18. It's you

256 71 17
                                    

Terimakasih yang sudah vote, yang belum yuk pencet tanda bintang dan follow wp ChimYungie0 Bentuk apresiasi kalian sangat berharga untuk author 💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terimakasih yang sudah vote, yang belum yuk pencet tanda bintang dan follow wp ChimYungie0
Bentuk apresiasi kalian sangat berharga untuk author 💜

🪻🪻🪻

Setelah melihat kondisi Evelyn yang begitu terpuruk, Irene membiarkan Elano untuk menemani Evelyn. Ia juga merasakan bagaimana hancurnya Evelyn saat ini. Setelah memastikan Evelyn tersadar. Irene kembali ke rumah untuk beristirahat.

Saat Evelyn terbangun setelah pingsan di kamar mandi, ia menceritakan mengapa ia mengguyur tubuhnya, wanita itu merasa begitu jijik dengan tubuhnya sendiri. Tiba-tiba ingatan itu muncul kembali, menariknya ke masa lalu, dan mengingat kebersamaannya dengan Dante. Membuat Henry terkejut dan tidak menyangka jika adiknya begitu menyesali kehidupannya.

Evelyn tidak berani menceritakan perihal Dante, yang memiliki alter ego kepada kakaknya. Ketika Evelyn menceritakan tentang penyesalannya saja, sudah berhasil membuat Henry mengepalkan tangan, mengeratkan rahangnya. Bagaimana jika ia mengetahui sisi gelap Dante? Apa yang akan ia lakukan? meskipun ia membenci Dante akan tetapi ia tidak tega jika Dante sampai celaka.

Tak lama kemudian Henry pergi entah kemana, meninggalkan Evelyn bersama Elano setelah Elano membersihan diri dan mengganti pakaiannya.

.
.
.

Sebuah bangunan tinggi dengan pintu gerbang besi yang terlihat begitu kokoh tertutup rapat. Tak sembarang orang bisa berlalu-lalang keluar masuk ke dalam bangunan tersebut tanpa membuat janji temu.

Kini Henry tengah berada di salah satu ruangan yang ada di bangunan tersebut. Duduk menyilangkan kaki, menyenderkan punggungnya pada kursi, tatapannya terlihat angkuh, atensinya menelisik setiap sudut ruangan sebelum ia kembali menatap seseorang yang berada di hadapannya, hanya berjarak meja kerja yang menjadi pembatas.

"Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu? Bukankah kau sudah tak tinggal di sini lagi? Apa ada yang bisa ku bantu?" tanya kepala sipir yang Henry temui saat ini.

Henry menarik salah satu sudut bibirnya, "Sepertinya tak perlu bertele-tele, kau sudah bisa menebak kedatanganku ke sini."

"Apa ini soal salah satu narapidanaku?" tebak Jung Hwan, kepala sipir.

*

Tujuh belas tahun yang lalu. Langit senja mengiringi perjalanan sepulang dari  orientasi studi dan pengenalan kampus. Henry berjalan seorang diri menuju rumahnya namun, di pertengahan jalan ia mendengar seseorang merintih kesakitan dan meminta ampun, Henry berjalan mengendap ke arah suara yang berada di lorong gang sempit yang minim penerangan memastikan apa yang sedang terjadi.

Dari kejauhan Henry melihat seseorang terkapar dengan muka yang sudah babak belur, tak sanggup melawan segerombolan orang yang mengeroyoknya seorang diri. Mereka berbadan besar dan kekar, darah segar mengalir dari sudut bibir dan pelipisnya.

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang