[02] Perampokkan.

834 99 12
                                    

“Percayalah, Allah tidak pernah mengambil apa pun dari hamba-Nya. Dia hanya menukar dengan sesuatu yang lebih indah.”

-

Zahirah melamun dengan tangan yang memainkan sebotol minuman Coca-Cola

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zahirah melamun dengan tangan yang memainkan sebotol minuman Coca-Cola. Kini ia sedang berada di warung Mang Tarjo, tempat tongkrongan anak sekolahan yang sudah di jadikan basecamp pribadinya dan warga setempat.

Tidak heran banyak orang-orang yang bermain judi, meminum minuman beralkohol, merokok dan lain sebagainya. Namun Zahirah tidak termasuk orang yang seperti itu, ia hanya mengikuti ajakan temannya yang membawanya ke dalam lingkungan tersebut.

“Tumben kerudungnya nggak di buka, mulai hijrah loh?” tanya Hasna menyadarkan lamunan Zahirah.

Gadis itu menggaruk-garuk belakang kepalanya. “Eummm nggak, kok.”

Zahirah hendak membuka jarum pentul yang mengikat kerudung putihnya, akan tetapi pergerakannya berhenti ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

“Kuy, ada mangsa tuh,” bisik Asnaf melirik seorang pemuda yang berpakaian bak anak pesantren, sedang celingak-celinguk mencari sesuatu.

“Mau kamu apain tuh orang?” tanya Zahirah memperhatikan gerak-gerik orang tersebut.

Asnaf menyeringai, merangkul pundak Zahirah dan Hasna bersamaan. “Mau jajan 'kan lo berdua?”

“Ya maulah,” jawab Hasna bersemangat.

“Lo?” tanya Asnaf, melirik Zahirah yang hanya diam saja.

“A-aku? Ya mau lah, ya kali soal jajan nggak mau,” jawabnya tertawa renyah.

“Kalo mau jajan ya usaha. Tau 'kan maksud gue apa?” Ketiganya tersenyum, lalu mengangguk menyetujui.

Zahirah memakai jaket hitam untuk menutupi baju seragamnya. Menurunkan rok panjangnya yang di balut oleh celana jeans di dalamnya. Kerudungnya kini terlepas sempurna, mengikat rambutnya hingga menampilkan leher jenjang miliknya.

Sedangkan Hasna tidak perlu mengganti apapun, karena ia sudah melepas baju seragam sekolahnya beberapa jam yang lalu.

Apa kabar dengan pakaian Asnaf? Lelaki itu sudah lebih dulu melepaskan baju seragamnya dan di ganti oleh baju sobek-sobek bak preman pasaran.

Dengan sepuntung rokok yang berada di bibirnya, serta asap yang mengalun  terbawa angin sepoi-sepoi, Asnaf berjalan memimpin. Diikuti oleh Zahirah dan Hasna di belakangnya.

Tidak lupa Asnaf juga mengajak bapak-bapak yang bermain judi untuk memperlancar aksi rampoknya.

Mereka mengikuti langkah kaki pemuda tersebut hingga tiba di sebuah gang yang sepi.

Asnaf menyenggol lengan Zahirah, memberi isyarat untuk menghentikan langkah kaki pemuda tersebut. Zahirah yang sudah mengerti pun mengangguk.

Menepuk pundak pemuda tersebut hingga membuat dirinya kaget. “Hallo ganteng, mau kemana nih? Sendirian aja. Mau aku temenin nggak?”

Pemuda tersebut menghentikan langkahnya. Memundurkan tubuhnya beberapa centimeter, mengikis jarak di antaranya. “Sebelumnya terimakasih, tapi saya bisa sendiri.”

“Yakin bisa sendiri?” tanya Zahirah bersedekap dada.

“InsyaaAllah, maaf saya duluan—.”

“Eits ... kok buru-buru sih, nggak mau kenalan dulu?” goda Zahirah hendak merangkul pundak pemuda tersebut, namun ditepis olehnya.

“Maaf, bukannya tidak mau berkenalan. Tapi saya buru-buru, saya kehilangan jejak Abi dan Umi saya karena mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba mogok di tengah jalan, sedangkan saya membawa motor, dan motor itu ada di— tunggu, dimana motor saya?”

Zahirah tersenyum melihat kepolosan pemuda yang berada di hadapannya. “Apakah itu motor milikmu?”

Hadwan Arkam Haryakan. Sang pemuda yang kini berada di hadapan Zahirah, melotot kaget melihat motornya yang sudah dibawa oleh para preman melihat ke arahnya dengan seringai tipis.

“Hey, itu motorku. Kembalikan!” teriak Hadwan hendak mengejar preman yang membawa motornya.

Namun ketika melangkah, tiba-tiba tas ranselnya ditarik oleh Zahirah ke belakang hingga tas tersebut terlepas dari punggungnya.

Hadwan menatap Zahirah kaget. “Kembalikan tas milikku!”

Kalah cepat. Saat Hadwan akan merebut tas miliknya, Asnaf dan kedua preman yang ikut dengannya mengunci pergerakan Hadwan, sehingga laki-laki itu memberontak.

Dengan telaten Zahirah mengeluarkan beberapa barang yang Hadwan bawa. Gadis itu mengambil dompet, handphone, beserta kunci motor yang langsung di lemparkan kepada temannya.

Motor Hadwan di bawa kabur oleh preman tersebut. Sedangkan Zahirah dan Hasna masih sibuk mencari barang-barang berharga milik Hadwan.

“Tidak! Jangan semuanya. Itu uang Abi dan Umi!” teriak Hadwan menahan pergerakan Zahirah.

“Heh, mikir dong. Ya kali mau ngerampok nanggung-nanggung,” ketus Zahirah menatap Hadwan sinis.

Setelah selesai Hasna dan Zahirah berjalan meninggalkan Hadwan yang di pukuli oleh Asnaf dan teman premannya agar Hadwan tidak sadarkan diri.

Hadwan yang sudah tidak berdaya pun menutup matanya rapat-rapat, dengan tangan yang masih bergetar. Begitupun dengan tasbih yang membelit jari jemarinya.

Sedangkan mereka yang habis merampok Hadwan membagi-bagi hasil dengan imbalan yang sama rata. Zahirah tersenyum tipis, melihat teman-temannya bersorak gembira karena bisa menikmati apa yang belum mereka rasakan sebelumnya.

Akan tetapi dibalik senyuman tipisnya, terbesit rasa bersalah kepada  sosok pemuda yang terlihat panik akan kedua orang tuanya yang kesulitan di tengah jalan. Mengingat perkataan pemuda itu, jika mobil yang mereka tumpangi mogok di tengah jalan.

Hal itu membuat Zahirah tiba-tiba merasa gelisah. “Guys, kayaknya gue balik duluan deh. Bentar lagi mau magrib, gue pulang dulu ya. Bay the way bagian gue kasih aja ke mereka, uang gue masih cukup kok buat jajan satu minggu ke depan.”

“Oke, siap. Thanks you, Zahirah!” Hasna bersorak gembira, memeluk tubuh sahabatnya penuh kasih sayang.

“Nih, Naf, bagiin ke mereka,” ucap Hasna menyerahkan uang beberapa lembar berwarna biru dan merah.

Asnaf yang berada di sampingnya pun ikut tersenyum. Menatap kepergian Zahirah yang mengayuh sepedanya menuju pondok pesantren.

Asnaf menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. “Lo satu-satunya cewek yang buat gue dan semua orang kagum, apalagi dengan posisi lo anak kiyai kayak gini. Zahirah, gue bingung sama lo. Mau bilang subhanallah atau astaghfirullah?”

****

Selamat berbuka puasa untuk semuanya🤗♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat berbuka puasa untuk semuanya🤗♥️

23-Maret-2023
Next?

Bujangga Taqwa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang