[13] Pergaulan.

458 57 3
                                    

“Bagian penting memperbaiki diri adalah memperbaiki pergaulan. Tinggalkan kawan yang berpengaruh buruk kepadamu, selagi kamu baik. Kamu akan di pertemukan dengan orang yang baik pula.”

-

Lama tidak menongkrong bersama teman-temannya membuat Zahirah dilanda rasa bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lama tidak menongkrong bersama teman-temannya membuat Zahirah dilanda rasa bosan. Gadis itu segera bangkit dari duduknya, menaruh buku hadits yang sering ia baca akhir-akhir ini. Berdandan tipis, mengenakan pakaian sederhana.

Mengambil handphone serta tas kecil yang ia selempangkan dibahunya. Berjalan menuju ruang tamu, berniat pamitan kepada Mahirah. Akan tetapi ia tidak melihat keberadaan Ummah—nya.

Zahirah tersenyum tipis. “Yes!” serunya dengan suara pelan. Ia berjalan mengendap-endap, takut ada Asma atau Kholid yang melihatnya keluar pondok.

Aman. Tidak ada satu orang pun yang melihat Zahirah keluar dari rumahnya, ia berlari terbirit-birit menuju gerbang.

“Untung ada jadwal kajian, jadi aku gampang buat keluar dari pondok hihi ...”

Ketika tangannya hendak menggapai kunci gerbang. Sebuah sorban memukul lengannya. Tidak sakit, hanya saja ia kaget dengan serangan tiba-tiba itu.

“Kang Hadwan!”

“Astagfirullah!”

Kaget keduanya saling tatap menatap. Zahirah memundurkan tubuhnya, begitupun Hadwan yang langsung mengikis jarak di antaranya.

“Kamu mau kemana?” tanya Hadwan kepada Zahirah yang tampak gelisah.

“M-mau main. Kenapa emang?” Zahirah menatap Hadwan sinis, ia tahu Hadwan akan melarangnya untuk keluar dari pondok.

“Sudah izin?”

Zahirah menggelengkan kepalanya. “Nanti juga mereka tau sendiri, kok. Kang Hadwan sendiri, mau kemana?”

“Mau beli galon, buat persediaan kajian nanti malam.”

Zahirah menganggukkan kepalanya, mengerti. Kedua matanya melihat Hadwan membuka gerbang, dengan cepat Zahirah ikut keluar, mengekori Hadwan.

“Eh, kamu 'kan belum izin. Kok ikut keluar?” Hadwan mengernyit. Menahan langkah kaki Zahirah yang hendak pergi dari pondok pesantren.

“Udah dibilangin, nanti juga mereka tau sendiri!” kesal Zahirah berjalan meninggalkan Hadwan yang kini terdiam.

“Zahirah! Tunggu!”

***

Sudah satu jam Hadwan menemani Zahirah di warung yang biasa Zahirah jadikan tempat tongkrongan. Jujur saja Hadwan merasa sirih dengan tatapan para penjudi yang tengah asik bermain di sampingnya.

Demi apapun Hadwan ingin sekali pulang ke pondok. Lalu beristigfar sebanyak-banyaknya di dalam masjid, berdo'a sepuasnya agar orang-orang di sekitarnya itu segera bertaubat.

Bujangga Taqwa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang