"Loh, kok lo disini?"
"Jemput lo"
"Lah ngapain? Gue tadi udah minta pihak hotel buat nganter ke tempat makannya" Aluna tentu kaget melihat Hendery berada didepan pintu kamar hotelnya. Tadi pas selesai meeting, Tante Vio bilang mau ngundang satu tim untuk makan malam bersama disalah satu restoran punya keluarganya.
"Sekalian sama kita aja, Mami udah nunggu di lobby" Perkataan Hendery membuat Aluna geleng-geleng kepala.
"Kan bisa nunggu di lobby aja, kenapa lo tinggalin Tante?! Astaga Der-"
"Ngomelnya pas dimobil aja. Ayo, nanti kita telat." Ajak Hendery, dirinya mendorong Aluna lembut agar berjalan lebih dulu.
Sekadar informasi, Aluna sama rombongan kantor beda hotel. Aluna memang sengaja pindah hotel saat tahu tim nya bakal nginap di hotel yang sama kayak dia. Soalnya dia ogah direpotin sama keluarga Sosiawan. Mau bukti ? Buktinya adalah tadi pagi, lihatkan betapa repotnya dia ngurusin ketiga bayi Ibu Irene. Walaupun dia harus menerima tatapan galak dari Keisha yang seakan-akan pengin makan dia bulat-bulat selama meeting tadi.
"Lo gak tahu aja gimana tension di kantor! Gue sampai kebawa mimpi tahu gak? Serem abis!"
Apakah Aluna peduli ?
Dih, sorry ya. Mending dia menikmati liburannya
"Wah, Alunan manis banget." Selalu saja pujian akan terlontar dari bibir Tante Vio kalau ketemu Aluna. Tadi siang juga, desain-desain yang mereka presentasikan banyak mendapat pujian sama Tante Vio. Aluna lega rasanya.
"Tante juga cantik banget malam ini. Sayang ya, Om Pras gak bisa lihat langsung" balas Aluna. Kata Ibu Irene dulu pas dia baru-baru kerja, sebagai seorang pengusaha selain kita harus capable dalam bidang yang digeluti, kita juga harus bisa basa-basi.
Tapi tenang, yang tadi beneran dari hati kok. Bukan cuman mau ngumbar kata manis. Tante Vio beneran cantik, apalagi rambutnya sekarang di updo. Kelihatan elegan.
"Ah, kamu bisa aja-"
"Mi, ngomongnya di mobil aja, nanti telat" Potong Hendery yang sekarang udah berjalan menjauh dari Tante Vio sama Aluna.
Tante Vio mengambil nafas dalam, kayak kesal gitu "Dery itu gak bisa banget lihat Mami nya happy"
Itu adalah tanda buat Aluna.
Tanda untuk menjadi pendengar yang baik. Soalnya setelah itu dalam 30 menit perjalanan ke restoran hanya diisi oleh unek-unek Tante Vio mengenai sang putra semata wayang.
....
Akhirnya setelah 30 menit menjadi pendengar setia unek-unek Tante Vio dan sedikit pembelaan diri dari Hendery, Aluna bisa bernafas lega. Soalnya mereka sudah sampai di restoran.
"Tante sama Dery duluan aja ya, aku mau ke toilet dulu"
"Eh, Dery tungguin ya ? Takutnya kamu nyasar nanti-"
"Jangan, Tante. Nanti aku bisa nanya staff resto nya kok, gak akan nyasar" potong Aluna.
Dia kan bukan anak kecil ? Nyari meja tempat mereka makan bukan sesusah kayak nyari ujung selotip ditoples nastar atau putri salju pas lebaran.
"Yakin ? Gue tungguin aja, Mami biar dulu-"
"Bentar. Tante, maaf ya, Luna mau ngomelin anak tante dulu" Izin Aluna yang dibalas tawaan oleh Tante Vio. Sedangkan mata Aluna udah memicing mandangin Hendery.
"Gue bukan bocah! Sana, temenin Tante Vio aja." Tanpa mau mendengar balasan Hendery, Aluna berjalan menuju toilet.
Dia kebelet pipis euy.
Setelah mengosongkan kantung kemihnya. Aluna keluar ke arah wastafel, tujuannya untuk apalagi kalau bukan cuci tangan sama ngaca dikit.
Tapi inget gak, tentang Aluna yang udah pesimis dengan kata kebahagian karena setelah dia bahagia selalu ada aja sesuatu yang bikin dia sedih.
Dan kali ini salah satu sumber kesedihannya bersebelahan dengannya. Tak lebih dari dua langkah.
Embun.
Mereka sama-sama tengah mencuci tangan saat tatapan mereka saling bertubrukan melalui cermin.
Aluna menghela nafas lalu memejamkan matanya.
Memikirkan bagian hatinya yang mana lagi yang harus ia korbankan pada kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest