25

4.2K 150 6
                                    

"Tian.. kenapa suaramu bisa sebagus itu?.." tanya Arga dengan mata berkaca-kaca

"M-mas Arga.. apakah nyanyianku mengingatkanmu tentang seseorang?.." Tian menebak mengapa Arga menangis setelah mendengar lantunan lagunya.

"Iya.. entahlah.. setelah mendengar kau bernyanyi di kamar mandi tadi.. aku jadi mengingat bagaimana ibuku menyanyikanku lagu sebelum tidur.." ucap Arga dengan pandangan mata ke lantai

"Memang.. ibunya mas Arga sekarang dimana?.." tanya Tian lirih agar tidak memperkeruh suasana.

"Meninggal.. entahlah siapa yang membunuhnya.. namun itu dulu sekali.. pada saat aku SMP kelas 7.." jawab Arga lirih dan mata berkaca-kaca

"Turut berdukacita ya mas.. memangnya kronologisnya seperti apa mas.." tanya Tian dengan duduk disamping Arga dan mengusap-usap punggung Arga.

"Jadi.. ibuku pada saat pagi itu sedang memasak.. ia selalu melantunkan lagu-lagu Jawa.. seperti.. tak lelo-lelo-lelo ledung atau lagu lain.. namun.. pagi itu berbeda.. ada perampok datang.. mereka ingin menculik dan membawaku pergi.. akan tetapi ibuku menghadang mereka.. naasnya.. ibuku tertusuk pisau di perutnya.. ia meninggal ditempat dan dilihat oleh kedua bola mataku.." tutur Arga

"Sabar ya mas.. pada saat itu, dimana ayahmu mas?.." tanya Tian

"Bapak? Dia adalah seorang tentara militer.. dia pada saat itu sedang menjalankan misi negara.. syukurnya saat itu polisi datang cepat.. jadi aku tidak jadi diculik oleh mereka.." tutur Arga

"Hm.. syukur mas Arga tidak kenapa-kenapa.."

"Tidak! Mengapa pada saat itu aku hanya bisa diam bungkam?! Aargghh seharusnya mereka bunuh aku aja!!" Kesal Arga

"Shshshshsh.. sudah mas.. kalo mas yang di bunuh.. lantas, apakah mental ibu mas Arga akan masih sehat?.. dari cerita ini.. Tian bisa melihat bahwa ibu mas Arga sangat mencintai mas Arga.." tutur Tian menenangkan jiwa Arga

"Arrghhh iya kau benar.. hahh.. semoga ibu tenang disana.."

"Ya sudah.. biar mas Arga bisa tenang.. gimana kalo kita tidur bareng sambil aku nyanyiin.. biar mas Arga tenang.. mau mas?" Tanya Tian halus

Tanpa berkata-kata dan menjawab pertanyaan Tian, Arga langsung menidurkan tubuh Tian disamping tubuhnya. Tian kaget tubuhnya tiba-tiba ditarik paksa oleh Arga ke kasur.

Arga pun berbaring di samping Tian, Tian tidur menghadap Arga, sedangkan Arga tidur menghadap langit-langit kamar. Tangan Tian perlahan-lahan menyentuh dahi Arga.

Tian mengelus-eluskan jari-jarinya pada dahi Arga agar ia tenang. Tian mulai melantunkan lirik-lirik yang membuat Arga menjadi de Javu.

"🎵Tak lelo.. lelo.. lelo ledung..
Cep menenga, aja pijer nangis
Anakku sing bagus rupane..
Yen nangis.. ndak ilang baguse..
Tak gadhang.. bisa urip mulya..
Dadiyo.. Priya kang utama..
Ngluhurke.. asmane wong tuwo..
Dadiyo pendekaring bangsa….

Wis cep menenga.. anakku..
Kae.. mbulane ndadari...
Kaya buta nggegilani..
Lagi nggolekki, cah nangis..

Tak gadhang.. bisa urip mulya..
Dadiyo.. Priya kang utama..
Ngluhurke.. asmane wong tuwo..
Dadiyo pendekaring bangsa….

Hm.. m... Hm.. m..🎵"

Bak layaknya sinden ternama yang pandai melantunkan sebuah lirik-lirik lagu Jawa, Tian membuat hati Arga tersayat mengingat ibunya.

Pacar Posesif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang