16

171 29 0
                                    

hulaaa! makasih kalian udah baca dan vote bahkan nyempetin commen, jadi semangat nulis🥲🫶🏻 makaasiii guys!

Entah skincare apa yang Audrey pakai tadi malam, wajahnya pagi ini terasa bersinar dan tak henti menyunggingkan senyumnya. Mungkin ini karena kali pertama Audrey merasakan dicintai dan mencintai orang yang tepat? Semoga Aidan adalah orang yang tepat untuknya.

"Au? Lo gak kesurupan kan?" tanya Erika yang melihat Audrey sedang tersenyum dengan ponselnya.

"remaja jatuh cinta namanya Er." jawab Adhisti meledek Audrey.

Kini mereka berada di kantin karena sudah selesai kelas hari ini. Sedangkan Rania masih sibuk dengan beberapa tugasnya di perpustakaan. Kapan lagi seorang Rania mengerjakan tugas seorang diri di perpustakaan.

"Er, lo udah kumpulin tugas analisis keuangan?" tanya Audrey yang dibalas anggukan oleh Erika.

"gue mau kumpulin dulu di gedung C ya, nanti gue kesini lagi." tutur Audrey.

Audrey berjalan menuju gedung C untuk memberikam tugasnya yang sudah lewat deadline kemarin. Bukan Audrey kalau tidak melewati deadline. Untung saja Audrey sudah meminta izin kepada dosen yang bersamgkutan bahwa akan mengirim tugas telat karena ia kurang enak badan, untungnya dosen tersebut mengerti.

Perjalanan menuju gedunh C dari kantin yang biasa Audrey datangi tak terlalu jauh. Hanya melewati kantin fakultas seni dan ruangan BEM. Audrey yakin disana ada Aidan sedang mengurusi acara yang sebentar lagi akan diadakam di kampus.

Mata Audrey terus melihat kearah ruangan BEM, berharap Aidan keluar. Alih-alih Aidan keluar, Audrey malah menabrak seorang laki-laki dengan postur tubuh yang lebih tinggi darinya.

"aww" keluh Audrey.

"maaf, gue gak sengaj-" ucapan Audrey terhenti saat melihat siapa yang baru saja ia tabrak.

Mahendra.

"hai Drey!" sapa Mahen.

Audrey benci dengan panggilan itu.

Audrey diam tak menjawab sapaan Mahen, Audrey masih sangat kesal dengan perlakuan Mahendra saat SMA dulu.

"gue abis keruang BEM buat daftarin band gue diacara nanti, lo nonton ya?" ucap Mahendra yang hanya dibalas anggukan oleh Audrey.

"gue duluan ya." pamit Audrey karena ia harus pergi menuju gedung C untuk mengumpulkan tugas.

Audrey melewati Mahendra, namun tangannya di genggam oleh Mahendra yang membuat Audrey terhenti.

Audrey mengerutkan dahi bingung sambil menatap Mahendra.

"sorry," ucapnya. "gue nyesel nyia-nyiain lo dulu. Bisa gue coba masuk ke hati lo lagi?" tanya Mahendra.

Speechless.

Satu kata yang mendeskripsikan perasaan Audrey saat ini. Setelah beberapa tahun silam, ia masih bisa berbicara seperti itu?

"gue maafin," ucap Audrey "tapi buat deket lagi, gue gak bisa." sambung Audrey.

"kenapa?" tanya Mahen.

"gue punya cowo." jawab Audrey, "even gue gak punya cowo juga gue gak akan buka hati lagi buat lo. Temenan oke, tapi gak lebih." jawabnya tegas.

Audrey mencoba melepaskan genggaman tangan Mahen yang cukup kuat.

"hei." terdengar seseorang dari belakang Audrey menyapa keduanya.

Untung saja Aidan datang tepat waktu.

Thank you, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang