9. Fitting

242 80 5
                                    

Terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk mampir membaca karya chimyungie 🥰Sebelum lanjut, yuk vote dulu dan jangan lupa ramaikan dengan komen kalianBorahe💜💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih yang sudah menyempatkan diri untuk mampir membaca karya chimyungie 🥰
Sebelum lanjut, yuk vote dulu dan jangan lupa ramaikan dengan komen kalian
Borahe💜💜

🪻🪻🪻


"Jadilah istriku," pinta Elano lirih.

Evelyn sedikit menoleh menatap Elano hanya dua detik, kemudian kembali melihat ke arah jalanan yang mulai ramai di lewati kendaraan. Meskipun Elano mengucap dengan lirih namun, Evelyn dapat mendengarnya dengan jelas. Lalu lalang kendaraan yang cukup riyuh turut berperan serta dalam pikiran Evelyn yang terdiam dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Apa yang membuatmu bersikukuh memintaku untuk menjadi istrimu meski hanya sandiwara?" selidik Evelyn, setelah dua menit ia terdiam, namun tatapannya masih tertuju pada jalanan.

Elano turut memandangi jalanan yang ada di depannya, ia sendiri bingung kenapa takdir mempertemukannya dengan Evelyn secara tak sengaja, hingga terjadi kesalahpahaman antara mereka dan ibu Elano -- Irene. Sehingga Irene begitu berharap banyak kepada Evelyn.

"Ibuku sudah banyak mengharapkan mu, aku tak ingin kesehatan ibuku terganggu lagi jika ia mengetahui soal kebenaran tentang kita." Elano menatap jalanan sambil mengigiti jari tangannya.

"Kau bisa membicarakan kepada ibumu pelan-pelan. Jika kau lanjutkan sama saja kau menggoreskan luka secara perlahan kepada ibumu." Evelyn menolehkan pandangannya menatap Elano.

Elano masih menggigiti jari tangannya sambil berucap, "Lalu apa yang harus ku lakukan? Bukankah sama saja jika aku jujur malah semakin memperparah kondisinya."

Evelyn menghirup udara dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan, "Bagaimana jika ibu tau kelak? Lalu bagaimana dengan ku? Seakan memanfaatkan kalian atas kehamilan ku. Aku seperti orang jahat di sini."

"Sebisa mungkin aku akan menutupi kebenaran itu, jadi jangan khawatir. Bahkan Aku sendiri yang meminta mu dan akan memberikan marga Min untuk anak mu secara suka rela, jadi jangan berpikir seperti itu."

Hening, keduanya terhanyut dalam pemikiran masing-masing. Elano masih saja mengigiti jarinya. Evelyn memandang jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu-lalang. Sepuluh menit kemudian Evelyn menoleh ke arah Elano. Setelah menimang permintaan pria yang duduk di sebelahnya.

"Yak ..." Evelyn Menepis jari tangan Elano yang masih asyik menggigiti jarinya. "Jorok sekali, kau akan menikah masih saja menggigit jari seperti itu." Evelyn berdiri, mulai beranjak meninggalkan Elano yang malah terdiam sambil terbelalak setelah mendengar perkataan Evelyn.

"Yak ... yak ... tunggu," Elano segera bangkit dari duduknya, menyusul langkah Evelyn yang berjalan pelan. "Apa katamu? Tolong ucapkan sekali lagi?" pinta Elano tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Kata apa? Jorok? Kau jorok sekali masih mengigit jari." Evelyn sedikit menyunggingkan senyuman yang hanya bertahan sedetik itu.

"Lalu setelah itu ada lagi." Paras Elano menoleh tepat di depan muka Evelyn yang hanya berjarak sejengkal. Hampir saja bibir mereka bisa bersentuhan jika Evelyn tak sigap menghentikan langkahnya.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang