[05] Teguran.

624 90 3
                                    

“Hati yang keras, jika terus menerus diberi hikmah maka ia akan lunak. Itulah pentingnya mendapat ilmu di setiap harinya.”

-

Pagi hari yang cerah diiringi dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang indah, di sekolah SMA Patimura yang penuh keberkahan, kini mereka belajar membaca Al-Qur'an dari surah ke surah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi hari yang cerah diiringi dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang indah, di sekolah SMA Patimura yang penuh keberkahan, kini mereka belajar membaca Al-Qur'an dari surah ke surah.

“Zah, gue nggak bisa baca Qur'an, gimana dong?” kening Hasna berkerut mengisyaratkan kekhawatiran.

Zahirah menggaruk-garuk kepala belakangnya. “Sebenarnya aku juga nggak bisa, tapi coba aja dulu lah. Lagian kalau salah ntar juga di benerin.”

“Tap—.”

“Zahirah Dzikra Huriyah!”

“Apa Bu?” tanya Zahirah menatap Bu Mira— Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

“Apa-apa! lanjutin bacaannya Zahirah, surah Al-kahfi ayat enam”

Zahirah membuka cengar-cengir tanpa dosa. Gadis itu melihat Al-Qur'an yang berada di dalam genggamannya.

“Bismillahirrahmanirrahiim ... fa la'allaka baakhi'un nafsaka ala asa—.”

“'Alaa Zah! Panjang, itu hukumnya mad jaiz munfashil dibacanya bisa empat harkat atau enam harkat, bacanya jangan di pendekin kayak tadi!” peringat Bu Mira mengoreksi lafadz yang Zahirah baca dalam surah Al-kahfi ayat keenam.

Zahirah menghela napas panjang. Meneliti surah Al-kahfi yang tertera dalam Al-Qur'an dengan penuh penghayatan. Saat hendak melanjutkan bacaannya tiba-tiba Prita — teman sekelasnya menyindir.

“Katanya anak Kiyai, kok baca Al-Qur'an aja nggak bisa ... cuaaaks!”

Zahirah menyipitkan matanya sinis, hendak membalas ucapan Prita yang meremehkan dirinya. Akan tetapi Bu Mira lebih dulu mengeluarkan suaranya mendahului Zahirah.

“Prita! Kamu tidak boleh seperti itu. Coba tes ke diri kamu sendiri, kamu bisa tidak membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar?”

Zahirah tersenyum penuh kemenangan. Mengejek Prita yang mengerjap-ngerjapkan kedua matanya kaget.

“Aahaha ... ibu becanda deh, aku 'kan lagi haid, nggak bisa baca Al-Qur'an. Jadi, lain kali aja ya Bu ...”

“Dih, alasan elit baca Qur'an sulit,” celetuk Zahirah mengundang gelak tawa teman-temannya yang berada di ruang kelas.

“Heh! Jaga mulut lo ya!”

“Baru di senggol dikit aja udah ngamuk, cek ... lemah.”

Prita mengepalkan tangannya tidak terima. “Gue nggak lemah ya. Emang beneran gue lagi haid, apa perlu gue live streaming dulu baru lo percaya?”

Bujangga Taqwa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang