XIX

577 85 6
                                    


"Bang, ini masih lama ?" Jovan udah beberapa kali menanyakan hal itu pada Marcus dan dibalas gumanan gak jelas.

Ini mereka lagi di basement apartemen Jeffrey. Tempat yang sama dimana Marcus menangkap basah kakaknya. Jovan gak paham kenapa mereka berada disini. Tapi karena dia tadi nebeng mobil Marcus jadi mau gak mau dirinya ikutan.

"Ban-"

"Ngomong lagi, lo gue gibeng, Pan. Sabar!" Potong Marcus udah kesal dengan Jovan yang kelihatan gelisah dan bosan.
Marcus juga bosan kok dan dia juga capek habis pulang kerja, tapi dia lagi dalam misi. Sebenarnya apa yang dia lakukan sekarang belum tentu ada hasilnya.

Tapi entah kenapa ya, intuisi Marcus lagi kenceng banget nyuruh dia kesini. Kalau tentang Aluna, entah kenapa seluruh indra Marcus tuh kayak lebih sensitif.

Kalau kalian pikir Marcus itu cuman berdiam diri saat dia tahu ada orang yang bergeriliya mendekati Aluna, maka kalian salah.

Yang Marcus bicarakan sekarang adalah Hendery.

Iya, dari awal Marcus tuh sadar kalau Hendery sedang berusaha mengambil hati Aluna bahkan kayaknya duluan dia sadar dari yang punya diri.

Semua ini berawal dari gathering di puncak. Entah kenapa ya, Marcus selalu menemukan pandangan Hendery terpaku pada Aluna.

Apalagi saat Aluna menangis dipelukan Irsa. Bukan hanya Marcus yang concern saat itu, dia juga dapat melihat hendery dari kejauhan terlihat tak tega dengan keadaan menyedihkan Aluna.

Permasalahannya, kenapa ?

Kenapa Hendery jadi mendekati Aluna ?

Tentu dong ini menjadi pertanyaan paling pertama yang muncul dibenak Marcus.

Soalnya Hendery dan Aluna punya track record yang kurang menyenangkan. Mereka lebih suka besebrangan dan bertentangan tak jarang berakhir dengan silat lidah yang hanya bisa dikendalikan oleh Jeffrey.

Jika saja Hendery bukan orang yang seperti itu dikehidupan Aluna, mungkin Marcus akan maklum dengan rasa suka Hendery.

Dia akan sukarela menerima Hendery sebagai lawan berkompetisi untuk memenangkan hati Aluna.

Aluna adalah perempuan yang mudah dicintai. Jadi gak heran kalau banyak yang suka dan memiliki perasaan lebih untuk Aluna.

Iya, Marcus udah gak mau menutupi hatinya lagi hanya karena untuk menjaga perasaan kakaknya yang dulu bergelar kekasih Aluna.

Sekarang dia dengan bangga akan menunjukkan perasaannya pada Aluna.

Dan perkataan Jeffrey mengenai dia tak akan bisa bersama Aluna tak sama sekali membuat gentar seorang Marcus.

Kita bicara tentang seorang Marcus Yoseph Sutjipto. Satu-satunya keturunan keluarga Sutjipto yang memilih jadi arsitek walapun akung nya marah besar, karena semua keturunan Sutjipto itu terlahir untuk menjadi dokter, terus juga satu-satunya mahasiswa jurusan arsitek pertama yang bisa jadi ketua BEM Universitas. Jalur independen lagi.

Marcus itu gak mudah down dengan perkataan-perkataan gak jelas sebelum dia benar-benar mencoba

Jadi maaf aja nih ya Bang. Omongan lo udah kayak sendal yang diinjak-injak.

Gak ada harganya.

Nah sekarang mari kembali ke basement dimana Jovan udah merengek minta pulang.

"Pan, sabar napa ? Gue udah bilang kan gue ada urusan, tapi lo ngotot nebeng gue"

"Urusan lo gak gu-"

"Sstt" Marcus menyuruh Jovan diam saat melihat dua orang yang kentara familiar berjalan bersamaan.

Itu Hendery bersama dengan Embun. Dan Hendery kelihatan membawa beberapa kantong supermarket ternama. Mereka lalu masuk ke dalam lift yang menuju unit apartemen.

Senyum Marcus muncul seketika.

See?

Kurang tajam apalagi intuisi Marcus jika berhubungan dengan Aluna.

Sekarang pertanyaannya, hubungan apa yang keduanya miliki hingga bisa terlihat akrab seperti itu ?

"Cabut, Pan." Suruh Marco membuat rengekan Jovan terhenti. Si bungsu langsung senyum dan tancap gas buat pulang ke rumah.

Mulai seru nih pikir Marcus.

Bet on UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang