Di atas ranjang yang terasa empuk dan nyaman, Evelyn merebahkan tubuh lelahnya setelah seharian bekerja dan menyempatkan diri untuk makan malam bersama Elano. Tangannya melayang ke udara, Ia memandang cincin bermotif bunga Irish yang melingkar di jari manisnya. Senyum manis terukir jelas pada wajah Evelyn. Rasanya aura kebahagiaan yang terpancar bisa membuat bunga layu menjadi segar kembali. Masih tak menyangka Elano sudah melamarnya. Namun tak dapat di pungkiri ada rasa khawatir menyambangi hati kecilnya, ketakutan jika kisahnya terulang lagi seperti masa lalu. Bagaimana kalau Elano tiba-tiba saja meninggalkannya? Sejemang kemudian Evelyn menggelengkan kepalanya pelan.
Apa yang kupikirkan? Tidak, Elano tak akan seperti Dante. Melihat selama ini pengorbanan yang ia lakukan untukku, seharusnya itu sudah cukup Lyn. Monolog Evelyn menasehati diri sendiri. Bahkan berulang kali tiap ia merasa ragu, ia selalu kembali meyakinkan dirinya sendiri.
Wanita itu merubah posisi tidurnya, menyamping menghadap nakas di samping ranjangnya. Sebuah bingkai foto berukuran kecil menampilkan foto keluarga Evelyn ketika orang tuanya masih ada. "Eomma, appa, semoga Elano tidak membuatku kecewa," gumam Evelyn sambil memandang foto tersebut. Tak lama kedua matanya terasa berat, rasa kantuk semakin terasa. Evelyn tertidur sambil menggenggam tangan yang tersemat cincin pemberian kekasihnya.
.
.
.Sedangkan di apartemen Elano, wanita yang sedari tadi menunggunya di depan pintu, kini tengah menyantap ramyeon buatan Elano dengan lahap. "Kau tidak makan?" ucap Janne.
"Aku sudah makan." Elano duduk di seberang Janne, melipat kedua tangannya memperhatikan Janne yang tengah menyeruput kuah ramyeon.
"Sudah kubilang jangan menungguku. Masih saja keras kepala, kau menungguku sampai ketiduran bahkan kelaparan," protes Elano.
Ramyeon telah tandas tak bersisa di mangkok Janne. Ia meletakkan sumpit di atas meja. Meminum satu gelas air putih dalam satu tegukan. "Aku juga sudah bilang, aku ingin bertemu denganmu."
"Sebenarnya apa alasanmu tiba-tiba datang?" Tatapan Elano dingin, sangat berbeda ketika ia memandang Evelyn.
"Sebenarnya aku tak ingin menginjakkan kaki di sini lagi, tapi, ibumu yang mengundangku untuk mengunjunginya." Sorot mata Kim Janne tak kalah dingin dengan Elano. Seakan mereka tengah saling beradu, mengeluarkan kilatan petir dari sorot mata mereka masing-masing.
Elano mendecih, "Ibuku?" tanyanya tak percaya, "Kalian sedang merencanakan apa?"
"Enak saja menuduh, mungkin ibumu sangat merindukan aku. Atau, aku akan dijadikan lagi sebagai kandidat calon istrimu?" Janne melebarkan senyuman, lebih tepatnya seperti senyum meledek.
"Memangnya kau mau?"
"Sepertinya, sekarang aku berubah pikiran."
"Berhenti bercanda, atau aku akan menelpon Johan agar membawamu pergi." Elano mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Namun segera Janne berlari kecil memutari meja makan mendekati Elano, telapak tangannya saling bertaut memohon, "Jangan, kau ini selalu saja membuatku tak bisa berkutik."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙸 𝙵𝚒𝚗𝚍 𝚈𝚘𝚞
Fanfiction[Telah Terbit Novel] ❗ FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA ❗ Bagaimana bisa, seorang pelukis dan desainer yang bertemu dengan tanpa disengaja, tiba-tiba saja sepakat melakukan sebuah sandiwara pernikahan? Suatu ketika mantan kekasih Evelyn muncul dan m...