XVI

611 94 24
                                    

Aluna rada bingung, saat melihat Hendery ada di depan pintu ruang kerjanya. Mana jongkok lagi, seakan-akan laki-laki itu tuh udah lama disana.

"Lagi dihukum apa gimana lo ? Kok jongkok depan ruangan gue" Aluna baru aja selesai dengan sesi menangisnya saat matahari udah mulai tenggelam dan jam kerjanya udah selesai. Karena itu dia mau pulang, mau siap-siap untuk acara Tante Vio yang diadain malam ini.

"Lita bilang kalau lo lagi gak bisa diganggu, jadi gue tungguin"

Eh ada apakah gerangan nih ?

"Dari kapan ?"

"Gak lama"

"Ya dari kapan ? Jawab aja "

"Gue niatnya mau ngasih makan siang-"

"Lo nungguin dari siang ?!!! Kenapa gak lo ketok aja ? Astaga Der, jadi manusia jangan bego-bego amat!"

Iya, mau gak mau Aluna merasa gak enak dan bersalah karena breakdown dia ngebuat orang nungguin dia.

Hendery yang udah berdiri lalu menggeleng "Lo kayaknya lagi perlu waktu. Dan gue juga janjikan jemput lo buat acara orangtua gue. It's all good"

Kok bisa ya laki-laki yang Aluna dulu benci setengah mati bisa semanis sekarang ? Ini kalo Aluna gak lagi krisis romantisme, kayaknya Aluna nge-gas minta dipacarin.

"Terus makan siangnya gimana ? Lo gimana ? Makan atau belom ?"

"Gue kasih ke Lita. Gue skip lunch sekali gak bakal mati kok"

Aluna memejamkan matanya, masih bingung mau ngerespon apa. Tapi pada akhirnya dia memilih untuk membalas Hendery dengan senyum tipisnya.

Tangan Aluna terulur meraih lengan Hendery.

"Pegangan. Lo udah lama jongkok, jadi jalannya pelan-pelan aja. Takutnya kram" Ujar Aluna sambil menuntun Hendery berjalan. Super pelan udah kayak siput.

Hendery tertawa melihat perlakuan Aluna yang kentara kaku dan canggung tapi Hendery gak mau bohong kalau dia menikmati apa yang Aluna lakukan padanya.

"Gue gak lumpuh-"

"Diem. Lihat depan aja, biar kita berdua gak jatoh" potong Aluna kembali membuat Hendery ketawa. Kali ini agak lepas.

Sepasang muda-mudi itu gak tahu aja kalau Marcus dapat melihat jelas interaksi mereka berdua dari ruangannya dengan mudah.

Dan gak ada sama sekali raut senang di wajah Marcus. Hanya ada tatapan tajam dan datar.

....

Aluna dan Hendery akhirnya sampai ke Ballroom acara yang sudah diubah menjadi taman peri sih kalau menurut Aluna, setelah telat hampir 2 jam, ini perkara Aluna yang ngotot untuk beli hadiah sementara Hendery bilang gak usah repot-repot.

Iya, Hendery sih enak bilang begitu soalnya yang punya acara kan orangtuanya, lah dia ? Dia kan cuman tamu undangan biasa. Setidaknya Aluna harus tahu diri dikit lah, kan outfit udah dibeliin sama yang punya hajatan. Jadi mereka mampir dulu ke toko perhiasan yang terkenal sama kotak birunya bentar. Memilih sepasang gelang couple buat Tante Vio sama Om Pras. Papi nya Hendery.

"Happy Anniversary, Tante sama Om!" Ucap Aluna membuat Violet yang lagi mingling sama tamu lain langsung berhenti untuk menemui Aluna. Violet juga langsung meluk hangat Aluna. Kaya Ibu yang baru ketemu anaknya setelah beberapa tahun.

"Sayang! Kamu cantik sekali malam ini. Makasih ya udah dateng, Tante senang banget!" Pekik Violet girang setelah melepas pelukannya. Violet juga gak lupa melakukan hal yang sama pada putranya semata wayangnya.

Bet on UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang