Aluna gak tahu pasti kenapa dia bisa terjebak dalam keadaannya yang sekarang. Yang pasti, dia tadi diajak oleh Velove, direkturnya, untuk ikut meeting klien karena Mas Tama yang harusnya menjadi partner Velove meeting lagi cuti untuk menemani istrinya yang menghitung hari melahirkan anak pertama mereka.
"Gue takut diapa-apain. Soalnya gue sendiri cewek. Lo ikut gue ya Lun? Please?"
Konon katanya kata please yang dikatakan oleh seorang Velove Amaranthi itu bersifat magis. Soalnya semua orang yang lemparkan kata itu langsung patuh dan legowo mengikuti kata seorang Velove.
"Lo gak perlu ngapa-ngapain nanti, biar gue aja. Lo nemenin gini aja gue udah bersyukur" Ujar Velove lagi sebelum mereka masuk kafe tempat meeting klien diadakan.
"Ini gak ada intro atau apa gitu Vel ? Kayak ini kliennya siapa atau yang mau dibangun apa gitu? Gue buta banget Vel. Masa gue ngang ngong ngang ngong doang ?"
"Oh, do not worries my moon. Tapi kalau lo mau tahu kliennya-"
"Kliennya Violet Hartawan"
"Hendery ?" Panggilan Aluna yang mirip pertanyaan itu membuat Hendery yang lagi ngomong membelakangi Aluna langsung berbalik untuk mencari sumber suara yang memanggilnya.
Dari raut Hendery, laki-laki itu juga terkejut dengan kehadiran Aluna.
"Luna" bisik Hendery yang ngebuat orang disebelah Hendery otomatis berbalik.
Oh my, there he goes again, the infamous Jeffery Adnan Sosiawan menatap Aluna dengan tatapan susah diartikan.
Kemalangan Aluna gak sampai disana saja ternyata, soalnya perkataan Velove selanjutnya mampu membuat Aluna ingin menenggelamkan dirinya di lautan secara harfiah.
"Oh, ini juga project gabungan sama satu kantor arsitek lain, mereka yang bakal buat bagian resto dan bar nya kalau kita towernya-"
"Fuckshit!!" Kutuk Aluna yang tak bisa terdengar siapapun.
Ada Marcus juga Jovan sudah duduk disalah satu meja kafe. Air muka keduanya terlihat tak bersahabat. Wajah mereka tertekuk dan siapa saja bisa menebak jika mereka sangat tak menyukai berada dikafe ini.
"Are you okay, Luna ?" Tanya Velove, dia rada khawatir pas ngelihat wajah Aluna yang sedikit pucat.
Aluna menggeleng "Just get this done faster as it can" balas Aluna.
How in the earth this can happend ?
....
"So gentleman? Gak ada yang mau ngomong duluan?" Velove memecah keheningan yang tercipta. Hendery berdeham lalu mulai bicara.
"Gue mewakili Mami gue dan Jeffrey. Since Jeffrey is my partner for kitchen and bar project-"
"Bosenin. Tell me something I didn't know, Dery" potong Velove.
Sedangkan Velove berceloteh ria, Aluna cuman diam. Dia rada risih sih dengan tatapan Jeffrey padanya. Terasa mengulitinya.
Sebenarnya inilah ketakutan terbesar Aluna jika kembali membuka beberapa halaman lama. Karena Aluna paham dengan benar kalau masa lalunya adalah Jeffrey. Jadi mau bagaimanapun akan selalu ada celah untuk dirinya bisa bertemu dengan Jeffrey.
Bukannya Aluna gagal move on ya, dia udah beneran gak merasakan apapun yang berwarna pink untuk Jeffrey. Tapi Aluna gak mau kembali mengingat perasaan sakitnya dulu. Soalnya itu gak enak.
"Gue Jovan dan ini Bang Marcus. Sebenarnya project ini dipegang sama Ibu Irene langsung tapi karena beliau lagi berhalangan hadir jadi kita yang ngewakilin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest