XII

591 92 10
                                    

"Lo, gue lihat-lihat belakangan ini jadi marah-marah terus, Lun. Lo okay ?"

Pertanyaan Keisha membuat Aluna yang lagi mengunyah nasi goreng terhenti.

Iya ya ?

Aluna juga ngerasa kok dia jadi pemarah. Bahkan Aluna pernah denger beberapa OB dan OG jadi takut masuk ke ruangan Aluna barang hanya mengantar kopi.

"Takut kena semprot"

Gitu deh yang Aluna dengar.

Anyway, Keisha itu emang temen deketnya dari awal masuk kantor. Pas dia kuliah, kehidupannya tuh banyak berputar sama tiga saudara tukang rusuh, jadi dia gak terlalu banyak punya teman. Mentok-mentok temen cuman buat kerjain tugas. Nah pas dia masuk kerja, si Keisha ini supel kan ya, jadi dia yang deketin Aluna duluan dan mereka jadi temen dekat sampai sekarang. Walaupun gak sedekat itu untuk curhat-curhat yang serius di chat atau telepon sampai dua atau tiga jam. Tapi biasanya kalau mereka punya waktu luang untuk sekadar makan bareng kayak sekarang mereka biasanya bakal ngobrol, deep talk begitu.

"Efek jomblo mungkin" jawab Aluna ngasal. Soalnya dia pikir-pikir kehidupannya mulai berubah itu saat Jeffrey ke-gep selingkuh.

"Lo masih sayang ? Kayaknya lo jadi begini karena rasa sayang lo sama Jeffrey yang belum selesai"

"Gak tahu. Tapi ada malam-malam dimana gue rasanya susah nafas dan mau teriak kenceng kalau ngingat kejadian akhir-akhir ini" Aluna membatin getir.

"Enggak lah. Gue udah gak terlalu mikirin itu" Jawab Aluna lagi. Dia merasa kurang siap sih sebenarnya menjawab pertanyaan bernada serius yang terlempar dari Keisha.

"Wah, masih jauh lo ini." Balas Keisha yang ngebuat Alunan gagal paham. Keisha ketawa melihat wajah kebingungan Aluna.

"Lo tahu istilah stage of grief gak ? Kalau menurut gue sih lo masih di tahap bargaining dan sedikit denial."

"Bargaining ?"

"Iya, lo masih kayak merasa semuanya baik-baik aja, bahkan setelah dunia lo diguncang sama perselingkuhan Jeffrey. Padahal dari ekspresi lo tadi pas gue ngomongin Jeffrey, lo kelihatan gak nyaman, step bargaining masih jauh menuju ikhlas. Tapi gak apa-apa, take your time. Apa yang lo rasakan setelah diperlakukan sebegitunya sama Jeffrey itu semuanya valid"

Duh, Aluna rasanya mau nangis tapi kan gak keren ya nangis saat makan nasi goreng. Jadi dia cuman diem aja.

Keisha ini kalau otaknya lagi bener, emang bisa jadi observant banget.

Dan entah kenapa ya, perkataan Keisha mengenai perasaannya itu sedikit membuatnya lega.

Semua orang yang ada di-circle paling dekatnya tuh mau dia melupakan apa yang Jeffrey lakukan secara instan. Kelihatan dari gimana Irene selalu melibatkan mereka berdua dibeberapa kegiatan kantor. Seakan-akan Aluna gak boleh diberi jeda dan jarak.

"Lo udah ada ngambil cuti ?" Tanya Keisha lagi dibuahi gelengan lemah dari Aluna.

Keisha senyum "Ambil gih. Kemana kek lo, Bali, Lombok atau kalau mau ke luar negeri sekalian. Seminggu atau dua minggu. Lo perlu waktu sendiri sih kalau menurut gue. Lo kebanyakan direcokin anak-anak Ibu Irene."

"Should I?" Tanya Aluna ragu, dia menapatkan anggukan pasti dari Keisha.

"Kerjaan lo gampang, Lun. Zaman udah canggih, meeting lewat zoom juga bisa. Lo harus prioritasin diri lo. Kalau lo mau buat orang bahagia, lo harus bahagia dulu. Dan mungkin ini juga kesempatan yang baik untuk trio ricuh,  biar mereka mikir kalau kehidupan lo gak melulu tentang mereka"

Oh gitu ya ?

Gue harus bahagia dulu, baru yang lain.

Konsep baru buat Aluna tapi Aluna gak keberatan untuk mencoba.

....

Well, namun agaknya keinginan untuk mencoba konsep baru itu sedikit berat.

Berat diizin cuti!

"Gini Mba, yang satu-satunya bisa nge-approve cuti Mba cuman Pak Jeffrey. Terus kata beliau, gak masalah akan langsung di approve kalau mba yang datang sendiri ke Pak Jeffr-"

"Kalau gitu guna lo sebagai HRD apa!?  Masa approve izin kecil begini harus gue juga yang kesana mohon-mohon ke Jeffrey. Lo dengar kabar gak sih gue itu udah putus secara gak baik-baik sama Jeffrey ? Menurut lo, gue mau ngelihat mukanya walau sedetik. Dih, Ogah" omel Aluna.

Heran aja dia tuh, masa hal yang sekecil ini dia juga yang mikirin. Malah disuruh ngehadap Jeffry lagi. Sorry ya, Aluna gak dulu deh.

"Gue udah gak pernah ngambil cuti liburan dari dua tahun yang lalu ya, gue gak mau tahu pokoknya cuti gue harus di approve hari ini. Kalau enggak, gue laporin ke-"

"Saya coba dulu ya, Mba. Saya usahain pokoknya Mba Luna bisa liburan minggu depan." Kata staff HRD itu buru-buru. Takut.

Soalnya yah setelah suara Jeffrey sebagai direktur, suara Aluna ini berharga besar. Lebih daripada wakil direktur atau Marcus sama Jovan malah.

"Batas waktu lo 2 hari. Kalau gagal, gue gentayangin pokoknya lo. Inget aja" Ancam Aluna hanya dibalas anggukan cepat dari sang staff HRD yang setelah itu keluar dari ruangannya tergesa-gesa.

Dia boleh bilang begitu pada staff HRD tadi, tapi Aluna masih tahu diri kok. Jadi dengan sangat terpaksa dia membuka hp nya dan menelpon seseorang yang kayaknya udah ketebak siapa.

Siapa hayo ?

"Kalau lo mau dapat kesempatan untuk kita ngobrol tanpa tarik urat, approve surat cuti gue."

Abis itu Aluna matiin teleponnya tanpa ngedengerin balasan dari orang diseberangnya.

Dua jam berikutnya, senyum lega Aluna akhirnya muncul.

Narendra (HRD) : Siang Mba Luna, untuk vacation leave request Mba Luna sudah approved oleh Pak Jeffrey, Mba. Diperbolehkan selama 12 hari kerja ya Mba.

Aluna bolehlah berbangga diri dan sedikit sombong untuk pengaruhnya di kehidupan Jeffrey yang masih kuat.

....

Keisha  Evangeline(Kei)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keisha  Evangeline
(Kei)

Bet on UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang