"Makan ya? Gantian sama aku jaga Dery"
Jeffrey udah lama gak sedekat ini ngelihat Aluna. Jika Jeffrey bisa memilih, bukan Aluna dengan mata sembab dan tatapan kosong yang ia ingin lihat. Dia menginginkan Aluna dengan senyum manis tersemat diwajah perempuan itu.
Kondisi Hendery sudah normal tapi belum siuman. Hendery mengalami benturan cukup kuat ditubuhnya karena menabrak pembatas jalan yang terbuat dari beton. Ada beberapa luka luar karena laki-laki itu gak menggunakan seatbelt. Hendery mengalami kecelakaan tunggal dan diduga menyetir dalam keadaan mabuk. Ada beberapa polisi yang menyambangi rumah sakit tapi sudah diurus oleh Jeffrey dan Tante Vio. Untuk Tante Vio, Aluna meminta perempuan paruh baya itu untuk pulang beristirahat ke rumah karena rumah sakit tak baik untuk kondisi Tante Vio sedangkan Om Pras masih di Makassar untuk pekerjaan, katanya akan mengambil penerbangan paling pagi besok.
Aluna menggeleng "Gak nafsu"
"Still, you have to eat. Kalau kamu sakit gimana?"
Aluna gak menjawab. Dirinya daritadi hanya menatap Hendery yang belum siuman dari kemarin. Aluna bahkan belum mandi atau sekadar ganti baju. Dia masih belum bisa melakukan semua itu sementara Hendery masih tertidur dengan bantuan selang oksigen.
Rasanya masih terngiang dipikiran Aluna bagaimana Tante Vio menangis dalam pelukannya memanggil nama sang anak agar tak meninggalkannya.
Aluna seperti re-living her biggest nightmare at the time.
Apa yang dilakukan oleh Tante Vio dulu adalah hal yang sama dia lakukan saat Ibu nya ada diruang ICU. Bedanya yang memeluk dirinya adalah Jeffrey.
"Luna?"
"Lo gak pulang? Embun gimana?"
Aluna belum tahu perihal perpisahan Jeffrey dan Embun.
"Aku gak sama dia" Jawaban Jeffrey cukup membuat Aluna diam. Namun, tak lama tangisan kecil Aluna menggema di ruang inap Hendery.
"Oh God, kenapa semuanya jadi begini?" Tanya Aluna pada dirinya sendiri.
Kayak semacam Aluna gak diperbolehkan untuk bernapas lega dalam waktu yang lama.
Saat mendengar dugaan Hendery kecelakaan karena mabuk, Aluna langsung merasa bersalah. Hendery bukan seorang penyuka alkohol setahu Aluna, kecuali jika laki-laki itu susah tidur.
"Glass of wine help me to sleep kalau lagi banyak pikiran"
Apakah ini karenanya ?
Hendery begini, apakah karena dirinya ?
"Hendery sudah lewat masa kritisnya, dia cuman tidur bentar Luna. Gak ada hal buruk yang akan terjadi sama Dery. Percaya sama aku"
"Terakhir kali gue percaya sama lo, yang gue dapatin cuman sakit hati"
Kali ini giliran Jeffrey yang diam. Dia masih tahu diri kalau kelakuannya dimasa lalu membuat Aluna sulit untuk percaya.
"Hendery orang yang kuat. Kamu cukup percaya itu. Kamu gak perlu percaya aku" Ujar Jeffrey setelah cukup lama diam, berpikir kalimat apa yang bisa membuat hati Aluna bisa membaik.
"Luna-" Mungkin ya, situasi mereka sekarang bukan situasi terbaik untuk membicarakan apa yang terjadi diantara mereka. Namun, Jeffrey sangsi dia akan mendapatkan kesempatan untuk bicara dengan Aluna tanpa tarik urat.
Aluna sudah terlanjur membencinya.
"Dulu aku belum sempat minta maaf untuk apa yang terjadi diantara kita. Aku minta maaf"
"...."
"Dulu aku kalut. Apa yang aku katakan dulu sama kamu, aku minta maaf. Aku gak bermaksud untuk menyakiti kamu. Tapi nyatanya iya, dan aku minta maaf. Untuk hati kamu yang aku lukai sebegitunya. Kamu gak pernah salah Aluna. Itu jawaban untuk pertanyaan kamu dulu. Yang salah adalah aku. Aku yang brengsek. Yang gak merasa puas dengan adanya kamu disamping aku"
"Aku beruntung bisa ketemu dengan kamu. Dan aku masih tetap mencintai kamu walau sekarang cinta bukan kata yang mau kamu dengar dari mulut aku. Aku mencintai kamu. Sama seperti dulu. Dan akan selalu seperti itu." Tambah Jeffrey.
Aluna mengedikkan bahunya setelah mendengar perkataan panjang lebar Jeffrey
"Lo kasih ke Embun sama anak lo aja. Cinta lo"
Jeffrey tersenyum lirih. Rasanya pilu mendengar perkataan Aluna seperti sekarang.
Rupanya kenangan manis tujuh tahun mereka sudah lenyap tak bersisa untuk Aluna.
Sedangkan untuk Jeffrey, segalanya tentang Aluna adalah sesuatu yang ingin dia simpan dengan baik.
"Namanya Arunika, panggilannya Aru" Ujar Jeffrey berusaha terdengar gembira. Walaupun Jeffrey tak mencintai Embun, Jeffrey begitu mencintai putrinya.
"Bagus namanya" Puji Aluna singkat.
Jeffrey mengangguk setuju. Aluna gak tahu aja alasan dibalik nama Arunika yang Jeffrey berikan pada putrinya. Arunika artinya matahari terbit. Buat Jeffrey, hanya akan ada satu bulan dihidupnya yaitu Aluna begitu juga dengan matahari, hanya akan ada Arunika. Jeffrey menyematkan nama itu pada putrinya saat dia sedang rindu berat pada Aluna yang tak tahu dimana keberadaannya.
Aluna dan Arunika.
Hidup Jeffrey rasanya akan lengkap jika keduanya ada disamping Jeffrey.
Tapi sekarang, Jeffrey sudah cukup dengan putrinya.
Karena dia tahu, sekeras apapun usahanya untuk mengembalikan genggaman tangan Aluna padanya, hal itu mustahil terjadi.
Aluna melirik Jeffrey sebentar. Sama sepertinya, tatapan Jeffrey jatuh pada Hendery yang masih tertidur pulas.
Aluna menghela nafas mengingat Jeffrey.
Jeffrey ya ?
Dia orang baik, tapi brengsek.
Mau ustadz atau pendeta sekalipun pasti akan membuat kesalahan, kan?
Namanya juga manusia.
Masa lalu mereka salah satu bukti kalau orang baik bisa memilih pilihan yang salah sesekali.
Dan pilihan Jeffrey saat itu benar-benar menyakiti Aluna.
But still, he is a good man.
Dulu mereka saling mencintai. Tentu.
Tapi setelah berjalan cinta yang mereka elu-elukan hilang digantikan dengan amarah dan kecewa juga kesedihan.
Karena itu melepaskan adalah hal yang paling tepat untuk mereka.
Pada akhirnya Aluna bukan menjadi Alunan yang abadi dikehidupan Jeffrey.
Marcus: Udah makan, yang ?
Marcus: Jangan lupa makan ya
Marcus: Love you, hari ini aku pulang ke apart dulu, Ibu mau makan malam bareng katanya.
Marcus: Kabarin aku kalau kamu udah bisa megang hp.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest