43. Tragedi

3.4K 108 7
                                    

Pov. Riko

"Kalian.... "

Tanganku mengepal dengan keras, kulihat mereka juga terkejut dengan keberadaanku diruangan ini. Bagaimana bisa sosok yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri mengkhianati aku.

"Riko..." Ucap Kak Putra.

"Apa maksud semua ini kak?" ucapku keras kepada Kak Putra dan Kak Azhar.

"Ha ha ha akhirnya kamu sudah tau juga siapa orang yang sudah meneror kamu Riko ha ha ha" ucap seseorang masuk ke ruangan ini.

"Mama..." Ucapku hampir tidak percaya.

"Kenapa, kaget" ucap Kak Azhar.

"Aku gak nyangka kalian bersekongkol menjebakku" ucapku hampir tidak percaya.

"Tapi kenapa ma, mama juga ikut ikutan sama mereka" tanyaku

"Jangan panggil aku mama, aku bukan mama kamu, Riko". Perkataan mama membuatku tercengang.

"Apa maksud mama?". Mataku memerah kala mendengar dia bukan mamaku.

"Kamu mau tau yang sebenarnya kan Riko. Baiklah, tak ada salahnya aku menceritakan semuanya kepadamu, sebelum azalmu menjemputmu. Hei, kalian ikat dia" perintah mama kepada kak Putra dan kak Azhar.

"Baik, bos" ucap mereka membuatku heran kenapa mama dipanggil mereka bos.

Kak Putra dan Kak Azhar mengikat tanganku dengan tali.

"Lepasin, bangsat kalian" ucapku.

"Azhar, lakban mulutnya" perintah Mama.

"Siap bos" Kak Azhar kemudian melakban mulutku.

"Hmmmm" aku tidak bisa berkata kata lagi.

"Sekarang kan aku bisa ngomong panjang lebar buat kamu manis" kata mama.

"Ok, mungkin kedengarannya menyakitkan, namun gak ada salahnya aku ceritakan sebelum kamu mati" ucap mama.

"Ayah kamu bukanlah ayah kandungmu Riko, begitupun aku bukanlah mama kandungmu" ucap mama membuatku kaget.

Mama menceritakan kronologis di masa lalu.

===================================

Flashback 17 Tahun Lalu
(Extra Part Senja Dibatas Kota)

Pov. Kurnia

Aku masuk kedalam rumah, disana sudah ada papa dan mama beserta tamu yang tak dikenal.

"Nah ini anak kami, Kurnia" ucap papa mengenalkanku pada mereka.

"Wah ganteng, cocok dengan anak kami" ucap seorang wanita.

"Sini duduk Kurnia" kata Papa.

Aku hanya bisa duduk menunduk, dan tidak bisa berdaya kala Papa akan nenjodohkanku dengan anak teman papa.

"Gimana dengan tanggal 14 Februari kita laksanakan akad nikahnya" usul wanita yang sebentar lagi akan menjadi ibu mertua aku.

"Ide yang bagus, gimana menurut kamu Kur" tanya papa

Aku hanya mengangguk dengan posisi tangan mengepal.

"Baik kalau begitu, kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya" ucap papa.

***

Hari ini adalah pernikahanku dengan wanita bernama Jessica. Banyak tamu berdatangan mengucapkan samawa kepada kami. Kulihat Jessica senang bisa menikah denganku, namun tidak dengan hatiku yang sampai detik ini tidak ada rasa dengan cewek.

RikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang