28. Maintain

109 35 5
                                    

Evelyn mengambil langkah besar, menjauh dari ruangan Elano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Evelyn mengambil langkah besar, menjauh dari ruangan Elano. Dalam benaknya ia tak ingin berburuk sangka dengan kekasihnya. Namun apa yang sudah ia saksikan, rasanya seperti sulit untuk mempercayainya begitu saja. Perkataan Elano terngiang di dalam kepalanya,
Tak kan ada yang dapat memisahkan kita.
Rasanya langkah kaki Evelyn semakin berat, "Aku harus mengetahui yang sebenarnya."

Janne merintih kesakitan, saat berjalan mendekati meja ruangan Elano,  tiba-tiba saja kakinya terkilir membuat tubuh Janne berdiri tidak seimbang lalu terjatuh. Elano hanya menolong Janne dengan membopongnya dan akan meletakkan tubuhnya di atas sofa, akan tetapi Elano merasa ada seseorang tengah memperhatikannya di balik pintu ruangan. Elano memanggil Johan untuk membantu Janne.

Evelyn berdiri terdiam memandang pintu lift yang sudah terbuka. Ia masih mempertimbangkan diri untuk kembali menemui Elano dan meminta penjelasan atau melupakan apa yang sudah ia lihat lalu meninggalkan gedung tersebut. Tangan kekar tiba-tiba saja memeluk  pinggang Evelyn dari balik punggungnya dengan suara deep nan menenangkan yang menggelitik rungunya, membuyarkan pikirannya, "Kau mau ke mana, hmm ... ?" sejemang Evelyn membeku mendengar suara Elano lalu menoleh ke kanan, hembusan napas pria kesayangannya begitu  terasa menerpa wajah Evelyn.

Pelukan Elano belum juga memudar. Evelyn membalikan tubuh memandangi Elano dalam-dalam. Bola matanya menerobos masuk, jauh ke dalam mata Elano.  "Aku lihat kau sedang bersama Janne di ruangan mu, jadi aku tak ingin menganggu kalian." 

"jadi benar itu kau yang berdiri di balik pintuku tadi?" Elano mengudarkan pelukan, menggenggam jemari  Evelyn dengan erat, mengecup punggung tangan Wanitanya sekilas, membuat Evelyn tersipu malu, "Jangan salah paham, aku hanya membantu Janne, kakinya terkilir. Ada berkas kontrak yang ternyata belum di tandatangani oleh Janne."

Evelyn mengangguk, setelah ia mendapati pengakuan yang melegakan hatinya. "Ayo ke ruangan ku, aku ingin menunjukan sesuatu." Elano menggandeng Evelyn menuju Ruangannya.

Hening, ada kecanggungan di antara Janne dan Johan setelah sekian lama mereka tak bertemu apa lagi bertegur sapa. Janne menyibak rambutnya ke belakang telinga, tersenyum simpul saat Johan mengoleskan salep untuk  meredakan bengkak pada kakinya yang terkilir. "Jangan banyak bergerak setelah ini," perintah Johan.

"Lalu  bagaimana aku pulang jika aku tidak boleh banyak bergerak?" rengek Janne.

Tanpa aba-aba Johan langsung membopong Janne ala bridal, "Aku antar ke Hotel, pekerjaanmu sudah selesai 'kan?" Janne mengedip dengan cepat, mencerna situasi yang ia alami saat ini. "Turunkan aku, aku masih bisa berjalan sendiri." Perintah Janne tak membuat Johan menurunkan tubuh Janne. Pria itu malah melangkahkan kakinya menuju keluar ruangan, hal tersebut membuat Janne tak bisa berkutik. Wanita itu berusaha menahan senyum dan perasaan bahagianya.
Kau tak pernah berubah Jo, masih mau memperhatikan ku, batin Janne.

.
.

Elano membuka laptop, menunjukkan beberapa gedung dan dekorasi pernikahan kepada Evelyn. "Aku ingin pernikahan kita kali ini harus meriah dan megah, tidak seperti saat rencana pernikahan kita yang gagal waktu itu."

𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang