"Miko tiba-tiba kejang padahal dari kemarin keadaanya sudah mulai membaik, sudah kita coba berikan injeksi obat, tapi tubuh Miko sepertinya sudah gak bisa menahan sakitnya. Mohon maaf ya Mba Luna, turut berduka-"
"Hey, are you okay ?"
Aluna menoleh mendapati Marcus baru saja keluar dari kamar tamu. Iya, tadi pas tahu Marcus menguping percakapan yang terjadi di ruang kerja Irene, dia membawa ikut serta Marcus ke rumahnya. Kayak kasihan aja dia sama Marcus. Harus mendengarkan ocehan tak berperasaan Jeffrey. Apalagi saat ngelihat Marcus yang diem aja, seperti terpukul dengan perkataan Jeffrey.
"Enggak. Gue rasa, gue depresi" balas Aluna, ini udah jam 4 pagi, dia udah duduk di ubin rumahnya sambil menatap foto kebersamaannya bersama Jeffrey saat mereka mengadopsi Miko dari jam 1 pagi.
Kepergian Miko rupanya juga membuat Aluna semakin terpuruk.
Kayak perlahan memori manis tentang dirinya dan Jeffrey terkikis.
Miko dulu mereka adopsi dari teman kampus Aluna yang gak sanggup lagi memelihara Miko, yang ngebet untuk adopsi adalah Aluna sedangkan Jeffrey beberapa kali bilang untuk berpikir beberapa kali soalnya Miko adalah makhluk hidup dan gak bisa sembarangan memeliharanya. Eh tahunya pas ngelihat Miko secara langsung, Jeffrey yang jatuh cinta dan antusias beliin macam-macam untuk Miko.
Rasanya baru aja kemarin mereka bahagia kayak gitu.
Marcus akhirnya ikut duduk disamping Aluna, membawa lembut kepala perempuan itu untuk bersandar dipundaknya. Tangan Marcus juga mengambil tangan Aluna untuk diusap lembut.
"Gue udah sebulan lebih kayak gini. Kebangun tiba-tiba dan gak bisa tidur lagi. Biasanya ada Miko yang nemenin gue. Mau itu nonton atau nemenin gue kerja. Kehadiran Miko itu... sedikit banyak membantui gue melewati malam yang beneran sulit untuk gue"
"....."
"Gue mencoba untuk berdamai dan mencoba kembali ke kehidupan gue. Kerja seperti biasa berharap kehidupan gue yang dulu perlahan-lahan balik. Tapi pas sebulan ini gue coba, gue malah panik sendiri. Gue kayak merasa berada dalam kesedihan dan gak bisa keluar. Terus entah kenapa sekarang gue gak bisa percaya dengan orang lain, bahkan Lita. Lo tahu kan se-trustworthy apa dia ? Dan gue gak bisa percaya dia. Itu ngebuat gue merasa bersalah sekaligus takut. Gue takut kalau gue gak bisa sesenang dulu"
Marcus mengerti apa yang dijelaskan oleh Aluna padanya. Memang siapa yang gak akan ketakutan setelah dihancurkan sebegitunya oleh orang yang dia cintai.
Aluna kehilangan kepercayaan dirinya dan kepercayaannya pada orang lain.
"Sinar, I'll be a liar kalau gue bilang gue akan baik-baik aja saat lo resign. We worked well as a team. Tapi gue akan lebih gak baik-baik aja ngelihat lo yang seperti sekarang, gue dukung lo. You can do whatever you want, you also can take all the time in the world. Just heal, Sinar. Gue akan nungguin lo"
"Don't wait for me, Marcus." Balas Aluna.
Aluna bukannya orang yang buta dan tak peka, dia sudah tahu lama tentang perasaan Marcus padanya. Aluna menghargai perasaan Marcus. Aluna menyukai bagaimana Marcus mengetahui apa yang dia sukai dan tidak, melebihi Jeffrey. Dia juga bersyukur saat mereka masih sekolah dulu Marcus banyak membantunya mungkin hingga sekarang.
Aluna pernah berpikir, jika saja Marcus atau dirinya lebih berani untuk mengungkapkan perasaan mereka satu sama lain.
Sepertinya kisahnya tak akan seperti ini.
Aluna mencintai Marcus sebelum dirinya melabuhkan kapal di dermaga Jeffrey.
Tapi dulu Aluna terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya dan selalu bersembunyi dibalik kata teman.
"I'm blind if i can't see how you love me, Marcus. I do can, dan gue berterimakasih. Tapi cuman sampai disana aja. Gue gak bisa membuat kita berdua tersakiti. Gue gak mau egois-"
"Gue bisa mencintai untuk kita berdua. Cinta gue cukup untuk kita berdua" potong Marcus mencoba untuk menatap Aluna namun perempuaj itu menolak.
Aluna lalu memeluk tangan Marcus erat sambil menggeleng pelan, berusaha membuat Marcus melihat titik air matanya.
"Jangan. Lo gak akan pernah cukup untuk gue yang lagi kayak sekarang. Gue mau istirahat, dan lo harus tetap jalan maju. Gue mau mengembalikan diri gue dulu.-"
"Don't leave me, Sinar. Please- don't" Kali ini Marcus lah yang kalah. Air matanya tak bisa dibendung saat memikirkan jika dirinya kehilangan Aluna.
Sinar Bulannya.
Aluna lalu menghadap ke samping dan membawa Marcus ke pelukannya.
Dia gak berusaha membuat Marcus nyaman dengan kata-kata bohong seperti banyak orang lakukan pada dirinya.
Akan sangat egois bagi Aluna untuk membuat Marcus meneruskan kehidupannya dengan kata-kata penyemangat yang kosong.
Karena Aluna sudah sangat siap untuk kehilangan semua yang sudah dia perjuangkan selama ini.
Dia ingin membuka lembaran baru.
"It's very beautiful dream. You and me become us. But still, it's just a dream"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest