Tavella meringis melihat keadaan Aluna yang jauh dari kata baik. Dia beberapa minggu ini emang ilang-ilangan jadi kurang tahu keadaan teman-temannya.
Tavella aja kesini karena informasi dari Velove
"Tolong cek kondisi, Luna. Jeff bilang dia tadi berantem sama pacarnya. Gue masih gak bisa kemana-mana, Tante May kritis. Oh, terus jangan lupa, be prepare mungkin resufflenya bentar lagi"
Duh, kepala Tavella rasanya mendadak pusing. Banyak banget hal yang terjadi saat dia menghilang.
"Lun" panggilan Tavella gak digubris, menandakan Aluna benar-benar udah tertidur.
Tapi kenapa air mata perempuan itu masih saja mengalir.
Sesakit apa?
Hati kamu sesakit apa ?
Tavella lagi-lagi mengambil selembar tissue untuk mengelap air mata Aluna.
Cinta nyatanya begitu mengerikan.
Tavella gak pernah paham kenapa orang mau mengorbankan hati mereka hanya untuk ngecap manisnya cinta yang sebenarnya gak worth it menurut dia kalau ngelihat dari kisah percintaan Aluna.
Jadinya dia gak terlalu getol menyelami cinta.
Dia merasa udah cukup dengan dirinya.
Rasanya ya, kalau kesedihan yang Tavella derita sekarang harus ditambah dengan derita percintaan.
Mungkin pemikiran tentang bunuh diri akan menjadi favoritnya.
Untungnya, Tavella masih ingat Tuhan.
"Luna, lo mimpi apaansih? Masa masih nangis. Duh, gue jadi nangis juga nih" bisik Tavella.
Mendengar rintihan dan isakan Aluna ngebuat hati Tavella tersentuh. Prihatin akan kondisi temannya.
Dulu Tavella menemukan Aluna dalam keadaan hati yang berceceran. Dan perempuan itu masih bisa berdiri tegar sambil menyulam kembali hatinya.
Tapi kenapa sekarang rasanya lebih menyedihkan.
Ting Tong!
Tavella dengan cepat menghapus airmata nya, saat mendengar bell pintu apartemen Aluna berbunyi.
Dan seperti kelakuan Aluna, Tavella ke depan dengan membawa tongkat kasti yang dia hadiahkan ke Aluna.
Tavella mengerinyit ngelihat siapa yang ada dibalik pintu apartemen Aluna.
Dia rasanya belum pernah ngelihat orang ini soalnya.
Eh! Enggak!
Dia pernah ngelihat ngelihat laki-laki ini. Laki-laki yang Aluna jemput dini hari dan mobilnya Atuy yang bawa.
Berbekal itu, Tavella dengan mantap membuka pintu.
"Sin- Ini bukannya unit nya Aluna?"
"Anda siapa?"
"Gue marcus"
Oh.
Tavella mengangguk "Aluna sudah tidur, anda bisa kemari beso-"
"Dia nangis?"
Muka emang ganteng, kesopanan nol omel Tavella dalam hati.
"Karena anda, kan? Anda yang harusnya tahu betul"
"Biarin gue masuk"
Tavella lalu bersedekap. Dalam otaknya berpikir apakah keputusan yang bagus untuk dia membiarkan Marcus masuk ke apartemen Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet on Us
FanfictionIni bukan tentang Aluna dan Jeffrey yang dikenal sebagai couple goals. Ini cerita mengenai Aluna dan adik tiri Jeffrey. Marcus. Sesuatu yang siapapun tak mengira akan terjadi. Photo credit : Pinterest