23

21 1 0
                                    

Helikopter membawa Leja ke tempat bangunan terjadinya medan pertempuran. Suatu tempat yang tidak membuat Leja memundurkan niatnya menolong manusia. Ia adalah seorang dokter dan menapaki jalan sebagai seorang dokter dari residen trauma sentral medis di rumah sakit akademi Rusia adalah tantangannya. Ia mengambil misi mandiri menyelamatkan orang-orang berperang dan hal ini menjadi pengalaman ketiga ia harus jalani ketika berada di Yordania-aksi tembak di Yordania untuknya tidak parah, dibandingkan peperangan di Suriah saat ini-ia merasakan tenaganya mulai menurun.

"Sial." Leja mempercepat langkahnya setelah turun dari helikopter seraya membaya ransel berisi peralatan medis. "Sial. Sial. Sial. Aku tidak akan kalah dengan tenagaku. Aku tidak lelah. Hanya lima hari-Leja, hanya lima hari tenagamu berkurang-seorang dokter tidak boleh lelah."

"Dokter! Dokter Leja!"

Leja terkejap mendengar namaya dipanggil dan menatap kepada tiga calon Dokter Spesialis Bedah Trauma dalam bimbingannya.

"Kau menemukan pasiennya, Darren?"

"Ya Dokter. Pasien sebelah sini."

Leja hanya memperhatikan sedetik ruangan sekitarnya, yang tampak tidak bersih dan berantakan. Dalam keadaan sekarang ia tidak memikirkan kebersihan atau sterilisasi-keselamatan manusia lebih penting saat ini dan setelah dari sini ia dan para calon dokter dibimbingnya harus selamat dan keluar hidup-hidup, benar mereka harus kembali hidup-hidup.

Leja mengangguk.

Di bantu Darren mempersiapkan peralatan medis, Leja mengobservasi pasien laki-laki yang terluka pada bahu. Lukanya sobekan agak besar.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan luka, Pak?" tanya Leja.

"Dokter, tangan Anda harus disarungkan."

"Baik, Milan." Leja berkata kepada Milan, perempuan berdarah campuran Irak dan Singapura.

Leja memulai, menyiram alkohol pertama-tama, membersihkan area-area bakteri mudah menempel-lima menit telah berlalu, Leja selesai melakukan pekerjaannya. Ia melihat kembali sekitarannya.

"Darren, Milan, dan Sharon. Carilah orang-orang yang terluka sekitar sini. Kabari pada Portofon-ku jika kalian menemukan beberapa dari mereka."

"Baik Dokter." Sharon, Milan dan Darren berseru.

Setelah para calon Dokter itu pergi, Leja kembali menatap kepada laki-laki diobatinya beberapa menit lalu.

"Kalian berapa orang?" tanya Leja dalam bahasa Inggris. "Apa kalian warga sipil biasa?"

"Sekitar tujuh orang dan kami adalah warga sipil biasa."

"Kalian menggunakan Portofon?"

Laki-laki terluka itu menggeleng.

"Lalu kalian menggunakan alat komunikasi apa untuk komunikasi?"

"Tidak ada, kami tidak memakai alat apapun untuk komunikasi, setiap jaringan komunikasi di tempat ini mudah sekali diretas. Kami hanya membuat janji untuk bertemu sebelum matahari terbit dan kami harus kembali, jika ada yang tak ada yang kembali kami tidak keberatan. Kami adalah pasukan siap mati kapan pun dalam peperangan ini."

Leja menghela napas pendek dan sedikit berpikir bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan lalu membawa keluar tujuh orang dalam satu bangunan mudah hancur ini? Dan apa bangunan mudah hancur ini sangat ia khawatir akan mendapatkan guncangan kuat dan langit-langitnya akan runtuh.

'Sialan.'

"Dokter?"

Leja terkejap.

"Ya."

The Promise of Outstanding | Novella #5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang