VIII

666 94 5
                                    

Mari kita melipir sebentar, untuk sekiranya tahu siapa Hendery dan Irsa dikehidupan Jeffrey

Sepengetahuan Aluna, Jeffrey ketemu Hendery saat mereka masih SMP, singkatnya mereka ini bestie-an sejak itu. Sedangkan Irsa adalah kakak tingkat Jeffrey yang akrabnya karena mereka punya hobi yang sama yaitu main basket. Dulu Irsa kaptennya dan Jeffrey wakilnya ngebuat mereka klop banget. Sejak itu, Jeffrey memperkenalkan Hendery pada Irsa. Ini awal yang sulit karena Hendery itu punya sifat dan watak yang berkebalikan sama Irsa. Kalau Irsa itu orangnya easy going dan gampang untuk bergaul sedangkan Hendery cenderung pilih-pilih dalam bergaul mungkin ini karena lingkungannya yang serba elite ya jadi Hendery itu sedikit untouchable. Tapi akhirnya mereka melebur kok dengan Jeffrey sebagai jembatannya.

Irsa itu orang favoritnya Aluna. Dia banyak curhat pada si lebih tua karena Irsa bukan tipikal yang menghakimi. Irsa lebih banyak mendengarkan dan baru mengemukakan pendapatnya jika Aluna meminta, itupun dengan bahasa yang gak menyinggung Aluna. Karena itu saat melihat Irsa datang Aluna excited banget.

Dirimya langsung menyatu dalam pelukan Irsa dan entah kenapa dengan isak tangis yang sudah dia tahan beberapa waktu lamanya. Dalam pelukan itu, Aluna dapat mendengar bisikan penenang yang biasanya Irsa katakan padanya.

"It's okay, Alunan. Semuanya akan menjadi lebih baik."

"Maaf ya gak bisa nemenin kamu lebih awal. Terimakasih sudah menunggu"

Akhirnya dia punya tempat untuk bersedih.

....

Tentu saja Marcus melihat semuanya. Bagaimana Aluna lebih memilih pelukan Irsa daripada dirinya.

Padahal dia ada disini. Selalu menunggu Aluna untuk terbuka padanya. Menunggu Aluna untuk sadar jika dia akan selalu berada dipihak Aluna apapun yang terjadi.

Marcus tertawa saat merasa ada rasa ngilu dihatinya saat melihat Aluna menangis terisak dipelukan Irsa. Sedangkan saat bersamanya Aluna hanya akan menghela nafas sambil menggerutu pelan.

"Katanya lo gak sedih ? Tapi kenapa lo nangis ?"

"Apa lo bohong tentang perasaan lo ?"

"Tapi kenapa lo harus bohong sama gue ?"

Pertanyaan-pertanyaan liar itu muncul dalam kepala Marcus.

Padahal kalau ditelaah, dirinya lah yang lebih banyak bersama dengan Aluna. Tapi kenapa Aluna mencari orang lain. Dan kenapa orang itu harus Irsa ?

Orang yang kelakuannya sebelas duabelas seperti kakaknya.

Marcus tak habis pikir.

"Sinar" Aluna berhenti memeluk Irsa dan berbalik menatap Marcus yang memanggilnya.

Wajah Aluna benar-benar berantakan. Matanya merah sembab dan bibir pucat.

"Sedalam apa cinta lo sampai lo bisa sehancur ini, Sinar ?"

Marcus mau menyurakan hal itu namun entah kenapa bibirnya kelu. Dia takut jika pertanyaan itu hanya akan kembali membuat Aluna menangis.

Dia benci melihat airmata Aluna.

Marcus mengelus lembut puncak kepala Aluna dan menyelipkan beberapa anak rambut kebelakang cuping telinga perempuan itu.

Marcus berusaha tersenyum.

"Yuk, masuk. Kita brainstorming, tapi cuci muka dulu ya. Abis itu ayo balik ke Jakarta bareng."

Bet on UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang