5

12.7K 353 16
                                    

"TIANN!! BANGUNN TIANN!! UDAH JAM SETENGAH TUJUH!! KAMU TELAT MAMA TAMPAR MUKAMU!!" bentak mama Tian

Saat Tian di mimpinya sedang meratapi nasibnya dikurung dan diperistri oleh Dirga sepihak dengan paksaan, Tian sayup-sayup mendengar ibunya membentaknya agar cepat bangun karena mau sekolah.

"IYA MAA!!"

"duh kok tadi aku mimpiin Dirga ngurung aku ya.. ck! Jadi takut ah! Udahlah, lagian sekarang hari terakhir MPLS. Semoga ga sekelas sama Arga, Dirga dan Daniel ya Tuhan.." doa Tian

Tian pun beranjak dari tempat tidurnya dan pergi mandi. Tian menikmati mandi tersebut, ia menggunakan sabun wajah, sabun badan dan menggunakan skin care setelahnya.

Tian segera bersiap dan menggunakan seragam sekolahnya. Lalu ia mengambil bekal yang ada pada meja makan lalu mencium punggung tangan ibunya.

"Yaudah ma, berangkat dulu yaa!!"

"Iya nak hati-hati!!"

Diperjalanan Tian menyusuri jalanan yang cukup ramai, karena masih pagi jadi banyak yang ingin berangkat sekolah ataupun kerja.

Tian melewati rumah salah satu tetangganya, yaitu om Edward. Memang namanya sangat berasal dari bahasa Inggris, namun ia tetap orang Indonesia.

"Halo om!"

"Eh halo Tian! Mau om anterin berangkat sekolah?"

"Eh ngga deh om, ngerepotin. Hehehe"

"Ngga ngerepotin, udah ayo naik!"

"Ngga deh om"

"Kamu naik atau saya gendong?"

"Eh iya-iya om, makasih ya om"

Tian pada akhirnya diantarkan ke sekolahnya bersama om Edward. Om Edward sudah kuliah pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah disalah satu PTN di kota itu. Namun, umur Edward masih 29 tahun dan sekarang sudah semester 6.

"Tian kalo butuh siapa yang nganterin, om anterin"

"Ngga dulu deh om nanti ngerepotin, lagian om kan juga kuliah"

"Ngga kok, biasanya masuk jam 9"

Tiba-tiba tangan Tian ditarik oleh tangan kiri Edward untuk memeluk perutnya

"E-eh o-om? Ngapain?"

"Udah ngga apa pegangan aja, nanti kamu kedinginan"

"Ng-ngga kok om.."

"Udah pegangan aja, otot perut om bikin tanganmu anget. Hehehe"

"I-iya deh om.."

Tangan Tian ditarik untuk meraba-raba perut om Edward. Tian dapat merasakan kerasnya otot perut om Edward. Bahkan banyak otot perutnya mungkin bukan six pack namun ten pack .

Di Daerah rumahnya memang om Edward menjadi idola para gadis-gadis SMA ataupun SMP yang ada disana. Namun om Edward tidak menanggapi itu.

Setelah Tian lihat-lihat, om Edward memiliki wajah yang rupawan. Rahang yang tegas, alis tebal dan kumis tipis. Namun Tian tidak merasa hatinya berdebar-debar karena ia masih memiliki rasa terhadap lawan jenisnya.

Di sisi lain, jantung Edward terpacu karena meningkatnya adrenalin. Dopamin terus menyeruak, membuat hatinya sangat senang dan bahagia ketika didekat Tian. Edward juga sebenarnya menyukai Tian, namun ia merasa jika Tian tidak memiliki rasa kepadanya. Mungkin Tian hanya menganggapnya sebatas tetangga (?).

Setelah sampai di sekolah,

"Tian, sudah sampai"

"Eh iya om, makasih yaa"

Pacar Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang