50. Mabok

1.8K 52 11
                                    

Pov. Author

Edward yang terdiam begitu terpana menatap wajah lelaki muda di depannya ini. Penampilannya sederhana hanya memakai t- shirt abu - abu lengan pendek dipadukan dengan celana jeans casual. Tatapan matanya tajam namun meneduhkan. senyum nya begitu mempesona.

"Mas Edward?," ujar Riko tersenyum.

"lya mas. Selamat datang ya. Maaf saya tidak sempat untuk menjemput. Sibuk soalnya. O iya anda diterima bekerja di rumah ini. Sudah dipersiapkan segala hal nya oleh Rita?". Edward menoleh pada pembantu senior nya itu.

"Sudah tuan. Sebaiknya tuan makan dulu. Kami sudah memasak menu yang tuan pesan tadi pagi" bu Rita menjelaskan.

"Ah iya betul saya lupa. Bu Rita sudah makan?" wanita tua itu menggangguk pelan.

"Mas Riko, sudah juga?"

"Mas, eh...tuan saja dahulu. Saya masih bersih - bersih kamar dulu". Riko beralasan. Dia juga tahu adab antara tuan rumah dan pembantu.

"Kalau begitu temani saya. Kita makan bareng. Sekalian mas Riko mencicipi masakan bu Rita. Enak Iho."

Riko ragu lalu menoleh kearah bu Rita, wanita itu tersenyum sambil menggangguk lagi. Dia kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua. Meja makan besar berbentuk bulat itu terbuat dari marmer putih. Dingin terasa saat di pegang permukaannya. Mereka berdua pun menikmati makan siang nya. Setelah selesai dengan perut kenyang. Riko siap beranjak.

"Mas kalau boleh kita ngobrol dulu. Kita kan belum kenal seratus persen" canda Edward. Riko pun duduk kembali.

"Bagaimana sudah ada izin dari keluarga untuk bekerja disini?"

"Sudah tuan. Meski saya harus pulang antara dua minggu atau sebulan sekali" ujar Riko menunduk. Dia tidak menyangka lelaki yang kenal didalam bus waktu itu, seorang pria kaya dengan koleksi beberapa mobil mewah di garasi samping rumah megah itu.

"Bagus kalau begitu. Saya khawatir bu Rita keteteran mengurus rumah besar ini. Juga karena waktu di bus mas Riko butuh pekerjaan jadi saya iya kan saja. Satu lagi mas jangan panggil saya tuan. Tapi cukup mas saja ya". ujar nya pelan.

"Baik mas," Riko tersenyum malu.

"Sudah keliling rumah ini?, kalau belum ayo ikut saya. Saya akan jadi guide mas Riko" canda pria itu sambil beranjak.

Merekapun berjalan beriringan memasuki rumah besar itu. Dilantai 1 ada sekitar 5 kamar besar dan juga ruang tamu serta ruang kerja yang selalu bersih. Di ruang tamu dan tempat bersantai yang luas terdapat tiga lukisan besar yang tampak memperlihatkan gambar natural sepasang suami istri paruh baya.

"Itu foto kedua orang tua ku," Edward menunjuk ke arah lukisan didepan mereka berdua.

"Sekarang mereka berada di mana mas? Apa sedang bekerja juga?" Riko nampak penasaran.

"Ibu dan ayahku udah tiada"

"Eh maaf mas kalau membuat mas sedih"

"Gapapa mas"

Riko memperhatikan ucapan Edward. Ditatap kembali foto lukisan besar itu. Meski sudah berambut putih, ayahanda Edward terlihat masih tampan bersanding dengan istrinya.

Sesudah melihat seisi lantai 1, mereka berdua lalu naik kelantai tingkat 2. Terdapat ruang fitness dengan empat alat tredmill untuk lari berjajar rapi menghadap kearah kendela kaca yang lebar. Dilantai itu juga terdapat kamar tidur utama dan ruang santai juga.

"Jadi mas Edward dirumah ini hanya tinggal sendirian?"

"Anak tunggal sih iya. Tapi sekarang kan kalau siang ada bu Rita dan malam ada mas Riko. Jadi kita bertiga. Tidak sepi bukan ?" Edward bagitu bersahaja. Riko tersenyum sambil mengangguk.

"Maaf, kalau boleh tahu....mas Edward ada rencana mau menikah lagi gak ?"

Edward menatap Riko dengan tatapan teduh.

"Maaf mas dengan pertanyaan saya."

"Tidak apa - apa mas. Santai saja. Saya memang pengen sendiri. Belum ada jodoh yang cocok" ujar Edward yang kembali menatap Riko.

"O iya mas, saya masih ada keperluan. Mungkin pulang agak malam. Jadi nanti tidak usah menunggu ya. Karena mas Riko sendirian, tidak usah khawatir, keamanan rumah kita sudah maksimal kok. Dijamin aman."

Riko dan Bu Rita menatap Edward yang berlalu dengan mobil sport putih nya.

"Mengapa dia tidak ingin menikah lagi ya?" Riko begitu penasaran.

"Dia sepertinya ingin konsentrasi mengurus bisnis nya dahulu meski usianya sudah 45 tahun" jawab bu Rita sambil mencuci piring.

Sore pun menjelang. Tepat jam 5 sore bu Rita pun berpamitan.

"Saya pulang dulu ya mas. Tidak apa- apa kan ditinggal sendirian?. Terus tuan pulang nya sampai rumah selalu jam 7 malam. Pintu pagar ini bergerak otomatis."

"lya bu Rita. Saya juga sebelumnya sering sendirian bu. Tidak usah khawatir" ujar Riko sambil tersenyum.

Tidak berapa lama bu Rita pun pulang kerumahnya. Pintu pagar kecil di sisi pagar utama merupakan pintu keluar masuk orang. Setelah bu Rita pergi, pintu pun segera di kunci dari dalam.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Riko mulai tidak tenang karena tuan mudanya belum kunjung pulang juga. Dia bolak balik di dalam rumah yang besar itu. Untuk melawan jenuh Riko menyalakan tv LED besar di ruang tengah.

Dipikir pikir tampan juga tuannya ini. Sepertinya dia tipe playboy... Tapi ah ngga baik berprasangka begitu. Meski aku suka sama dia, aku kan sudah tidak perawam lagi. Kalah bersaing dengan boti-boti perawan sana, gumam Riko sambil mengelap meja makan dari marmer putih itu.

Aktifitasnya terusik oleh suara mobil yang berada di luar rumah. Bergegas Riko keluar. Dia lalu berdiri di depan pintu rumah yang besar itu. Karena pintu pagar terbuks otomatis jadi Riko ridak dapat membantu apa - apa.

Pintu pagar dari terali besi yang tingginya 2 meter lebih itu terbuka sendiri. Nampak mobil sport putih perlahan masuk sampai kedalam garasi sementara pintu pagar tertutup kembali. Riko menatap kearah mobil itu.

Saat pintu mobil terbuka rupanya bukan Edward, tetapi seorang pria sedikit gemuk keluar dari pintu depannya. Dia lalu membuka pintu belakang nya, keluar seorang pria lagi. Mereka lalu membantu berjalan Edward yang terlihat mabuk berat. Mereka lalu membawa Edward kedalam rumah.

"Mas Edward kenapa ya mas sampai mabuk seperti ini?" tanya Riko cemas.

"Biasa lah dek. Dia selalu begini bila sedang happy. Sudah ya dek. Kami pulang dulu"

Kedua pria itu lalu keluar rumah setelah Riko membuka kunci pengaman pintu pagar samping nya. Setelah dirasa aman, Riko kembali masuk. Dia lalu menghampiri Edward yang terlelap di sofa besar nya. Ditatapnya lelaki muda berbadan tegap itu.

"Tampan juga kamu mas. Hmm...apa kamu kuat juga diranjang?" gumam Riko sambil tetap menatapnya.

Riko lalu melepas sepatu yang dipakai Edward itu satu persatu. T shirt yang dipakainya sudah basah oleh keringatnya. Edrward perlahan membuka mata, dia tiba - tiba membalikkan badannya.

Melihat itu Riko dengan sigap menahan tubuh Edward. Wangi parfum tercium dari tubuh tegapnya. Karena menahannya terguling kebawah sofa, Riko pun menahan tubuh itu. Otomatis merekapun saling berpelukan.

"Kamu manis sekali. Aku suka kamu Rik." 'sedikit bau alkohol tercium.

Entah siapa yang memulai, bibir Riko dan Edward pun kini saling bertautan. Ciuman pun semakin erat. Malampun akan mereka nikmati bersama.

********

BERSAMBUNG

RikoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang