13. Bitter reality

225 71 19
                                    

Follow dan vote dulu ya sebelum lanjut membaca🥰 Gumawo 💜💜💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow dan vote dulu ya sebelum lanjut membaca🥰
Gumawo 💜💜💜

🪻🪻🪻

Awan kelabu mulai menyelimuti langit di sepanjang jalan yang Elano dan Henry lalui, gemuruh petir mengiringi rintikan air yang turun dari langit. Gerakan wiper untuk membersikan kaca mobil semakin cepat karena intensitas hujan semakin deras.

Jarak pandang semakin pendek, terpaksa membuat Elano memelankan laju kendaraannya meski sebenarnya ia ingin sekali cepat sampai pada tujuan namun, demi keselamatan mereka dan pengguna jalan lain Elano harus lebih berhati-hati saat ini.

Di depannya beberapa mobil tiba-tiba berhenti di tengah hujan lebat. Polisi lalu lintas memberitahukan bahwa ada pohon tumbang yang menutupi bahu jalan. Ia tak mungkin memutar kembali mobilnya untuk mencari jalur lain, karena posisinya kini di tengah-tengah kerumunan mobil lain yang sedang mengantre bergantian diarahkan oleh petugas kepolisian, untuk bisa melewati sisi jalan yang tak terkena robohan pohon.

Sial. Elano memukul kemudi mobilnya.
Kenapa disaat genting seperti ini ada saja hal yang mengganggu. Tenanglah Lyn aku akan menemukanmu.

Sama halnya dengan pria yang duduk di sebelah Elano, mulai merasa gelisah memikirkan keadaan sang adik tersayangnya. Kedua maniknya menatap keluar kaca mobil, awan gelap menyelimuti langit, hujan masih sangat deras, petir kembali bergemuruh belum ada tanda untuk sedikit reda.

"Kita bertemu di sana, aku tak bisa menunggu jalanan kembali lancar. Aku harus menemukan adikku." Hembusan angin yang membawa serta air hujan seketika menerpa kaki Henry saat menapak jalanan aspal bersamaan ketika ia membuka pintu mobil.

"Hyung, ini masih deras. Sebaiknya kau tetap bersamaku." Tak mengindahkan permintaan Elano. Henry tetap keluar dari mobil berlari di tengah derasnya hujan demi untuk cepat sampai ke sebuah alamat yang di yakini tempat dimana Evelyn di bawa.

Elano menatap punggung kakak laki-laki Evelyn, yang semakin menjauh dari balik kemudinya. Ia menekan klakson berusaha mencari celah agar cepat keluar dari kemacetan ini.

.
.
.

Gelegar suara petir menyambar, mengejutkan Evelyn yang sedang meringkuk di atas ranjang, ia masih memakai gaun pengantinnya. Atmosfer udara di dalam kamar semakin dingin, di luar memang sedang hujan deras namun, di dalam kamar terasa semakin dingin menembus indera peraba padahal penghangat udara di dalam ruangan sudah bekerja dengan maksimal. Evelyn merengkuh, memeluk tubuhnya sendiri. Buliran air mata yang melesat keluar dari kedua maniknya, seakan berlomba dengan intensitas derasnya hujan di luar sana. Suara isakan seakan tersamarkan oleh deru hujan, tak ada yang mendengar.

Masih ada sisa rasa yang tertinggal. Memori tentang Dante, meski ia berkata telah melepaskannya dan tak akan mengambilnya lagi, tetapi tak dapat di pungkiri bahwa pada kenyataannya ada benih yang tumbuh di rahim Evelyn, yang membuatnya belum bisa sepenuhnya menghapus jejak pria yang pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya selama lima tahun. Bagaimana rasanya harus mengikhlaskan seseorang yang seharusnya berjuang bersama untuk membesarkan buah cinta kasih mereka? namun, ia harus menghadapi kesendirian karena ditinggalkan. Sungguh menyesakkan.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang