17. Leave him

232 68 13
                                    

*Pencet tombol bintang di pojok bawah dulu my🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Pencet tombol bintang di pojok bawah dulu my🤭

🪻🪻🪻

"El, ibu ingin bicara denganmu dan Evelyn," Irene, setelah menatap sekilas Evelyn di balik selimutnya, ia mendudukkan diri di atas sofa.

Elano menoleh ke arah Evelyn yang masih di dalam selimut, membelakanginya, "Ibu, sebaiknya kita bicara di luar saja. Kondisinya sedang tidak baik untuk membahas sesuatu."

Elano dan ibunya duduk di salah satu kursi yang berada di lorong tak jauh dari kamar inap Evelyn. Suasananya sangat sepi mengingat bangsal yang Evelyn gunakan untuk pasien VIP, perawat pada jam itu pun sedang berada di nurse station setelah pemeriksaan berkala di setiap ruangan pasien.

"Apa yang ingin ibu bicarakan?"

Irene mengatur napasnya, "Apa benar kau yang menghamili Evelyn waktu itu?" Tatapan Irene menelisik netra putranya mencari kebenaran yang akan di ucapkan.

Selama perjalanan ke Rumah Sakit setelah menemui Dante, Irene sudah memikirkan matang-matang tentang resiko yang akan ia rasakan, jika kebenaran yang ia dengar dari putranya sendiri akan bertentangan dengan harapannya.

Tenggorokan rasanya seperti tercekat, Elano memikirkan sesaat bagaimana bisa ibunya menanyakan hal seperti itu sekarang? Namun ia berusaha tetap tenang, menanggapi pertanyaan ibunya.

"Pertanyaan macam apa ini Bu? Bahkan di saat Evelyn kehilangan janinnya kenapa ibu meragukannya? Ibu lihat tadi bagaimana terpuruknya dia? Menangis di balik selimutnya." Sorot mata Elano berusaha terlihat meyakinkan.

"Lalu pria bernama Dante? Siapa dia?" Telisik Irene masih berusaha mencari celah kebenaran.

"Dante yang sudah menculik Evelyn Bu. Apa ibu menemuinya di penjara?" terang Elano.

Irene memalingkan wajah, duduk tegap menatap lurus ke depan tak mau melihat anaknya, sorot matanya berkilat dengan rahang menggerus, "Dan alasannya karena anak yang di kandung Evelyn 'kan? Ia tak ingin Evelyn menikah denganmu karena ia mengandung anaknya? Jangan membohongi ibumu ini nak."

Merasa kebohongannya telah terbongkar Elano kemudian berdiri menegakkan posisi, ia merapikan ujung kemeja putih yang dari kemarin belum sempat ganti, karena ia tak ingin barang sedetikpun meninggalkan Evelyn, meski Henry juga selalu menjaganya. Ia mengayunkan tubuhnya setengah menunduk. Elano merasa bersalah, tak ingin membohongi ibunya lagi.

"Maafkan aku Bu. Jangan salahkan Evelyn, akulah yang salah sudah membawanya masuk dalam keluarga kita. Sebenarnya ia sudah menolaknya namun aku yang sudah memaksanya." Elano berlutut di depan ibunya, menggenggam tangannya. Namun ibunya bergeming, tatapannya masih menyiratkan kekecewaan.

Lebih baik ia mengungkapkan kebenarannya saat ini meski situasinya kurang tepat. Ia harus meluruskan masalah ini, ia juga memikirkan bagaimana dengan Evelyn selanjutnya, jika ibunya berubah pikiran menilai Evelyn. Ia merasa sangat bertanggung jawab dengan nasib Evelyn saat ini. Karena ia telah memaksanya untuk ikut berperan dalam sandiwaranya perihal pernikahan, jika saja Elano tak memaksanya, mungkin hidup Evelyn tidak akan serumit ini dan tidak kehilangan janinnya.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang