Bandara menjadi tempat yang bisa menghadirkan kesenangan maupun kesedihan. Senang bisa menybut orang terkasih yang jauh, sedih harus berpisah dengan orang terkasih.
Seperti saat ini, Adhisti yang masih meneluk Audrey dengan air mata yang berlinang. Rania dan Erika sudah mengetahui kondisi Audrey dan sama hal-nya, mereka marah kepada Audrey yang tak memberi tahu mereka namun mereka juga sedih karena temannya yang selalu bahagia tersernyum menypam rasa sakit.
"fokus sembuh, gak usah mikirin apa-apa." tutur Erika sambil memeluk sahabatnya itu.
Audrey membalas dengan anggukan kecil serta senyum yang melengkunh keatas di bibirnya.
"buat lo." Adhisti memberikan sekotak hadiah.
Audrey membukanya dan terlihat banyak camilan favoritenya yang mungkin tak ada di singapore nanti.
"lo tau gue gak bisa lepas dari cemilan ya Dhis." tutur Audrey, "thank you btw." sambungnya.
Audrey berpamitan dengan sahabatnya satu persatu, dimulai dari Erika, Rania hingga Adhisti. Entah air mata Adhisti pecah saat memeluk Audrey.
"gue masih marah ya sama lo karna lo nyembunyiin penyakit lo!" tutur Adhisti.
"gue maafin kalo lo sembuh, harus sembuh pokonya." sambung Adhisti.
"iyaa bawel banget kaya bokap gue deh lo." jawab Audrey.
"di khawatirin malah gitu kan lo!" protes Adhisti sambil menjewer telinga Audrey pelan.
"AUDREYYYY!!" teriak seorang lelaki yang terlihat sedang berlari menuju kearahnya.
"HEH GILA LO YA!" protes lelaki itu.
"kalo gue ga videocall Rania, gue gak akan tau kalo lo bakal cabut." protes Julio dengan sesikit kesal.
Audrey yang diam merasa bersalah tak memberi tau Julio yang dimana Julio adalah teman dekatnya sejak SMA.
"lo juga Dhis kenapa gak cerita?!" omel Julio.
Julio lelaki yang jarang marah, ia merupakan lelaki yang cenderung memiliki sifat tenang. Namun, kalau sudah bersamgkutan dengan teman-temannya ia akan maju di paling depan.
Julio yang merasa tak enak sudah memarahi Audrey dan Adhisti langsung menghela nafas. "sorry." ucapnya.
"safe flight." ucap Julio kepada Audrey sambil memeluk Audrey.
"gue izin pukul Aidan ya." tutur Julio sambil melepaskan pelukannua.
"sorry, gue cerita tentang lo sama Aidan dan kondisi lo. Menurut gue, Julio harus tau karna kalian temen deket." ucap Rania merasa tak enak.
"gapapa Ran, jangan ngerasa gak enak." balas Audrey.
"yaudah gue cabut ya, bokap udah nunggu." pamit Audrey.
Setelah berpamitan, Audrey berjalan menuju ruangan boarding yanh dimana Andri sudah menunggu disana untuk menunggu pemberangkatan pesawat mereka.
Selama di boarding room, Audrey hanya diam melihat lalu lalang manusia yang sibuk menggendong beberapa tas. Audrey ditemani headphone kesayangannya hanya melpatkam tatapan kosong. Lagu yang Audrey putar pun lagu-lagu yang menggbarkan perasannya sekarang.
Sepi, sunyi. Keadaan mendukung perasaan Audrey yang rindu dengan Aidan.
Apa Audrey salah memilih untuk berpisah dengan Aidan? Ntah Audrey pun bingung.
✨✨✨
Aidan yang biasanya selalu bersemangat, kali ini 180 derajar berbeda. Aidan menyesal tidak menahan Audrey kemarin. Seharusnya Aidan menahan Audrey agar mereka tak berpisah. Kesalaham Aidan juga yang malah memikirkan Alisha malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank you, Aidan.
FanfictionAudrey, perempuan dengam hidup yang tak begitu menarik, hanya menghabiskan waktu dengan menontom drama korea juga ditemani camilan. Audrey bertemu dengan seorang laki-laki yang hidupnya berkebalikan darinya, Aidan. Pertemuan mereka dimulai dari acar...