"Welcome!" Aluna menaikkan satu alisnya tapi sambil senyum lebar saat ngedengar suara Marcus menggelegar dari ruang tengah rumahnya.
"Seneng banget" Ujar Aluna yang masuk ke dalam pelukan Marcus. Aluna mengelus-ngelus punggung Marcus lalu memberi ciuman singkat dibibir Marcus yang udah siap banget. Soalnya udah monyong duluan. Minta dicium. Aluna sama Marcus memang punya kebiasaan kayak gitu. Mereka suka ngelihatin sayang mereka lewat tindakan romantis kayak tadi.
"Udah lama gak ngelihat lo" Ujar Marcus setelah melepas pelukan mereka. Aluna mengangguk setuju. Mereka kayaknya kewalahan gitu loh dengan kerjaan sampai jarang ketemuan. Walau komunikasi tetap jalan ya tapi rasanya beda aja kalau gak ketemuan sambil ndusel-dusel manja.
"Gue nginep" kata Marcus yang sekarang ngikutin Aluna ke dapur lagi ngambil minum.
"Ya gak heran sih" jawab Aluna singkat. Marcus senyum. Beneran senang karena akhirnya punya waktu luang sama Aluna.
Kesayangannya.
Cieeeee kesayangan gak tuh
"Sayang"
Aluna yang lagi minum kesedak saat Marcus bilang itu. Marcus buru-buru dekatin Aluna terus nepukin punggung Aluna.
"Kalau mau ngomong gitu pakai mukadimah dulu bisa gak ?" Protes Aluna. Kaget soalnya. Selain kaget dia jadi deg-degan sendiri pas Marcus ngomong begitu.
Marcus ketawa kecil terus medekatkan bibirnya ke telinga Aluna.
"Sayang" bisik Marcus.
Ada yang meledak tapi bukan kompor.
Pipi Aluna seketika merona. "Lo habis obat ya ? Sana jauh-jauh!"
"Salting ya lo?" Goda Marcus ngebuat Aluna memukul dada Marcus.
"Emang udah gila ni orang. Sana ah!"
"Hahahaha, lucu banget! Bisa salting juga ya lo" Marcus gak menuruti keinginan Aluna malah dia menarik Aluna kepelukannya.
"Gue sekarang manggil lo sayang aja ah, biar muka lo merah terus. Gemesin"
Tolong, gue gak kuat dengan adegan picisan ini :)
Tapi Marcus ini kayaknya lupa kalau dia lagi menghadapi Aluna.
Perempuan yang milikin hatinya.
Yang dengan mudah memorak-porandakan hatinya.
Membalas tingkah Marcus tuh mudah buat Aluna. Aluna tinggal ngelihatin Marcus dengan senyum khasnya terus manggil lembut Marcus.
"Mas"
BOOM!
Kedengeran gak jantung Marcus meledak sama ribuan kupu-kupu ngebuat jantungnya berdetak dengan ritme lebih cepat.
"Lemah lo! Gue panggil gitu doang nge-blank" ejek Aluna tapi gak ayal mengusap wajah Marcus yang masih diam.
"Sinar"
"Hm ?"
"Panggil itu lagi"
Lah, ketagihan rupanya.
Aluna ketawa keras sampai matanya menyipit. Rasanya udah lama dia gak ketawa kencang seperti sekarang.
"Mas Marcus. Tapi kayaknya kurang cocok. Lo kan bukan orang jawa. Lo kan bul-"
"Cocok aja. Lo kan orang jawa" potong Marcus kekeuh, dia senang dipanggil mas. Suka aja.
Aluna menarik nafas terus mengangguk "Boleh deh. Nah, Mas Marcus minggir dulu ya, si sayang mau bikin makan malam buat Mas Marcus"
Ini gak apa-apa kan ya ?
Jantung Marcus sakit saking senengnya. Dia beneran lagi kasmaran berat nih.
Marcus mengangguk, nurut banget kalau kata Aluna. Kalau Jovan itu mirip anak anjing, nah Marcus ini kalau lagi penurut mirip kayak anak kucing. Maunya sih kayak anak singa, tapi Aluna belum pernah ngelihat anak singa secara langsung. Kalau anak kucing sering.
Ini beneran gak apa-apa kan ya ?
Rasanya terlalu mustahil untuk sesenang sekarang jadi takut kalau ini cuman mimpi.
....
"Emang kalau yang haram lebih enak" Celetukan itu ngebuat Hendery menoleh ke samping. Dia lagi ada disatu klub malam. Klub bukan sembarang klub ya, soalnya gak ada lagu disc jockey remix-remix gitu. Cuman ada penyanyi jazz dan cenderung sedikit pegunjung. Klub mahal gitu.
"Same thing goes to you, Vel." Balas Hendery yang kembali menatap gelas minumnya yang tersisa setengah.
Velove menatap prihatin Hendery. Kasian banget lagi patah hati pikir Velove. Tapi dia bukan orang yang cocok untuk memberi kata motivasi pada Hendery. Soalnya dia sama lagi potek hati.
"Jadi overthinking lo berbuah ini ? Kecanduan alkohol"
Nah, Velove tuh cocoknya ini, memberi garam pada luka yang menganga.
Canda luka
"Usaha gue kurang ya ?" Tanya Hendery gak tahu ditujukan ke siapa tapi karena dia tadi ngomong sama Velove jadi dia merasa punya kewajiban untuk membalas perkataan Hendery.
"Gak tahu, kan gue gak lihat"
Emang cewek aneh!
"Tapi yang pasti lo gak cocok jadi sadboy kayak sekarang. Bukan Dery yang gue tahu" tambah Velove.
Dulu mereka tuh satu circle pertemanan pas SMP apalagi kan sama anak orang kaya yah, jadi kebiasaan tuh mereka kalau lagi ada acara yang mewajibkan mereka datang. Hendery dan Velove berkolaborasi untuk kabur dari acara itu.
Velove tahu kalau Hendery itu emang laki-laki yang kurang bisa mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata setelah bertahun-tahun kenal. Hendery lebih mengandalkan tindakan. Misalnya nih ya, dulu Velove pernah berusaha buat bolos kelas, bukannya dicegat dengan kata-kata, Hendery malah ngikutin Velove kemana-mana terus narik Velove untuk masuk kelas. Velove kesal setengah mati saat itu. Terus pas SMP, Hendery juga pernah suka sama satu cewek, namanya Kiana. Nah, keduluan sama orang juga tuh dulu hanya karena Hendery gak bisa bilang kalau dia suka dan mau Kiana jadi ceweknya.
"Kadang ya, cewek tuh suka ditegasin dengan kata-kata" Ujar Velove saat gak mendapat balasan dari Hendery yang asyik ngegalau.
"Lo juga ?"
"Gue gak perlu kata udah tahu kali kalau orang suka gue. Gue cantik gini, siapa yang gak suka?"
"Gue"
"Mata lo siwer!" Balas Velove. Lama-lama Velove esmoshie juga ngobrol sama Hendery, Velove mau pindah aja ah.
"Lo nyetir sendiri kan? Jangan minum banyak-banyak" ingat Velove sebelum beranjak dari stool bar.
"Lo juga"
"Hah?"
"Jangam minum banyak. Patah hati boleh, goblok jangan"
"Gue gak patah hati" Kilah Velove. Dia gak suka aja orang tahu hatinya lagi gak baik-baik aja.
"Irsa cerita Haikal bawa cewek ke rumah. Mustahil lo gak patah hati." Ucapan Hendery tadi ngebuat Velove mau ngepijak leher Irsa.
Ingat dong ya sama Irsa ? Nah, Irsa punya adik namanya Haikal. Si Haikal ini mantan tapi mesranya Velove. Mereka putus tapi saling sayang. Bingung juga sih, kenapa musti putus kalau kasih sayang.
Ah nanti aja cerita itu, kalau ada waktu lebih.
"Haikal doang gak akan bikin hati gue patah hati. Udah ya, gue emosi lama-lama ngomong sama lo"
"Oh ya, satu lagi, perjuangan tanpa kata-kata tuh bullshit, Dery. Apa jadinya Indonesia yang berjuang buat merdeka tanpa proklamasi ? Mungkin kita masih dijajah. Lain kali kalo lo mau berjuang lagi, inget buat proklamasi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanficIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest