, hingga hanya butuh sepuluh menit saja ia sampai padahal jika dengan kecepatan normal ia bisa sampai dua puluh lima menit dari apartemennya.

Elano mengarahkan mobilnya untuk di parkiran, setelah itu ia memasuki gedung bergegas menuju nomor ruangan yang sudah ia ingat-ingat selama perjalanan tadi.

Ceklek ...

Elano membuka pintu ruangan no 102, hatinya mencelos setelah ia melihat presensi seseorang yang begitu ia sayangi di dalam ruangan yang cukup besar itu meski fasilitas lengkap bagaikan kamar hotel namun, ia terlihat lemah tak berdaya terbaring di atas brankar dengan selang infus yang menempel pada tangannya.

"Ibu, bagaimana keadaanmu? Kenapa sampai masuk rumah sakit?" Elano memegang lembut tangan ibunya yang sedang terlelap tidur.

Elano mencium tangan ibunya. "Aku akan menjagamu bu, segeralah sembuh."

Perlahan Min Irene ibu, dari Min Elano membuka matanya, "Elano? Apa Kau di sini nak?"

"Iya, ini aku bu, Istirahatlah, aku akan menjagamu. Kenapa ibu bisa pingsan tadi di rumah?"

"Gula darah ibu naik, kenapa wajahmu terlihat buram?"

"Apa ibu pusing?"

Ibu Irene menganggukan kepalanya pelan, sambil memijat pelipisnya.

"Akan ku panggilkan Dokter." Elano memencet bel yang ada di atas brankar ibunya untuk memanggil Dokter.

Setelah mendengar bel pada salah satu ruangan inap, Dokter di temani dengan seorang perawat masuk ke dalam ruangan inap VIP ibu Irene untuk memeriksa kondisinya.

"Apa yang bisa saya bantu? Ada keluhan apa?" ucap Dokter dengan ramah.

"Ibu saya merasakan pusing, pandangannya juga kabur." Elano terlihat cemas dengan kondisi ibunya.

Dokter memeriksa kedua bola mata Ibu Irene. "Hasil lab sudah keluar, dinyatakan bahwa gula darah ibu Irene cukup tinggi, hal ini menyebabkan penglihatan menjadi kabur."

"Apa bisa sembuh soal penglihatan ibuku Dok?"

"Kita akan observasi lagi, dari kasus biasanya jika gula darah normal kembali maka penglihatan pun ikut normal kembali. Sebaiknya pasien selalu menjaga pola makan dan teratur minum obat, jika gula darahnya sudah stabil, pasien sudah bisa pulang kerumah. Kami akan memantau kondisi pasien.''

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang