21. Dejavu

260 47 21
                                    

Tanpa Elano sadari, cairan bening melesat begitu saja dari sudut matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa Elano sadari, cairan bening melesat begitu saja dari sudut matanya. Seakan kakinya terpatri tak dapat bergerak. Tubuhnya membeku. Masih berdiri di pinggir danau.

"Kenapa begitu sakit?" gumam Elano memegangi dadanya. Evelyn pun bingung dengan sikap Elano yang masih terpaku memandangi permukaan danau.

"Kau punya penyakit jantung? Ayo kita ke Rumah Sakit sekarang," tanya Evelyn bingung sekaligus panik.

Elano hanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yang membuat Evelyn takut jika Elano mengalami sesuatu. Tubuh  pria itu merosot di atas tanah. Memukul dadanya pelan, meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi respiratornya. Pundaknya bergetar. Elano menangis tersedu-sedu.

Evelyn semakin kebingungan. Ia berjongkok mensejajarkan diri di samping Elano. Memeluk Elano mengelus punggungnya telaten, seraya memberikan afeksi agar Elano lebih tenang.

Pria yang selama ini selalu ada, menemani Evelyn di saat terpuruknya. Kini ia terlihat begitu lemah. Evelyn dapat merasakan suara tangisan Elano seperti seseorang yang baru saja di tinggalkan.

Dalam benak Evelyn,
apa dia mengingat Wendy mantan kekasihnya? atau karena lelah menggendongku membuat syaraf pada otaknya bergeser? aneh? Padahalkan tidak terjadi benturan. Omo ... aku baru ingat kepala ku sempat membentur kepalanya, ketika ia akan terpeleset tadi. Apa kepalaku lebih keras dari batu?. Evelyn memijat kepala memastikan seberapa keras kepalanya.

Elano tertunduk malu karena sikapnya yang tiba-tiba saja berubah menjadi sangat melow, "Ayo masuk. Di sini dingin," ajak Elano, setelah mengesat air matanya dengan punggung tangan.

"Mwo? Jelaskan dulu kau ini kenapa?" Evelyn menahan langkah Elano yang sudah berjalan mendahuluinya dengan menggenggam pergelangan tangan Elano.

Elano membalikkan badan menatap Evelyn, "Entahlah aku juga tak mengerti. Aku hanya merasakan sakit. Seperti kehilangan dari separuh hidupku." Elano memberikan penjelasan.

"Apa ini karena Wendy?"

"Kau akan menjadi olaf jika masih di sini." Seakan enggan menjawab pertanyaan, Elano mengalihkan asumsi Evelyn dan menggandeng tangannya masuk ke dalam vila.

Evelyn menurutinya meski nampak bibir wanita itu mengerucut, ada rasa yang mengganjal dalam hatinya. Belum puas dengan jawaban yang Elano berikan. Entah mengapa rasanya ada semacam percikan api yang muncul, membakar hatinya.

Apa ini? Tak mungkin aku cemburu. Batin Evelyn

Elano melirik sekilas paras Evelyn yang menampakkan muka masam, menarik garis senyum. Elano menyadari wanita yang masih ia genggam tangannya itu menandakan kecemburuan karena sikap emosional Elano yang muncul secara tiba-tiba membuatnya bertanya-tanya. Elano merasa senang, berati ada peluang untuk Evelyn menerimanya.

"Apa yang kau pikirkan tidaklah seperti itu. Percayalah Lyn, aku mulai menerima apa yang sudah terjadi dalam hidupku. Dan Wendy hanyalah bagian dari masa laluku. Tak mungkin aku mengharapkan kebangkitannya agar bisa kembali bersamanya,'' tutur Elano meyakinkan.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang