Aluna sekarang mendadak berbeda.
Berbeda gimana?
Ya gak beda-beda banget sih, soalnya apa yang dia lakuin sekarang adalah cerminan masa lalunya.
Dia ganti warna rambut jadi merah ngejreng!
Alasannya karena dia lagi mau aja, pas dia nyalon bareng Velove dan Tavella. Keduanya menyarankan untuk Aluna menyemir warna rambutnya dengan warna lebih 'berani' biar gak monoton.
"Kalau kata orang, potong rambut itu tanda kalau kita mau memiliki kehidupan baru. Nah, lo ganti warna rambut aja. Soalnya sayang rambut lo bagus gini"
Gitu deh kata Velove.
Kalau ada yang berpikir Aluna tuh dari dulu adalah tipikal perempuan classy dengan selera feminim, itu salah besar. Aluna dulu tuh lebih kayak wild and free. Semua perubahannya banyak dipengaruhi oleh Ibu Irene setelah Bunda nya meninggal.
Ibu Irene banyak membelikan pakaian yang feminim terus kalau mereka ke salon, Ibu Irene juga bakal mencarikan hairstyle dan juga haircolor yang tergolong aman.
Awalnya Aluna gak nyaman namun setelah beberapa saat dia mulai terbiasa. Apalagi dulu respon Jeffrey positif banget dengan perubahan gaya Aluna.
Ah! Aluna juga sempat ngerokok dan minum, tapi berhenti pas merasa kalau kelakuannya tuh gak menghasilkan apa-apa kecuali kantong boncos!
Satu fakta menarik lagi, daripada pakai mobil, Aluna lebih suka motoran, terus kenapa sekarang dia lebih sering pakai mobil? Ya lebih praktis aja sih, soalnya bawaan dia ke kantorkan banyak. Kalau dia bawa motor ribet.
"Motor siapa parkir dekat mobil gue?" Tanya Marcus, dia baru aja dateng dan rada mempertanyakan kehadiran motor yang lumayan cakep kalau menurut dia.
"Selamat pagi, pak. Itu-"
"Hai!" Pekikan kelebihan semangat itu memekakan telinga Marcus, dia berbalik dan terperangah mendapati Aluna dengan rambut merah barunya lengkap dengan jaket kulit yang membalut tubuhnya secara sempurna.
"Sayang?" Marcus masih rada amaze dengan versi Aluna yang dia lihat sekarang.
Rasanya udah lama banget dia gak melihat Aluna seperti ini.
"Kesiangan ya?" Pertanyaan Aluna gak dijawab, Marcus malah menarik Aluna ke pelukannya. Tanpa peduli kalau ada Yeslynn yang memandangi mereka dan beberapa pegawai lainnya.
Ya lumayan lah, tontonan romance gratis.
Aluna awalnya kaget namun setelah itu membalas pelukan Marcus sama eratnya.
"Maaf" berulang kali kata itu keluar dari mulut Marcus namun gak dijawab oleh Aluna. Dia cuman diem aja sambil menepuk pundak Marcus pelan.
"Udah ya, gak usah diulang-ulang" kata Aluna saat merasa sudah bosan dengan permintaan maaf yang keluar dari mulut Marcus, dia juga yang pertama melepas pelukan mereka.
"Marcus. Punya waktu?"
Pertanyaan itu entah kenapa membuat Marcus takut.
"Kenapa?"
"Kan gue udah bilang mau ngomong kalau udah selesai mikir. Jadi, ada waktu?"
Oh no,
Dada Marcus rasanya gak enak sekarang. Ada gelenyar tak nyaman hinggap padanya.
"Sayang-"
"Luna aja. Sinar juga boleh" potong Aluna.
Marcus menatap takut Aluna, dia serasa mau nangis ngelihat Aluna yang begitu tenang sekarang. Perempuan itu bahkan bisa menampilkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest