19

24 1 0
                                    

Semenjak pulang dan diberikan barang mewah seorang laki-laki, Asia tidak keluar dari kamar tidurnya. Tapi sekarang ia harus ke luar dari kamar tidurnya. Pesta pernikahan temannya malam ini berdasarkan isi undangan.

Tapi Asia dengan isi kepalanya terus bertengkar dengan batinnya antara tetap dalam kamar tidur atau ke luar karena seseorang sudah menunggunya berdasarkan ketukkan pintu beberapa menit lalu. Tentu saja ia tidak menjawab seseorang yang mengetuk pintu kamar tidurnya dari luar.

"Kau bisa melakukannya, meski ini adalah pertama kalinya kau pergi ke pesta dengan seorang pria selain dia." Asia mengatakan setiap kata-kata dengan mantap kepada dirinya dan menekan kuat-kuat keberanian dirinya untuk percaya dirilah meski itu sedikit. "Kau sudah merencanakan semua ini. Kau bisa melakukannya. Kau harus buktikan kepada Nedved kalau kau mencintai Jashen."

Hasil memberanikan dirinya keluar dari kamar tidur dengan percaya diri dan hasil riasannya sendiri ia yakin ia telah bekerja keras penuh percaya diri dan itu terlihat sudah sangat bagus ketika ia melihat ke cermin sebelum membuka pintu.

Dahulu Asia adalah mahasiswi kedokteran dan ia berteman dengan beberapa teman perempuan yang terlihat profesional merias wajah dan menata rambut. Tentunya saat bersama teman-teman seperti itu ia diajarkan banyak dunia fasyen. Semua itu terlihat seperti kursus tambahan dan ia bisa implentasikan di kehidupan sehari-harinya.

Setelah pintu terbuka agak lebar, Asia mendongak dan menatap kepada seorang pria bersetelan tuksedo dengan gaya rambut pinggiran telah teratur rapi.

Pria itu tersenyum ke arah Asia.

"Hi." Asia menyapa dan berusaha tersenyum cantik.

"Hi." Pria membalas dan menatap Asia dari atas lalu ke bawah.

Asia yang terlihat kikuk, menggaruk belakang telinga. Rasa percaya dirinya tiba-tiba memudar, tak ada jawaban apapun dari pria itu tentang penampilannya yang telah memakai barang berharga pria itu berikan padanya.

"Gaunnya terlihat cocok dengan tubuhmu, Nona Fleming."

Asia mengernyit. "Kau membeli gaun ini tidak memperkirakan ukuran badanku lebih dahulu?"

Pria itu menggeleng.

"Aku memilih ukurannya asalan."

Kemudian pria itu melangkah mendekati Asia. Di depan Asia, tiba-tiba pria itu lebih dekat, lehernya melewati punggung Asia.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Asia tiba-tiba tergagap. Pintu di belakang Asia terdengar tertutup. Asia memiringkan setengah badan dan melihat pria itu menutup pintu. Wajah mereka dekat, spontanitas membuat Asia sedikit menjauh.

Pria itu menyunggingkan senyum miring, tampak memahami gerakan tubuh Asia yang terlihat kaku dan tatapan malu yang jarang rayu seorang pria.

"Wah, pipimu kupikir tidak bisa memerah, Nona Fleming."

"Bisakah kita cepat pergi saja, Jashen Scotter?" tanya Asia kikuk seraya menatap ke arah lain dan menahan panas badan yang tiba-tiba datang. Ia kini tahu penyebab pipinya memerah. Seorang Jashen Scotter terlalu berbahaya  jika yang bersama dia adalah perempuan. Dia merupakan pejuang gemar melumpuhkan lawan jenisnya dengan cara tak terduga—setelah kontak fisik sederhana, dia akan menyerang dengan cara merayu menggunakan kata-kata manis yang tepat sasaran menyipu para perempuan.

Asia menghela sedikit napas dan mengembuskannya. Ia sedikit saja akan jatuh dan masuk ke sangkar emas Jashen Scotter, secepat-cepatnya ia tahu cara untuk tidak jatuh ke tempat emas Jashen.  Ia mencoba memikirkan sekali kebencian yang mencengkam dirinya sendiri. Kebencian ia telah gagal menyelamatkan Ayah dan Ibunya padahal ia adalah seorang dokter. Ia seharusnya adalah pahlawan menyelamatkan jiwa-jiwa sekarat—memikirkan semua itu kembali, kebenciannya memuncah seketika dalam dada.

The Promise of Outstanding | Novella #5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang