Winny sadar beberapa waktu terakhir yang dia lalui bersama Nathan, secara tidak langsung membuat cara pandang gadis itu mulai berubah tentang Nathan, jika dulu Winny menganggap Nathan hanya pemuda kaya yang suka random dan seenaknya sendiri di kelas, namun beberapa saat terakhir ini dia melihat Nathan menunjukkan sisi yang berbeda dari biasanya. Entahlah Winny hanya suka terhadap senyuman itu, senyuman manis milik Mahesa Nathan Aditama. Senyuman yang akan membuat orang lain ikut tersenyum hanya dengan melihatnya.
'Kayaknya aku suka dia deh' gumamnya pelan di sela sela jam istirahat kelas mereka.
"Jajan yuk Win. Gue pengen banget bakso Teh Dewi" ajak Nindya kepada Winny. Winny pun kemudian melihat isi dompet miliknya 'hm sepertinya masih cukup buat jajan'
"Ayok Nin." Nindya reflek menolehkan pandangannya saat Winny mengiyakan ajakannya
"Hah? Serius lo? Tumben?" Tanya Nindya tidak percaya
"Hahaha aku baru aja dapat rejeki nih. Dapet murid les baru, lumayan buat tambahan uang jajan" Di sela kegiatan sekolahnya dan juga side jobnya ketika malam hari, Winny juga kadang menerima kegiatan les untuk anak anak jenjang SD di daerah dekat rumahnya. Sekarang saja dia memiliki 5 orang anak didik.
"Wahh gue doain deh rejeki lo makin mulus Win biar bisa gue ajakin jajan terus. Hehe"
"Amin. Yuk Nin" saat pertama kali masuk ke sekolah ini, Winny sama sekali tidak berharap memiliki teman dekat, karena dia pernah merasakan yang namanya dibully oleh mantan teman dekatnya sendiri. Hal itu menimbulkan trust issue untuk dirinya.
Sikap dan perhatian Nindya kepada Winny, sedikit demi sedikit menimbulkan perasaan percaya kepada teman itu muncul lagi. Meski Nindya termasuk 'orang berada' namun gadis itu mampu membuat semua orang nyaman berteman dengan dia tanpa membeda bedakan. Bahkan Nindya tidak jarang menginap di rumah kecil milik Winny jika dia merasa kesepian di rumah. Maklum Mommy dan Daddy nya sering melakukan perjalanan dinas keluar negeri dan juga dia anak tunggal pasti sering kesepian.
"Wah kantinnya makin penuh banget Nin, langsung bawa balik ke kelas aja yuk."
"Ah engga Win kayak gini mah biasa aja, makan sini aja. Eh gabung sama itu aja deh ceweknya Jevano" tunjuk Nindya ke arah meja dua orang gadis. "Samperin mereka aja yuk" ajak Nindya menuju meja Karen dan Gigi
"Hallo gue sama temen gue mau gabung meja kalian boleh ga?" Tanya Nindya yang tanpa menunggu balasan dari kedua gadis itu langsung mendudukan dirinya di sebelah Gigi
"Eh boleh kok gabung aja." Jawab Karen sopan
"Nama gue Nindya, ini temen gue Winny kita satu kelas sama cowok lo"
UHUK! Karen tersedak dengan makanannya sendiri, hal ini membuat Gigi tertawa nyaring
"Hahaha bego banget Ren. Cuma gara gara ada yang nyebut Jevano aja langsung salting lo"
"Ini keselek dodol bukan salting" jawab Karen menutupi kegugupannya terlebih di depan dua gadis teman sekelas Jevano ini.
"Ini minum dulu, kasihan kamu keselek" Winny menyodorkan air putih kearah Karen dan langsung disambut oleh Karen.
"Tengs ya. Nama gue Karen, ini Gigi kita sekelas sama mantan cewek pacar lo si Reza"
Blushing! Nindya tiba-tiba merasa pipinya ikut panas ketika seseorang menyebut nama pemuda itu.
"Nin kamu kenapa? Kok mukamu merah? Apa kita ga jadi makan aja, ke UKS yuk Nin" ajak Winny khawatir melihat raut wajah Nindya
"HAHAAHAHA yang satu saltingan yang satu gampang blushing . Kocak banget deh kalian" kali ini Gigi benar-benar tidak bisa mengatur tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME, LOVE AND FAMILY
Ficção Adolescente"Tempat berlindung terbaik itu adalah rumah lantas bagaimana dengan rumah yang hanya membuat luka?"