Leja membuka mata lalu ia menghela napas—hidungnya, ia merasakan sebuah alat oksigen terpasang pada hidungnya.
Kening di dahi Leja mengerut ketika pandangannya terlihat buram. Namun, perlahan buram itu memudar dan Leja mulai melihat sekeliling cukup jelas. Putih dan abu-abu adalah warna seluruh dinding di ruangan ia berada.
Leja memerhatikan pilihan warna dasar di sana tidak salah digunakan untuk ruangan ini. Dua warna cat itu dicat setengah, bagian atasnya tampak setengah adalah cat abu-abu kemudian sisanya adalah putih. Leja sedikit tersenyum memerhatikan paduan cat dalam ruangan itu.
Di sebelah kanan, Leja melihat meja bertatakan vas bunga, lalu ia melihat guci kecil dan satu lukisan abstrak. Ia menengadah ke atas setelahnya. Ia melihat langit-langit gypsum bentuk bunga kontras warna putih. Dan kemudian ia menurunkan pandangan dan menatap cermin seberang dari tempat tidur.
Lemah, Leja memaksa bergerak meski hanya mengangkat satu tangan terpasang selang dan di sebelah ranjang tidur ia mendengar bunyi mesin elektrokardiogram medis.
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Leja bergumam dan berusaha mengumpulkan ingatan terakhir yang bisa ia ingat untuk memastikan apa yang telah terjadi.
Satu demi satu ingatan Leja muncul.
Leja mengerutkan kening dan tangannya mendadak gemetar. Ia mengingat semuanya. Usaha menyelamatkan korban yang terlibat bakutembak. Rekan tim sekaligus junior calon dokter dibawah bimbingan ia meninggal. Mereka meninggal. Penjara dan penjaga, ia mengalami siksaan dalam penjara gelap dan nyaris diperkosa. Ingatan lain muncul lagi, Ia mengingat kejadian dan alasan ia di ruangan ini bersama alat medis terpasang pada tubuhnya.
Upacara pernikahan dan baku tembak terjadi dalam satu hari.
Leja menyentuh balutan perban pada perut lalu tengah dada. Ia tahu ia tertembak di rongga dada dan perut. Ia juga yakin peluru-peluru itu masuk dalam organ tubuh dan seharusnya ia mati saat itu.
Leja mencoba turun dari tempat tidur dan saat menyentuh lantai, ringisan kecil keluar dari mulutnya. Leja memaksa dirinya bergerak. Ia memastikan seluruh badannya berkoordinasi dengan otak. Semua anggota badannya harus bekerja sama.
"Baiklah kau bisa melakukannya." Semangati Leja pada dirinya. "Ini hanyalah bagian dari keterapian rehabilitasi kecil." Leja perlahan melanjutkan langkah kecilnya.
Leja tersenyum sejenak. Ia berhasil berjalan, semua aggota badannya bergerak dan bekerja sama secara baik.
Pintu ruangan berbunyi dan terbuka membuat arah tatapan Leja menuju pintu. Seorang berpakaian kasual masuk dibalik pintu seraya membawa dua wadah stainless berbeda isi. Leja melihat Wadah kiri terdapat suntik dan kanan terdapat handuk kecil dengan air.
"Astaga, Anda sudah siuman."
"Kau siapa?' tanya Leja.
"Dokter. Aku dokter yang merawat Anda."
"Ini di mana?" tanya Leja lagi.
Dokter masuk dan menutup pintu di belakang dan Leja masih memerhatikan. Leja tidak melepaskan pandangannya ke arah lain.
Dokter itu kemudian meletakkan dua wadah di meja sebelah tempat tidur. Ia menatap kembali kepada Leja sambil tersenyum ramah.
"Anda berada di rumah Gubernur Kanada."
Mendengar jawaban Dokter, Leja mengerutkan dahi dan melihat kembali di sekelilingnya. "Kenapa aku bisa di rumah seorang pejabat? Aku bukan orang penting."
"Anda orang penting hmm ... Nona."
"Katakan apa saja yang terjadi padaku," balas Leja. Ia tahu itu tidak ada untuk gunanya berdebat sekarang ini. "Bagaimana dengan pemeriksaan tubuhku? Apa yang terjadi selama penindakan dilakukan padaku."
![](https://img.wattpad.com/cover/248005789-288-k846730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise of Outstanding | Novella #5
RomanceNSFW - [D21+] N O V E L L A The Promise of Outstanding © 2021, Ennvelys Dover, All Rights Reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover ...................................................................................................... T...