7

184 33 2
                                    

Audrey menatap layar informasi busway yang menunjukan jam kedatangan busway tersebut. Ternyata, busway tujuannya sebentar lagi akan sampai.

Audrey melihat ponselnya, chat terakhir dari Aidan ialah, Aidan meminta lokasi terkini Audrey untuk memastikam bahwa Audrey baik-baik saja.

Audrey tidak terganggu akan hal itu, namun Audrey masih belum terbiasa dengan perlakuan Aidan yang peduli sekali. Terakhir Audrey diperlakukan seperti ini ketika SMA saat ia bersama Mahendra, sebelum hal menyakitkan itu terjadi.

Busway dengan tujuan halte gelora bung karno pun tiba. Audrey duduk di kursi paling belakang dan dekat dengan jendel karena ia ingin melihat pemandangan manusia berlalu lalang.

Audrey dan Aidan sudah sepakat akan bertemu disalah satu mall dekat halte gelora bung karno agar memudahkan Audrey yang menggunakan transport umum. Audrey senang melihat pemandangan ramai Jakarta, ia melihat semua manusia sangat produktif, dan tentu saja ia tidak boleh kalah dengan itu, ia harus produktif juga.

Dari halte Audrey menuju tempat tujuan membutuhkan 5 pemberhentian. Saat di pemberhentian ketiga, Audrey memastikan pandangannya tak salah lihat. Aidan. Ternyata, lelaki itu meminta lokasi terkini Audrey untuk memgikutinya.

Tiga lampu berwarna merah, kuning dan hijau itu pun menyalakan lampu merahnya. Audrey tersenyum melihat Aidan yang sengaja mengikuti Audrey. Aidan memberi sinyal bahwa ia meminta Audrey untuk turun di halte berikutnya dan meminta Audrey untuk ikut bersama Aidan memgendarai motor dan Audrey memberikan jempolnya kepada Aidan mengartikan iya.

"atas nama kak Audrey?" tanya Aidan meledek saat memberikan helm kepada Audrey yang batu keluar dari halte tersebut.

"tujuannya ke hati saya ya? ledek Aidan.

"Aidan, stop gak?!" ancam Audrey karna ia tak kuat menahan pipinya yang mungkin sekarang sudah terlihat memerah.

Aidan tertawa melihat respon Audrey yang galak untuk menutupi salah tingkhanya itu. Tanpa fikir panjang, Aidan langsung menancapkan gas motornya menuju tempat belanja bahan kue, karena Audrey akan membuat cookies dirumah Aidan.

Audrey memejamkan matanya membiarkan wajahnya tertampar angin sore sejuk Jakarta. Tanpa ia sadari, ia memluk Aidan dan menumpu kepalanya dipundak Aidan. Aidan yang belum siap akan hal itu, hanya diam mematung karna ia harus mengatur nafasnya.

Sesampainya mereka di mall tersebut, Audrey belum juga melepaskan pelukan tersebut.

"Au," ucap Aidan pelan "udah sampe, ini mau dipeluk sampe dalem?" tanya Aidan.

Tetap tak ada jawaban. Aidan mengatahkam kaca spion ke wajah Audrey, dan melihat ternyata Audrey tertidur pulas.

"gue salting, dia malah tidur." batin Aidan.

Aidan tak berani menganggu Audrey tidur, jadi Aidan membiarkan Audrey terbangun sendirinya, sambil Aidan melihat wajah itu dari spion.

"aww" keluh Audrey yang hampir jatuh karna kepalanya terasa berat karena helm.

"gue ketiduran?!" tanyanya yang dibalas anggukan oleh Aidan.

"kenapa gak di bangunin?" tanya Audrey.

"gue gak mau melewatkan kesempatan emas gue dipeluk sama lo." ledek Aidan.

"apaansi! udah ayo!" Audrey terdengar salah tingkah karna ucapan Aidan tersebut sampai ia langsung jalan menuju pintu masuk.

"helm-nya dong sayang!" teriak Aidan yang membuat hampir semua orang melihat kearah mereka.

Audrey memejamkan matanya karema malu akan kelakuan bodohnya karna lupa melepas helm ditambah ia harus menguatkan hati untuk bisa bersikap sewajarnya didepan Aidan.

Thank you, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang