Ia tidak tersenyum namun merasakan perasaan bersalah. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan terhadap ciuman kemarin malam ia lakukan dengan saudara adopsinya. Asia Fleming benar-benar terlihat sebagai perempuan di rumah border yang setia melayani para laki-laki berengsek.
Sambil menendang dinding, Asia mengumpat kesal, “Sial!” lalu ia menekan tombol kode sandi pintu apartemen. Mudahnya, pintu itu tak lama terbuka dan perasaan bersalah Asia bertambah lagi dalam hati—kode sandi pintu yang ia masukkan masih saja sama, ia yakin pemilik apartemen tak akan pernah mengganti kode sandi pintu karena mereka berdualah yang membuatnya. Sebuah kode sandi day of week dan bulan yang sama.
Setelah menyimpan sepatu ke rak sepatu, Asia berjalan menuju sebuah kamar tidur dan mencari obat berdasarkan foto yang telah tersimpan dalam ponselnya. Ia harus memastikan dan mengambil obat itu, jika tidak perasaan menyesalnya semakin bertambah dan kehilangan seseorang tak inginkan akan terjadi lagi.
Asia menggelengkan kepala. “Tidak—dia tidak akan mati. Sial. Kau tidak akan kubiarkan mati begitu saja Nedved.”
Asia kembali mencari-cari obat yang harus ia temukan dan di mana pun obat itu disimpan ia harus menemukannya meski ia harus berjam-jam atau berlama di apartemen Nedved.
Obat itu tidak ada disetiap laci dalam kamar dan Asia terlihat tidak akan menyerah, gadis itu masih mencari-cari barang yang harus ia temukan. Matanya menatap ke bawah tempat tidur dan satu tempat belum diperiksanya adalah di bawah tempat.
Di sebelah tempat tidur, sesuatu di bawah tempat tidur membuat Asia mengerut dahi ketika tangannya meraih sesuatu itu.
"Kotak?"
Kening Asia bertambah mengerut melihat susunan lembaran slip pembayaran bank. Tangannya, mengambil satu lembaran dan membacanya saksama bagian penting—nomor tujuan rekening, nama pengirim, penerima dan tanggal transfer.
Satu lembar.
Dua lembar.
Tiga lembar.
Empat lembar.
Lima lembar.
Kehabisan kata-kata, Asia termangu cukup lama dan kebenciannya semakin dalam untuk dirinya sendiri dan pria bodoh yang tak berhenti mengirimkan uang ke nomor rekening yang tak akan pernah ia gunakan—hari itu ia memutuskan tak akan bergantung dan menjauhi pria bodoh itu. Hari itu ia telah bertekad dan jika hari ini tekad telah ia putuskan hari itu hancur oleh perasaan benci, malu dan bersalah maka ia tahu betul artinya adalah kekalahan. Kalah—sekali lagi ia kalah dan kali ini ia harus mengalami kekalahan lagi.
Kekalahan baru untuk transisi hidup penuh harapan terasa jauh dalam pandangan Asia. Setiap kali sesuatu yang baik ia inginkan dalam hidupnya penuh harapan besar nyatanya harus pupus oleh harapan tak pernah ia harapkan. Ia tak akan bisa menjauh dari pria bodoh itu. Intervensi Tuhan selalu terjadi.
Kertas-kertas bukti transfer rekening dalam jari-jari tangan Asia, menyusut perlahan-lahan.
"Nedved."
Punggung Asia berputar dan menatap seseorang yang memanggil nama pria bodoh—Nedved Artista Fleming. Namun mengejutkan seluruh manusia di bumi perempuan masuk tiba-tiba dalam apartemen lalu menyebutkan nama Nedved adalah perempuan sama sekali tak ingin ia temui setelah Nedved Artista.
"Jalang." Perempuan itu berkata lagi dan Asia tahu bahwa dirinya tidak akan menjadi diri seperti dulu yang diperlakukan buruk oleh perempuan yang berdiri di depannya. Hari itu ia menerima perlakuan kasar perempuan itu. Ia menerima cacian maki, menerima tamparan perempuan itu lakukan, menerima di dorong ke dinding sangat kasar lalu ke meja hingga punggungnya membentur meja dan meninggalkan bekas lubam biru beberapa hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise of Outstanding | Novella #5
RomansaNSFW - [D21+] N O V E L L A The Promise of Outstanding © 2021, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover ...................................................................................................... T...