6

36 2 1
                                    

Asia baru saja ingin mengatakan selamat malam untuk Jashen tapi, pria itu sudah masuk lebih dulu ke dalam kamar tidur. Asia menyungging senyum tipis dan besok ia bisa mengatakan satu ucapan selain selamat malam itu adalah terima kasih. Pria itu membelikan cukup banyak makanan ringan seperti cokelat dan kukis di supermarket sebelum mereka berdua menuju arah pulang ke apartemen.

Tangan Asia meraih gagang pintu kamar tidur dan kernyitan seketika terbentuk di kening Asia ketika mendapati bahwa pintu kamar tidurnya tidak terkunci, atau ia memang lupa mengunci pintu ketika pergi tadi. Ia masuk ke dalam dengan langkah santai dan mencari sakelar lampu yang ia tahu tidak jauh dari pintu. Lampu menyala, dan seketika ia terenyak melihat seorang pria tidur di atas tempat tidur. Ia memerhatikan dengan mata memicing karena merasa akrab terhadap wajah dari pria sedang tidur lelap.

"Nedved?" gumam Asia pelan. 'Berengsek. Apa-apaan—kenapa dia di dalam kamar tidurku?!'

Asia segera memutar kaki dan cepat-cepat melangkah ke luar dari dalam kamar tidur dengan perasaan marah.

Sebelum Asia membuka pintu masuk dalam apartemen, suara Jashen Scooter menyahut, "Kau mau ke mana?"

"Aku melupakan sesuatu yang seharusnya kubeli ketika di supermarket tadi."

"Ini sudah malam ... jam sebelas."

"Aku akan baik-baik saja."

"Benarkah? Apa supermarketnya jauh? Aku bisa meminjamkan mobil Broodie padamu."

"Terima kasih. Supermarketnya tidak jauh. Jangan khawatir, kemudian aku harus pergi."

"Tunggu."

"Apalagi Pak?"

"Lampu kamar tidurmu menyala. Kau akan biarkan begitu saja? Juga, pintunya tidak ditutup."

"Biarkan saja!"

Tak ingin mendengar banyak kata-kata Jashen, cepat-cepat Asia keluar dari apartemen.

҉

Tentu saja Jashen Scooter memerhatikan bahasa tubuh Asia, dan menganalisis bahwa Asia dalam suasana hati tidak baik dan hal itu tentu saja tidak baik untuk membiarkan Asia Fleming pergi sendirian. Kejadian siang tadi bisa terjadi kembali.

"Merepotkan."

Jashen mengambil jaket kain tipis dalam lemari, keluar dalam keadaan berpakaian rumahan adalah satu hal tak disukai Jashen. Mesir mempunyai gurun dan malam hari, gurun memasuki suhu dingin.

Cepat-cepat Jashen menutup pintu kamar tidurnya, kemudian menutup pintu aparteman. Ia pikirkan saat ini adalah menemukan Asia, berharap juga perempuan itu tidak pergi terlalu jauh seandainya supermarket yang dia katakan tadi berada tak jauh dari sekitar apartemen itu akan bagus menghemat tenaga.

Sejam lebih Jashen masuk dan keluar hanya untuk menanyakan ciri-ciri Asia datang kepada kasir di supermarket sekitar daerah apartemen Arkana dan tak satupun jawaban kasir mengatakan Asia datang di supermarket mereka. Jashen benar-benar bingung harus kemana lagi dan tak pernah ia mengkhawatirkan seseorang lebih dari ini pada sebelumnya. Tapi, tiba-tiba ia memikirkan Brodie. Ia bisa menanyakan nomor ponsel Asia. Brodie menjawab sambungan panggilan selular ponsel dan cepat ia menyahut, "Kawan, maaf aku mengganggu waktumu. Apa kau punya nomor ponsel Asia dapat dihubungi? Hmmm ... sesuatu penting tadi lupa kutanyakan kepada dia dan sekarang aku sedang tidak ingin keluar dari kamar tidur omong-omong. Baiklah. Terima kasih."

Setelah tiga detik percakapan melalui via panggilan selular bersama Brodie, pesan teks dari Brodie datang. Jashen segera menelepon nomor dalam pesan teks di kirimkan Brodie.

"Halo? Legah mendengar kau yang menjawab panggilan selularku. Jashen. Kau tak jauh dari lokasi apartemen? Tepatnya di mana, Nona Fleming? Aku bukan orang sini, tolong beritahu aku di mana kau sekarang. Oh ya, aku mendengar suara kereta api. Sebentar ... itu artinya kau tidak jauh dari sini? Baiklah aku akan ke sana sekarang dan jangan kemana-mana."

The Promise of Outstanding | Novella #5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang