Aluna tuh sebenarnya udah kayak korban teror. Soalnya setelah dia menjalin hubungan yang lumayan serius dengan Marcus, banyak banget nomor gak dikenal berseliweran di hpnya. Gak nge-chat macem-macem sih, cuman satu macem aja.
Nomor-nomor gak dikenal itu ngirim foto-foto. Lumayan banyak.
Dan objek fotonya selalu sama. Marcus.
Apa Marcus sendirian difoto itu ?
Ya enggaklah!
Kalau Marcus cuman sendiri difoto-foto itu Aluna gak akan mungkin ngewaro dan overthinking. Dalam foto itu ada dua orang dan sialnya orang yang selalu ada difoto selain Marcus adalah Lita.
Lita yang dulu menjadi orang kepercayaannya saat masih bekerja di kantor Ibu Irene.
Sebenarnya ya, foto-foto yang diambil tuh rada burem tapi Aluna dan Marcus tuh udah bersama dari masih pakai popok, jadi Aluna tahu dengan benar postur tubuh Marcus. Bagaimana dengan Lita ? Well, Aluna kerja bersama perempuan itu gak dalam waktu singkat. Tentu Aluna tahu kalau perempuan yang selalu ada difoto itu adalah Lita.
Pokoknya Aluna positif banget kalau objek foto-foto itu adalah Marcus dan Lita.
Terus setelah tahu hal itu apakah Aluna diam aja?
Duh, gak mungkin Aluna diam aja!
Dia berusaha menyelidiki sendiri semuanya. Dia belum bisa melibatkan Marcus.
Jadinya dia meminta bantuan kepada orang-orang yang dia kenal soalnya semuanya menjadi sulit saat mereka udah gak satu kantor lagi.
Dia minta bantuan Keisha dan Bintang walaupun ya dia gak bilang mengenai teror foto-foto itu. Dia cuman nanya apakah Marcus sama Lita lagi dalam satu project yang sama atau enggak. Supaya gak kelihatan suspicious.
"Enggak, Lun. Mereka jarang komunikasi. Sekalinya adapun itu Marcus ngomelin Lita"
"Lita banyak ngehandle urusan Mba Helen, Lun."
Mendengar itu, Aluna jadi gak ngewaro lagi tuh foto-foto yang dikirimin ke dia.
Sumpah ya, Aluna tuh sampai bingung kenapa ada orang yang susah-susah beli banyak nomor cuman untuk ngirimin foto itu ke dia, kayak faedahnya apa gitu? Terus Aluna juga curiga kalau yang ngirim semua ini adalah orang yang sama, soalnya angle-angle foto itu selalu sama.
Bener-bener ngebuang waktu dan gak penting!
Awalnya dia berpikir seperti itu, sampai ada satu foto dimana setengah badan Marcus udah masuk dalam satu rumah yang Aluna udah familiar banget. Rumahnya Lita, kenapa Aluna tahu? soalnya dia sering nganterin Lita dulu pulang kalau udah selesai meeting klien diluar dan udah waktu pulang kantor.
Foto itu kayak menghantui Aluna. Dia mulai posesif abis itu. Tapi semua itu berjalan diem-diem dan perlahan. Contohnya, Marcus selalu dia tanyain kemana dan kapan pulang. Terus kalau dia lagi gak sibuk, dia bakal meluncur ngedatengin Marcus buat sekadar bicara ngalor ngidul atau makan siang.
Terus ide tentang mereka tinggal disatu atap yang sama juga datang dari Aluna. Dia pokoknya jadi posesif banget, disatu sisi Marcus senang-senang aja dengan tingkah Aluna yang posesif itu.
Tapi Aluna enggak. Dia merasa seperti bukan dirinya.
Cinta miliknya gak berwujud keposesifan.
Cinta dia gak begini.
Ketakutannya akan kehilangan Marcus membuat Aluna bertindak seperti itu. Dia berusaha menggenggam Marcus erat.
Foto-foto Marcus dan Lita semakin banyak frekuensinya saat Aluna sedang di rumah sakit tiga hari belakangan ini. Semuanya membuat hati Aluna ngilu dan teremas kuat.
Dan puncaknya adalah satu jam sebelum Tavella sama Atuy datang, dia kembali dikirimin foto oleh nomor yang dia gak kenal.
Marcus dan Lita saling merangkul, masuk ke rumah perempuan itu.
Tangisan yang tadi dia ciptakan bukan semata-mata untuk Hendery.
Tangisan itu juga tertuju untuk Marcus.
Pikirannya kacau. Dia beneran gak tahan dengan semua pikiran negatif yang bercokol diotaknya.
Jika ada yang bertanya kenapa dia gak mencoba bicara dengan Marcus akan masalah ini ?
Maka jawaban Aluna adalah membicarakan ini dari awal dengan Marcus bukan hal yang cerdas dilakukan.
Ada satu sifat Marcus yang sama dengan Jeffrey, mereka bakal emosi kalau merasa tertuduh.
Kan udah dibilang mereka itu saudaraan, walaupun beda darah tapi kelakuannya paling mirip. Jadinya sering gelud.
Bedanya Marcus itu akan meluapkan emosinya dengan kata kasar bahkan dengan tindakan seperti memukul dinding atau menendang kursi, dan semua itu berlaku untuk siapa saja, sekalipun itu Aluna, perempuan yang Marcus cintai. Kalau Jeffrey dia lebih memilih pergi menenangkan diri kalau lagi marahan sama Aluna.
Marcus punya male ego dan pride yang tinggi.
Marcus dan emosi bukan kombinasi yang baik.
"Rumah siapa nih?" Aluna gak menjawab pertanyaan Atuy, matanya daritadi tertuju pada SUV milik Marcus yang terparkir cantik di lahan kosong sebelah rumah Lita.
Aluna ketawa hambar.
Masih ada setengah dari kesadaran Aluna yang berteriak tak ingin percaya dengan apa yang ia lihat.
Dia mau semua ini cuman mimpi buruk. Tapi naasnya ini adalah kenyataan setelah tangannya ditepuk kecil oleh Tavella.
"Lun?"
"Oh! Thanks ya udah nganterin. Kalian pulang aja-"
"Ini udah tengah malem, Lun. Dan ini bukan rumah lo, gue tungguin aja ya? Gue sama Atuy tunggguin di mobil, kita gak akan ikut campur kok"
Tavella emang gak tahu apa yang terjadi tapi ngelihat dari gerak-gerik Aluna, perempuan ini kelihatan punya masalah. Tavella gak bisa nanya masalah apa soalnya dia pengikut ajaran keep your nose out of people business. Kecuali orangnya yang mau cerita ke Tavella.
"No need, Tav. Kalian pulang aja"
Tavella sama Atuy saling bertatapan.
"Kita tungguin sampai lo selesai. Kita tungguin diluar komplek" putus Atuy pas ngelihat binar khawatir dari Tavella.
Aluna mengedikkan bahunya, dia lalu turun dari mobil Tavella. Prioritas dia sekarang bukan masalah dia ditungguin atau enggak soalnya.
Langkahnya berat karena ketakutan yang dia simpan.
Aluna takut kembali dikhianati. Tapi dia lebih takut kalau selama ini apa yang dia miliki dengan Marcus adalah kepalsuan.
Aluna menarik nafas dalam dan dengan tangan bergetar dia mengetuk pintu rumah Lita. Harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi.
Mungkin ada ya, dua menitan Aluna terus mengetuk pintu rumah Lita agar bisa membuat pintu itu terbuka.
Memperlihatkan Lita yang kentara kaget melihat sosok Aluna yang hadir di depan pintu rumahnya. Mata Aluna tertuju pada tangan Lita yang mengerat memegang tali bathrobenya.
Aluna menutup matanya.
Habis sudah.
"Marcus mana? Saya mau ketemu pacar saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanficIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest