3

62 2 0
                                    

Ransel di punggung Asia gendong saat ini berat dan itu karena berisi makanan kucing yang ia beli beberapa hari lalu. Kucing-kucing liar di jalanan satu persatu berdatangan dari arah belakang saat ia berjongkok dan memberikan makan ke kucing lain yang memang sudah lama menetap di gang ini, yang tak jauh dari tempat jualan buah-buahan.

"Makan yang banyak supaya kalian bisa gemuk dan tentu saja sehat."

Seolah-olah mengerti yang diucapkan Asia, kucing-kucing itu mengeong dan kemudian lanjut makan. Dan kucing-kucing yang beberapa baru saja datang tentu saja mendapatkan jatah makanan. Asia menuang makanan kucing di bungkusan itu ke alas kardu yang ia ambil di dekat tempat sampah di gang itu, yang mungkin punya orang yang tinggal di rumah susun di gang ia menemui kucing-kucing liar seringkali ia berikan makan hasil dari uang ia kumpulkan dari pembagian ketika Band Black Horse menyanyi di beberapa bar.

"MEONG!"

Seekor kucing tiba-tiba terbentur ke dinding, Asia secara naluriah menutup mulut dengan kedua tangan kerena sangat terkejut melihat kucing berwarna hitam di sana, yang tampak terluka. Kemudian, tiga bayangan orang muncul dari cahaya mulut gang. Asia segera berdiri dan memutar balik punggung. Di mulut gang tiga bayangan laki-laki sedang berjalan masuk. Masing-masing dari laki-laki itu mempunyai warna rambut berbeda ketika mereka semakin dekat. Pertama adalah laki-laki berambut hitam seperti burung gagak; laki-laki berambut merah seperti bunga mawar; dan terakhir cokelat seperti madu. Warna mata mereka sama, yaitu cokelat gelap. Dan terakhir wajah mereka adalah wajah-wajah oriental orang Mesir—tidak, salah satu di antara tiga laki-laki itu yang berambut merah tampak keturunan campuran antara orang Mesir dan mungkin orang Barat. Masing-masing tiga pria itu berusia kira-kira antara 26 dan 27.

Pria berambut hitam menyahut, "Wow, seorang perempuan muda cukup cantik. Lumayan bisa dijual ke rumah budak."

"Tapi, pertama-tama kita periksa dulu apa dia punya uang?" kata si pria rambut merah dengan senyum sinis.

"Jangan mendekat!" Asia mengepalkan satu tangan di bawah antara paha. "Kubilang jangan mendekat!"

"Woaah, kau terlihat tidak terlalu takut?" Si pria rambut merah masih mengukir senyum sinis dan dua pria lain bersama dia juga tersenyum sinis bahkan itu terlihat mengerikan jika dipandang terlalu lama.

"Aku tentu takut! Kalian ingin uang? Aku punya dan hanya beberapa. Setelah aku memberikan uang aku, tolong biarkan aku pergi."

"Jika kami melepaskan kau pergi, kau akan melaporkan kami ke polisi. Kami tidak ingin terlibat masalah dengan polisi. Baiklah, berikan uangmu dan kemudian ikut kami dengan damai ke rumah budak, Nona Cantik."

"Berengsek! Bajingan sialan! Kalian semua tidak punya adik perempuan atau perempuan yang kalian cintai?!"

"Sayang sekali kami tidak memiliki keluarga, atau siapa pun yang kami sayangi—kami tidak akan memiliki belas kasihan untukmu, bahkan jika alasan kau beberapa detik itu terdengar seperti senjata untuk meluluhkan hati orang, itu tidak akan berhasil kepada kami. Eh, intinya kau harus tahu dalam situasi ini bahwa kita bertiga adalah orang-orang yang mendukung kesetaraan gender." Si pria berambut hitam akhirnya berbicara, dan dengan ekspresi wajah acuh. "Kau sudah mendengar kata-kata temanku-ikut bersama kami dengan tenang ke rumah budak. Ayo, ikut dengan kami. Aku berjanji tidak akan menyakitimu dan begitu juga teman-temanku."

"Ikut saja, Jalang!" seru si pria berambut merah. Dan tiba-tiba dia mencekal kuat salah tangan Asia.

"Aku akan teriak!"

Pria berambut cokelat berjongkok di antara para kucing, mengambil sebuah pisau tersimpan di balik kaos pada punggung belakang dan mengarahkannya ke kucing-kucing yang sedang makan, "Jika kau berteriak, aku akan membunuh kucing-kucing ini. Tentu saja kau akan melihat bagaimana aku mencincang mereka dengan sadis. Kau akan terus dihantui oleh kematian kucing-kucing liar yang menjijikkan ini dalam tidur nyenyakmu."

The Promise of Outstanding | Novella #5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang